5.2.4. Pendidikan
Berdasarkan pendidikan responden yang terbanyak adalah berpendidikan SMA dan Sarjana yaitu masing-masing 24 orang 36,9. Dari hasil penelitian dapat
diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan yang baik. Dari kerangka konsep dapat dilihat bahwa pendidikan memengaruhi
pengetahuan. Semakin tinggi pendidikan responden maka akan semakin tinggi pengetahuannya. Hal ini sesuai dengan teori empirisme yang dikemukan oleh John
Locke, bahwa perkembangan seorang individu akan ditentukan pengalaman- pengalaman yang diperoleh selama perkembangannya termasuk juga pendidikan yang
diterimanya Lukluk,2009.
5.2.5. Pekerjaan
Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden terbanyak bekerja sebagai wiraswasta yaitu 33 orang 50,8, dan 1 orang responden 1,5 bekerja sebagai
ibu rumah tangga. Hal ini terjadi karen pendonor merupakan anggota dari perkumpulan organisasi dari profesi tertentu, karena data dari UTD-PMI tersebut
menunjukkan bahwa pendonor sukarela paling banyak berasal dari perkumpulan oraganisasi tertentu seperti perkumpulan organisasi profesi, suku dan sebagainya.
5.3. Sumber Informasi
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa secara kuantitas sebagian besar responden memiliki sumber informasi yang kurang mengenai donor darah yaitu
sebanyak 50 orang 76,9 dan 15 orang 23,1 memiliki sumber informasi yang cukup mengenai donor darah. Namun dari kuantitas sumber informasi yang kurang
tersebut kualitas sumber informasi yang diterima responden sudah tepat dan cukup
Universitas Sumatera Utara
baik sehingga pengetahuan responden tentang donor darah cukup baik. Sebagian besar responden mendapatkan informasi tentang donor darah dari teman dan
perkumpulan yang diikutinya. Hal ini sesuai dengan kerangka konsep yang telah digambarkan sebelumnya
dapat dilihat bahwa sumber informasi secara langsung mempengaruhi pengetahuan responden. Semakin banyak sumber informasi yang diperoleh responden maka akan
semakin baik pengetahuan responden. Tidak hanya banyaknya sumber informasi yang akan mempengaruhi pengetahuan tetapi juga informasi yang diperoleh harus
baik dan benar. Sebaiknya sumber informasi mengenai donor darah diberikan sejak dini
mungkin agar dapat meningkatkan keinginan masyarakat untuk mendonorkan darah. Hal ini sejalan dengan pendapat Holland 1990 yang dikutip dari Sastraprawira
1997 bahwa pendidikan mengenai pentingnya darah harus dimulai dari sekolah. Sejalan dengan pendapat Iskandar 1996 yang dikutip dari Sastraprawira 1997
yang mengatakan bahwa cara yang paling efektif dalam menumbuhkan sikap keikutsertaan menjadi perilaku sebagai pendonor darah adalah dengan melakukan
sosialisasi perilaku menolong pada fase anak-anak. Bila pada fase anak-anak sudah mendapatkan informasi mengenai donor darah dari pihak pengelola donor darah dan
sekolah, seehingga pada saat mereka berada pada umur yang cukup untuk menjadi seorang pendonor maka kemungkinan besar mereka akan bersedia untuk menjadi
pendonor.
Universitas Sumatera Utara
5.4. Pengetahuan
5.4.1. Pengetahuan Responden Mengenai Definisi Donor Darah
Sebagian besar responden 34 orang 53,2 sudah tepat mendefinisikan tentang pengertian donor darah adalah merelakan sejumlah darah dari tubuhnya
diambil secra medis untuk diberikan kepada orang lain yang membutuhkan transfusi darah.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1980, donor darah adalah adalah semua orang yang memberikan darah untuk maksud dan tujuan transfusi
darah. Menurut UTD-PMI Medan ada dua jenis pendonor darah yaitu: 1. Donor darah pengganti adalah donor yang menyumbangkan darahnya untuk
mengganti darah yang telah diambil dari UTD untuk keluargateman mereka 2. Donor sukarela adalah orang yang memberikan darah, plasma atau komponen
darah lainnya atas kerelaan mereka sendiri dan tidak menerima uang atau bentuk pembayaran lainnya.
5.4.2. Pengetahuan Responden Mengenai Syarat – Syarat Donor Darah
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menjawab 4 – 7 syarat-syarat untuk donor darah yaitu sebanyak 48 orang 73,8.
Sebagian besar responden tidak mengetahui secara jelas syarat-syarat untuk donor darah, mereka hanya tahu untuk syarat-syarat untuk menjadi pendonor adalah harus
berbadan sehat, wanita tidak haid, hamil, dan menyusui, tidak menderita penyakit
menular, memiliki hb normal, berumur minimal 18 tahun.
Secara umum siapa saja dapat menjadi pendonor darah asalkan dalam keadaan sehat. Syarat sehat untuk menjadi pendonor darah adalah Umur 18-60 tahun usia 17
Universitas Sumatera Utara
tahun diperbolehkan menjadi donor bila mendapat izin tertulis dari orang tua, berat badan minimal 50 kg, temperatur tubuh: 36,6 – 37,5 derajat Celcius, tekanan darah
baik yaitu sistole = 110 – 160 mmHg, diastole = 70 – 100 mmHg, denyut nadi teratur yaitu sekitar 70-95 kali menit, hemoglobin perempuan minimal 12 grdl, untuk pria
minimal 12,5 grdl, tidak sedang menderita penyakit jantung, hati, paru-paru, ginjal, diabetes, kanker, penyakit kulit kronis, dan tidak menderita penyakit infeksi : malaria,
hepatitis, HIV AIDS, idak menerima transfusi darah komponen darah 6 bulan terakhir, bagi pendonor tetap, donor darah terakhir minimal 8 minggu yang lalu,
maksimal donor 5 kali dalam setahun, wanita tidak sedang hamil, menyusui dan menstruasi, bukan pecandu alkohol Narkoba.
5.4.3. Pengetahuan Responden Mengenai Orang – Orang Yang Membutuhkan Transfusi Darah
Sebagian besar responden 38 orang 58,5 menjawab 2 orang yang membutuhkan transfusi darah. Responden paling banyak menjawab bahwa orang
yang membutuhkan darah adalah pasien operasi mayor operasi jantung, bedah perut, seksio sesare, dll, dan korban kecelakaan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar responden sudah cukup tahu mengenai siapa saja yang membutuhkan darah.
Pasien – pasien yang membutuhkan darah antara lain pasien korban kecelakaan, pasien operasi mayor seperti operasi jantung, bedah perut, seksio sasarea,
dan oara penderita penyakit darah seperti penderita hemophilia dan thalassemia Anonim, 2010.
Universitas Sumatera Utara
5.4.4. Pengetahuan Responden Mengenai Jarak Antara Donor Darah Terakhir Dengan Donor Darah Berikutnya
Sebagian besar responden 35 orang 53,8 menyatakan bahwa jarak minimal antara donor darah terakhir dengan donor darah berikutnya adalah 8 minggu. Sebagian
besar responden 43 orang 66,2 menyatakan bahwa maksimal donor darah dapat dilakukan sebanyak 4 kali dalam setahun. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui
bahwa sebagian besar responden sudah benar menjawab mengenai jarak minimal donor darah sedangkan untuk maksimal frekuensi donor darah yang dapat dilakukan dalam
setahun sebagian besar responden memberikan jawaban yang kurang tepat karena maksimal donor darah dapat dilakukan 5 kali dalam setahun.
Volume darah akan kembali normal dalam waktu 24 jam setelah pengambilan 1 satu unit kantong darah. Sel darah merah memerlukan waktu 4-8 minggu untuk
digantikan dengan sel yang baru Prawira, 2010.
5.4.5. Pengetahuan Responden Mengenai Makanan Yang Sebaik Dikonsumsi Setelah Mendonorkan Darah
Sebanyak 33 orang responden 50,8 menyatakan 2 – 3 makanan yang sebaiknya dikonsumsi setelah donor darah. Sebagian besar responden menjawab
makanan yang sebaiknya dikonsumsi setelah mendonorkan darah adalah makanan yang banyak mengandung zat besi, karbohidrat, protein dan vitamin.
Sedian untuk penambah darah terutama sayuran hijau seperti bayam, kangkung, daun katuk dsb, vitaminobat penambah darah Fe
makanan yang banyak mengandung zat besi, contohnya: daging merah, hati, ikan, jenis makanan berbasis daging, produk susu, serealia, dan sayuran yang banyak
Universitas Sumatera Utara
mengandung lesitin, yaitu suatu penambah darah yang ditemukan dalam kacang Anonim,2010.
5.4.6. Kategori Pengetahuan Responden
Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan kategori sedang tentang donor darah yaitu 40 orang 61,5 dan 15
orang responden 48,5 memiliki pengetahuan kategori baik tentang donor darah. Pengetahuan responden dipengaruhi oleh sumber informasi, berarti secara kualitas
informasi yang diterima responden tentang donor darah baik dari teman, perkumpulan, media cetak, media elektronik, petugas kesehatan, dsb sudah cukup
baik. Pada kerangka konsep penelitian digambarkan bahwa pengetahuan responden
dipengaruhi oleh karakteristik dan sumber informasi yang diterima oleh responden. Pengetahuan responden akan mempengaruhi bagaimana sikap responden terhadap
donor darah. Menurut Notoatmodjo 2003, menyatakan bahwa pengetahuan yang dimiliki
seseorang sangat bergantung pada informasi yang diterimanya. Bila informasi yang diterimanya adalah informasi yang salah maka akan menyebabkan kekeliruan dalam
pengetahuan yang bisa menimbulkan terjadinya salah persepsi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang sedang, maka
dapat disimpulkan bahwa informasi yang diterima responden mengenai donor darah sudah benar meskipun sumber informasi responden dikategorikan kurang.
Universitas Sumatera Utara
5.5. Sikap
5.5.1. Sikap Responden Mengenai Syarat – Syarat Donor Darah
Sebagian besar responden yaitu 64 orang 98,5 menyatakan setuju bahwa untuk mendonorkan darah ada syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mendonorkan
darah. Menurut mereka syarat yang paling utama untu mendonorkan darah adalah harus sehat. Sejalan dengan hal itu, menurut Contreras 1995 menyatakan bahwa
demi keselamatan pendonor dan resipien, maka untuk mendonorkan darah ada syarat- syarat dan pemeriksaan kesehatan yang harus dipenuhi.
Sebagian besar responden yaitu 64 orang 98,50 menyatakan setuju bahwa
wanita yang sedang haid, hamil dan menyusui tidak boleh mendonorkan darah karena berbahaya untuk kesehatan. Pada masa haid, hamil, dan menyusui wanita mengalami
kekurangan zat besi, sehingga mendonorkan pada keadaan tersebut dapat membahayakan kesehatan wanita tersebut.
Hal ini sejalan dengan pendapat Basuki 1996 dalam Tarwoto 2007 yang menyatakan bahwa selama masa haid wanita akan kehilangan zat besi rata-rata 24
mg. Pada saat hamil, diperlukan lebih banyak zat gizi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janinnya, sedangkan pada saat menyusui diperlukan zat gizi yang lebih banyak
untuk ibu dan bayinya. Kekurangan zat besi mengakibatkan kekurangan hemoglobin Hb, dimana zat besi sebagai salah satu unsure pembentuk Hb. Hemoglobin
berfungsi sebagai pengikat oksigen yang sangat dibutuhkan oleh metabolism sel. Kekurangan Hb dapat menyebabkan metabolisme tubuh dan sel-sel saraf tidak
bekerja secara optimal Tarwoto, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Sebagian besar responden sebanyak 62 orang 95,40 menyatakan setuju bahwa orang yang menderita malaria, hepatitis, HIVAIDS tidak diizinkan untuk
menjadi pendonor darah karena dapat terjadi penularan penyakit dari pendonor kepada resipien. Penyakit-penyakit menular dapat ditularkan melalui transfusi darah,
karena itu responden berpendapat bahwa untuk mendonorkan darah haruslah orang- orang yang sehat yaitu tidak menderita penyakit apapun.
5.5.2. Sikap Responden Mengenai Donor Darah Untuk Menolong Orang Lain
Sebanyak 61 orang responden 93,80 responden menyatakan setuju bahwa donor darah merupakan perilaku sangat baik karena dapat menolong orang. Darah
yang mereka donorkan dapat menyelamatkan nyawa seseorang. Dilihat dari segi kemanusiaan donor darah sangat karena sebagian besar
responden telah menyadari bahwa darah yang mereka donorkan dapat menyelamatkan nyawa seseorang yang membutuhkan transfusi darah. Menurut
Prawira 2010Satu dari sepuluh orang yang masuk rumah sakit membutuhkan darah, dan satu donor darah dapat menyelamatkan kehidupan tiga orang, jadi darah yang
didonorkan akan sangat berguna bagi pasien rumah sakit.
5.5.3. Sikap Responden mengenai Dampak Donor Darah
Sebanyak 41 orang responden 63,10 menyatakan tidak setuju bahwa donor darah dapat membuat badan lemas dan pusing. Hal ini disebabkan karena sebagian
besar responden adalah orang yang sehat dan tidak mengalami kecemasan atau rasa takut yang berlebihan sehingga ketika mendonorkan darah mereka merasa baik-baik
saja.
Universitas Sumatera Utara
Orang yang merasa lemas biasanya justru disebabkan karena cemas, bukan karena darahnya kurang Kumala, 2010. Sementara menurut Contreras 1995 donor
darah dapat menyebabkan lemas, pusing, dan kadang-kadang untuk donor yang pertama kali dapat menyebabkan pingsan, hal ini karena adanya faktor penunjang
seperti rasa cemas, cuaca panas, dan riwayat pingsan. Sebagian besar responden yaitu 41 orang 63,10 menyatakan tidak setuju
bahwa donor darah dapat menyebabkan badan menjadi gemuk. Tak sedikit orang yang mengurungkan niat untuk mendonorkan darahnya karena mitos yang
mengatakan setelah donor darah tubuh akan menjadi gemuk. Padahal secara teori, kegemukan terjadi karena jumlah kalori yang masuk lebih banyak dari yang
dikeluarkan. Jadi, tidak ada kaitannya dengan donor darah. Setelah mendonorkan darah memang biasa disediakan semangkuk bubur
kacang hijau, mi atau telur rebus, atau roti, segelas susu dan vitamin penambah darah tablet Fe. Para pendonor memang disarankan untuk makan minimal empat jam
setelah mendonorkan darah karena tubuh perlu menyesuaikan diri terhadap perubahan volume darah. Namun hal ini tidak membuat gemuk Kumala, 2010.
5.5.4. Sikap Responden Mengenai manfaat Donor Darah
Sebagian besar responden yaitu 41 orang 63,10 menyatakan setuju bahwa dengan mendonorkan darah secara rutin dapat mengurangi resiko penyakit jantung.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan David Meyers, bahwa dengan mendonorkan darah secara rutin dapat menurunkan 30 resiko penyakit jantung
Hope,1997.
Universitas Sumatera Utara
5.5.5. Sikap Responden Mengenai Penghargaan Bagi Pendonor Darah
Sebagian besar responden yaitu 39 orang 60,00 menyatakan setuju bahwa pendonor darah rutin berhak untuk mendapatkan penghargaan. Penghargaan yang
dimaksud bukanlah berupa uang, sebagian besar responden mengatakan penghargaan cukup berupa sertifikat atau apabila sewaktu-waktu mereka atau keluarga mereka ada
yang membutuhkan darah, mereka dapat memperoleh darah dengan mudah dan cepat. Pemberian tanda penghargaan kepada pendonor darah sukarela diberikan
setelah melakukan donor darah ke-10, 25, 50, 75, dan 100 kali. Biasanya, piagam donor darah untuk donor ke-100 diberikan oleh Presiden di Jakarta Anonim,2010.
5.5.6. Kategori Sikap Responden
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa seluruh responden 100 memiliki sikap kategori sedang mengenai donor darah. Hubungan antara sikap dan
perilaku adalah bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak Ahmadi, 2007.
Dari kerangka konsep yang dikemukan oleh peneliti dapat dilihat bahwa sikap memengaruhi tindakan responden untuk donor darah. Dalam penelitian ini
pengetahuan responden dikategorikan sedang dan baik dan hal ini sejalan dengan sikap responden yang dikategorikan baik. Menurut Notoatmodjo 2003 bahwa sikap
merupakan pelaksaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.
5.6. Kelompok Referensi
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu 42 orang 64,6 menyatakan pernah melihat orang mendonorkan darah sebelum
Universitas Sumatera Utara
mereka mendonorkan darah. Orang yang dilihat oleh responden sebagian besar adalah teman dan orang tua. Setelah melihat orang mendonorkan darah sebagian besar
responden menyatakan timbul keinginan untuk mendonorkan darah. Sebanyak 32 orang responden 49,2 memiliki keluarga yang juga menjadi
pendonor darah rutin. Sebagian besar anggota keluarga dari responden yang menjadi pendonor darah rutin adalah orang tua, suamiistri, abang, adik.
Sebanyak 12 orang 18,5 responden menyatakan bahwa keluarga menganjurkan mengajak mereka untuk mendonorkan darah. Sebagian besar
responden yaitu 39 orang 60 menyatakan bahwa temannya yang menganjurkanmengajak untuk mendonorkan darah. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa seorang teman memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku mendonorkan darah seseorang. Hal ini sesuai dengan theory of reasoned action yang
menyatakan bahwa niat seseorang untuk bertindak dipengaruhi oleh keyakinan normatif yaitu pandangan orang-orang lain yang berpengaruh terhadap kehidupanny.
Hal ini sejalan dengan penelitian Sastraprawira tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan sikap keikutsertaan siswa SMU dan SMK untuk menjadi donor
darah di Kecamatan Ciamis Kabupaten DT.II Ciamis tahun 1998 yang mengatakan bahwa 38,8 responden mendapat anjuran untuk mendonorkan darah dari keluarga
dan 79 mendapat anjuran dari guru. Sebagian besar responden 42 orang 674,6 menyatakan bahwa di
perkumpulan organisasi kantor mereka pernah mengadakan kegiatan donor darah dan 60 mengatakan kegiatan donor darah dilakukan setiap tiga bulan sekali. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa peran kelompok perkumpulan sangat besar dalam hal memengaruhi responden untuk donor darah.
Sebagian besar responden yaitu 33 orang 50,8 memiliki kelompok referensi yang sangat berperan terhadap niat untuk donor darah. Peran yang cukup
besar dari kelompok referensi akan menimbulkan motivasi dan niat seseorang untuk mendonorkan darah. Dalam penelitian ini kelompok referensi yang sangat berperan
berasal dari perkumpulanorganisasi yang diikuti oleh responden yaitu Lions Club. Lions club adalah organisasi internasional dengan lebih dari 44.500 klub dan
lebih dari 1,3 juta anggota di 206 negara di seluruh dunia yang bergerak dibidang kemanusian dan anggotany merupakan kelompok umur diatas 30 tahun. Untuk Lions
Club Medan pada awalnya organisasi ini bergerak pada upaya membantu operasi bagi penderita katarak dan saat ini organisasi tersebut juga rutin mengadakan kegiatan
donor darah setiap 3 bulan sekali. Anggota Lions Club Medan sebagian besar adalah etnis Tionghoa, dan sebagian besar pengurus Lions Club Medan adalah etnis
Tionghoa. Hal ini karena masih adanya diskriminasi terhadap orang-orang keturunan Tionghoa di masyarakat sehingga etnis Tionghoa kurang dapat mengaktualisasikan
dirinya seperti di pemerintahan, partai politik atau organisasi keagamaan lainnya dan akhirnya mereka bergabung dengan organisasi perkumpulan agar dapat
mengakualisasikan diri di masyarakat. Maka dari hasil penelitian didapat bahwa sebagian besar responden merupakan etnis Tionghoa 44,6.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa teman memiliki pengaruh yang besar terhadap tindakan untuk donor darah. Sebagaimana telah digambarkan dalam
kerengka konsep penelitian bahwa kelompok referensi akan mempengaruhi niat untuk
Universitas Sumatera Utara
mendonorkan darah. Sesuai dengan theory of reasoned action yang menyatakan bahwa niat seseoranng untuk bertindak dipengaruhi oleh norma subjektif yang dalam
penelitian ini di gambarkan sebagai kelompok referensi.
5.7. Niat