Indikator Bidang Ketahanan Pangan

- 54 - 2 Rumah Tangga Sasaran RTS kelompok usia 45 – 60 tahun, dengan perempuan berperan sebagai Kepala Rumah Tangga di Kota Surakarta masih relatif besar, yaitu mencapai 4.053 KK atau sekitar 48,33. Kodisi ini harus menjadi perhatian dan pemikiran dari kita semua, agar kelompok miskin dari kategori ini tidak semakin buruk kondisinya. 3 Kelompok usia produktif penduduk miskin usia 15 s.d 60 tahun yang jumlahnya sekitar 98.489 KK, yang tidak bekerja sebanyak 36.427 KK atau sekitar 37,75. Kebijakan yang menjadikan kelompok miskin usia produktif yang sekarang ini dalam kondisi tidak bekerja, pada masa-masa mendatang harus diupayakan untuk bisa bekerja dan mampu menghidupi bagi dirinya sendiri dan keluargnya. 4 Lapangan perkerjaan yang sebagian besar menjadi mata pencaharian, baik bagi RTS satuan KK maupun ART satuan orangjiwa di Kota Surakarta berdasar data PPLS Tahun 2011 berada di sektor-sektor: i Industri Pengolahan; ii Bangunan Konstruksi; iii Perdagangan; iv Transportasi dan Pergudangan; dan v Jasa. Oleh karenanya, keberadaan sektor-sektor tersebut harus bisa dioptimalkan agar mampu berperan dalam memberikan lapangan pekerjaan bagi penduduk miskin.

5. Bidang Ketahanan Pangan

a. Indikator

Indikator bidang ketahanan pangan, secara umum meliputi: i Harga Beras Rp, ii Harga bahan kebutuhan pokok Rp, iii Rasio konsumsi pangan normatif terhadap ketersediaan pangan serealia . Gambaran indikator utama, konsepdefinisi dan interpretasi hasil pembangunan di bidang ketahanan pangan, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.35 Indikator Utama, KonsepDefinisi dan Interpretasi Hasil Pembangunan di Bidang Ketahanan Pangan INDIKATOR UTAMA KONSEPDEFINISI INTEPRETASI 1 2 3 Harga Beras Rp Harga ecerankonsumen beras. Harga konsumeneceran dalam Semakin tinggi harga beras semakin berat beban - 55 - INDIKATOR UTAMA KONSEPDEFINISI INTEPRETASI hal ini adalah harga transaksi secara tunai, yang terjadi antara penjual dan pembeli dengan satuan eceran pengeluaran yang harus ditanggung oleh masyarakat untuk mempertahankan konsumsi terhadap komoditas tersebut yang merupakan bagian dari kebutuhan dasarnya Harga bahan kebutuhan pokok Rp Harga ecerankonsumen bahan kebutuhan pokok. Harga konsumeneceran dalam hal ini adalah harga transaksi secara tunai, yang terjadi antara penjual dan pembeli dengan satuan eceran Semakin tinggi harga bahan kebutuhan pokok semakin berat beban pengeluaran yang harus ditanggung oleh masyarakat untuk mempertahankan konsumsinya terhadao komoditas tersebut, yang merupakan bagian dari kebutuhan dasarnya Rasio konsumsi pangan normatif terhadap ketersediaan pangan serealia Rasio antara konsumsi normatif pangan serealia padi, jagung, ubi kayu, dan ubi jalar dengan ketersediaan pangan serelia yang dihasilkan di suatu daerah. Kriteria penilaiannya adalah 1. 1,50 = sangat rawan 2. 1,25 – 1,50 = rawan 3. 1,00 – 1,25 = agak rawan 4. 0,75 – 1,00 = cukup tahan 5. 0,50 – 0,75 = tahan 6. =0,5 = sangat tahan Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi tingkat kerawanan pangan masyarakat suatu daerah. Ketika masyarakat mampu menyediakan bahan pangan, minimal untuk memenuhi kebutuhan pangan keseluruhan masyarakat secara lokal, tidak tegantung pada daerah lain maka daerah tersebut relatif rendah rawan pangannya dan dapat dikategorikan tahan pangan Sumber : Panduan Analisis Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan, TNP2K, 2012.

b. Data Pendukung