Perjanjian Waralaba Hak dan Kewajiban Pemberi Waralaba

1 Franchise Format Bisnis, seorang pemegang franchisee memperoleh hak untuk memasarkan dan menjual produk atau pelayanan dalam suatu wilayah atau lokasi spesifik dengan menggunakan standar operasional dan pemasaran. 2 Franchise Distribusi Produk, seorang pemegang franchisee memperoleh lisensi eksklusif untuk memasarkan suatu produk dari suatu perusahaan tunggal dalam lokasi spesifik. Sebagai suatu metode kemitraan, waralaba memiliki tiga bentuk sistem LPPM dalam Nurhanif, 1999: 1 Trade MarkBrand Franchising Tipe ini dilakukan dengan memberikan hak atau lisensi kepada penerima waralaba untuk memproduksi barang dan jasa menggunakan nama dagang milik pemberi waralaba. Tipe ini banyak dilakukan misalnya dalam industri pakaian terkenal yang kemudian diproduksidi dalam negeri. 2 Product Distribution Franchise Product Franchising Pada tipe ini penerima waralaba memperoleh hak untuk memasarkan barang dan jasa pemberi waralaba dengan memanfaatkan jalur distribusi tertentu yang telah dikembangkan pemberi waralaba. Tipe ini banyak dipraktekkan untuk produk-produk suku cadang, kendaraan bermotor, minuman ringan, barang kosmetik dan lainnya. 3 Pure Franchising Business Format Franchising Pada tipe ini pemberi waralaba menyediakan format waralaba yang lengkap mulai dari pemanfaatan merek dagang dan jasa untuk dijual, perangkat manajemen, pengawas mutu, jalur distribusi, dan pelayanan lainnya. Tipe ini banyak digunakan di restoran siap saji, agen penjualan mobil, rumah dan jasa pelayanan lainnya. Berdasarkan sistem waralaba tersebut maka restoran Pecel Lele Lela termasuk ke dalam Pure Franchising karena pemberi waralaba menyediakan format waralaba yang lengkap.

2.2.1 Perjanjian Waralaba

Hal pertama yang harus dilakukan untuk memulai usaha dengan sistem waralaba adalah dengan membuat kontrak atau perjanjian waralaba terlebih dahulu. Suatu perjanjian waralaba ditutup dan mulai berlaku setelah perjanjiannya ditanda tangani oleh semua pihak yang terlibat. Perjanjian waralaba adalah suatu dokumen yang secara hukum menentukan hak dan kewajiban dari hak pemberi dan penerima waralaba. Penerima waralaba harus membaca dan memahami seluruh isi perjanjian tersebut sebelum setuju menandatangani perjanjian. Masa berlakunya perjanjian waralaba adalah lamanya waktu selama penerimaan waralaba boleh menggunakan lisensi atau sistem yang di waralabakan Mendelsohn dan Queen, 1993.

2.2.2 Hak dan Kewajiban Pemberi Waralaba

Pemberi waralaba franchisor mempunyai hak untuk mendapatkan uang franchise franchise fee karena telah mewaralabakan bisnisnya. Menurut Mendelsohn 1993 ada tiga cara dalam menentukan uang franchisee yaitu: 1. Uang Franchise Awal Initial Franchise Fee Biaya ini terdiri dari biaya rekruitmen sebesar biaya pendirian yang dikeluarkan oleh pemberi waralaba franchisor untuk kepentingan penerima waralaba. Biaya ini ditanggung sepenuhnya oleh penerima waralaba franchisee. 2. Uang Franchise Terus-menerus Continuing Franchise Fee Uang franchise tersebut merupakan pembayaran atas jasa terus menerus yang diberikan oleh penerima waralaba franchise atas kegiatan operasional yang dilakukan oleh usaha waralaba tersebut. Biasanya uang tersebut dihitung berdasarkan persentase dari pendapatan kotor usaha waralaba tersebut. 3. Kenaikan Harga Produk Apabila pemberi waralaba franchisor merupakan pemasok produk bagi penerima waralaba franchisee, perlu dibuat mekanisme untuk melindungi penerima waralaba franchisee terhadap kenaikan harga yang tidak wajar dan tidak adil. Perlindungan tidak dibuat, pemberi waralaba franchisor dapat menaikkan keuntungannya melampaui pengeluaran penerima waralaba franchisee yang tentunya akan sangat merugikan pihak penerima waralaba franchisee. Menurut Mendelsohn 1993 kewajiban pemberi waralaba franchisor adalah : 1. Franchisor harus mengetahui di mana outlet didirikan dan kriteria yang menentukan suatu tempat atau suatu daerah. 2. Franchisor mempersiapkan peralatan dan perabotan yang telah distandarisasikan. 3. Franchisor memberikan saran mengenai dekorasi toko untuk merefleksikan citra nama yang telah terbentuk. 4. Franchisor mempersiapkan petunjuk operasional yang memberikan semua informasi yang diperlukan franchisee agar mampu mengoperasikan bisnis waralabanya secara tepat. Petunjuk operasional berisi panduan rinci mengenai tugas-tugas yang harus dijalankan oleh staf anggota atau penerima waralaba franchisee. 5. Franchisor harus menyusun pengaturan bersama dengan pemasok bahan- bahan dasar atau barang-barang yang dibutuhkan oleh bisnis yang diwaralabakan agar franchisee mampu menjual dengan harga yang kompetitif. 6. Franchisor harus menyusun jadwal pelatihan dan mempersiapkan fasilitas pelatihan untuk para franchisee serta staff mereka. 7. Franchisor perlu mempersiapkan prosedur akunting dan system bisnis yang sederhana yang harus di operasikan oleh franchisee. Franchisor juga harus melatih franchisee dalam prosedur akunting dan sistem bisnis ini.

2.2.3 Hak dan Kewajiban Penerima Waralaba