Potensi dan Kondisi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Saing Pariwisata Kota Bogor

64 peningkatan lama tinggal wisatawan, penyerap angkatan kerja secara maksimal, peningkatan kontribusi pada PAD dan kesejahteraan masyarakat, mewujudkan citra kota Bogor yang bersaing dengan kota-kota lain, meningkatkan peran serta masyarakat dalam kepariwisataan. Pendekatan Porter’s Diamond dapat digunakan untuk menganalisis faktor- faktor mempengaruhi daya saing pariwisata kota Bogor. Dalam pendekatan Porter’s Diamond yang dikaji meliputi kondisi faktor, kondisi permintaan, strategi perusahaan dan pesaing, industri pendukung dan industri terkait.

5.2.1. Kondisi Faktor

Kondisi faktor adalah melihat posisi suatu industri dalam faktor produksi seperti tenaga kerja yang terampil, infrastruktur, modal, teknologi serta faktor- faktor alam. Faktor-faktor alam seperti letak strategis wilayah, besarnya jumlah penduduk, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia. Tenaga kerja di bidang pariwisata di kota Bogor mempunyai kualitas yang cukup baik. Tabel 25 menunjukkan persentase kualitas tenaga kerja bidang pariwisata kota Bogor. Dari Tabel 25 menunjukkan bahwa tenaga kerja pariwisata dengan kriteria berkualitas sebesar 61 persen responden menyatakan berkualitas, sedangkan responden yang menyatakan sangat tidak berkualitas sebesar 4 persen. Hal ini tidak terlepas dari upaya dan dukungan setiap pihak baik itu dari pihak pemerintah kota Bogor ataupun pihak-pihak lain seperti misalnya PHRI, Asta dan perhimpunan pramuwisata Indonesia. Adapun salah satu program yang telah dilaksanakan pihak pemerintah kota Bogor dengan bekerja sama dengan PHRI, Asta dan perhimpunan pramuwisata Indonesia yaitu melakukan pelatihan- 65 pelatihan terhadap tenaga di bidang Sumber Daya Manusia kepariwisataan antara lain melatih tenaga tata boga, guide dan tenaga-tenaga travel biro perjalanan wisata. Pelatihan ini dilakukan untuk memberikan pelayanan kepada wisatawan yang berkunjung ke kota Bogor. Tabel 25. Persepsi Responden Terhadap Kualitas Tenaga Kerja di Bidang Pariwisata di Kota Bogor Nilai Keterangan Jumlah Persentase 1 Sangat Tidak berkualitas 1 4 2 Tidak Berkualitas 6 26 3 Berkualitas 14 61 4 Sangat Berkualitas 2 9 Total 23 100 Pendidikan dan latihan yang diberikan pemerintah ataupun pihak-pihak tertentu terhadap tenaga kerja ataupun pihak-pihak tertentu yang berkaitan dengan pariwisata telah berjalan efektif dan sangat mendukung terhadap peningkatan pariwisata di kota Bogor. Data dari Dinas Pariwisata menunjukkan adanya peningkatan pramuwisata kota Bogor, pada tahun 2007 berjumlah 58 orang mengalami peningkatan 11 orang dari tahun 2001. Sebanyak 56 persen responden setuju bahwa pengelola obyek wisata yang ada di kota Bogor memiliki kinerja baik. Hal ini ditunjukkan dalam Tabel 22. Dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja di bidang pariwisata di kota Bogor yaitu berkualitas. Anggaran yang dialokasikan pemerintah untuk pengembangan pariwisata di kota Bogor belum mencukupi untuk meningkatkan kualitas ataupun kuantitas pariwisata kota Bogor. Hal ini berkaitan dengan sarana dan prasarana yang ada di kota Bogor dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kurang lengkap. Hal ini 66 dikarenakan anggaran yang dialokasikan pemerintah kota Bogor sebagian besar dialokasikan ke sektor lain. Tabel dibawah ini menunjukkan persentasi persepsi reponden terhadap anggaran untuk parwisata kota Bogor. Tabel 26. Persepsi Responden Terhadap Alokasi Anggaran Pemerintah Daerah Terhadap Sektor Pariwisata di Kota Bogor Nilai Keterangan Jumlah Persentase 1 Sangat Tidak Cukup 4 17 2 Tidak Cukup 13 57 3 Cukup 6 26 4 Sangat Cukup Total 23 100 Sebesar 57 persen responden menyatakan anggaran pemerintah untuk kepariwisataan di kota Bogor tidak mencukupi. Sebagian besar responden disini adalah para pelaku usaha pariwisata baik itu pengelola obyek wisata, pengusaha akomodasi, dan dari pemerintah itu sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa anggaran dari pemerintah untuk pengembangan kepariwisataan kota bogor belum mencukupi. Akses informasi tentang kepariwisataan Bogor mudah. Promosi dan pemasaran Kepariwisataan tentang objek-objek wisata di Kota Bogor tak hanya gencar dilakukan oleh brosur, City Map dan Pusat Informasi Kepariwisataan di Taman Topi. Tetapi hal ini didukung juga oleh nama kota Bogor sendiri yang sudah cukup dikenal oleh masyarakat luas. Tidak hanya orang Bogor saja tetapi juga orang luar di luar kota Bogor. Selain itu juga letak kota Bogor yang cukup strategis, berdekatan dengan ibu kota Jakarta. 67 Tabel 27. Persepsi Responden Terhadap Kemudahan Akses Informasi Tentang Kepariwisataan Kota Bogor Nilai Keterangan Jumlah Persentase 1 Sangat Tidak Mudah 1 4 2 Tidak Mudah 7 30 3 Mudah 14 61 4 Sangat Mudah 1 4 Total 23 100 Tabel 27 menunjukkan sebesar 61 persen responden setuju bahwa akses informasi tentang kepariwisataan Kota Bogor mudah. Hal ini didukung pula oleh letak kota Bogor yang cukup strategis, seperti terlihat pada Tabel 20. Sebesar 75 persen responden setuju terhadap pernyataan letak kota Bogor strategis. Jadi dapat disimpulkan bahwa akses informasi tentang kepariwisataan Kota Bogor mudah. Hal ini didukung oleh tabel promosi pariwisata kota Bogor yang menunjukkan bahwa pada tahun 2007 pemerintah kota Bogor mampu melengkapi promosi pariwisatanya. Hal ini semakin menunjukkan kemudahkan akses informasi kepariwisataan kota Bogor. Kebijakan terhadap harga harga tiket masuk, harga souvenir, tarif permainan dan jasa yang ada dalam obyek wisata yang ditetapkan sesuai dengan jasa yang ditawarkan. Tabel 28 menunjukkan sebesar 74 persen responden menyatakan bahwa harga yang diterapkan sesuai dengan jasa yang ditawarkan. Tabel 28. Persepsi Responden terhadap Kesesuaian Harga dengan Jasa yang Ditawarkan Nilai Keterangan Jumlah Persentase 1 Sangat Tidak Sesuai 1 4 2 Tidak sesuai 5 22 3 Sesuai 17 74 4 Sangat Sesuai Total 23 100 68 Didukung oleh Tabel 5 pada halaman 43, tarif yang diterapkan untuk tiap obyek wisata relatif terjangkau oleh wisatawan. Begitu pula halnya dengan harga- harga souvenir baik itu berupa makanan ataupun hasil kerajinan tangan harga yang ditetapkan memang sesuai dengan kualitas produk itu sendiri dan terjangkau oleh konsumen. Obyek wisata yang ditawarkan di kota Bogor sangat menarik dan beragam. Sebagai kota wisata ilmiah, kota Bogor memiliki objek wisata alam Situ Gede dan Situ Panjang. Wisata Budaya Makam Raden Saleh, Istana Batu Tulis, Istana Bogor, Museum Peta, Museum Perjuangan, maupun wisata Ilmiah yaitu Kebun Raya Bogor, Museum Zoologi dan Museum Etnobotani. a. Kebun Raya Bogor dengan jenis Obyek wisata Alam, Ilmiah dan Budaya seluas 87 hektar b. Istana Kepresidenan dengan jenis obyak wisata sejarah dan Bidaya seluas 28,8 Ha. c. Prasasti Batutulis dengan jenis obyak wisata Sejarah seluas 231,34 m 2 . d. Plaza Kapten Muslihat dengan jenis obyek wisata Taman Rekreasi seluas 17,690 m 2 . e. Museum Bogor dengan jenis obyek wisata ilmiah dan Budaya seluas 1500 m 2 . f. Museum etnobotani dengan jenis obyek wisata ilmiah dan budaya seluas 1.600 m 2 . g. Museum Perjuangan Bogor dengan jenis obyek wisata Sejarah dan Budaya seluas 800 m 2 . 69 h. Museum Pembela Tanah Air dengan jenis obyek wisata Sejarah dan Budaya seluas 800 m 2 . i. Museum Tanah dengan obyek wisata ilmiah dengan luas 30 m 2 . j. Situ Gede dengan objek wisata alam. Selain obyek wisata di atas, kota Bogor juga mempunyai daya tarik wisata lainnya seperti Taman obat ‘Sringanis’, ‘Taman Pembibitan’ “Kuntum Nurseries”, Kebun wisata ilmiah “BALITRO”, arboretum tanaman Hutan, Terminal Ikan Hias, Kebun Jambu Merah, Persawahan Padi organik, Kampung Wisata Cikaret dan lain sebagainya. Tabel 29 sebesar 74 persen responden setuju bahwa obyek wisata yang ada di kota Bogor menarik . Tabel 29. Persepsi Responden Terhadap Daya Tarik Pernyataan Obyek Wisata di Kota Bogor Nilai Keterangan Jumlah Persentase 1 Sangat Tidak Menarik 1 4 2 Tidak Menarik 2 9 3 Menarik 17 74 4 Sangat Menarik 3 13 Total 23 100 Untuk wisata belanja di kota Bogor di daerah Pajajaran sampai dengan jalan raya Tajur. Perkembangan wisata belanja di kota Bogor dapat dilihat dengan meningkatnya jumlah outlet-outlet pakaian dan aksesorinya, pusat-pusat jajanan yang menjual makanan khas kota Bogor seperti Roti Mungil, Asinan buah dan Sayur. Selain makanan khas, outlet-outlet tas tumbuh dengan cepat dan tersentra di daerah Tajur dan daerah Katulampa. Untuk menarik minat wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara para seniman dan budayawan kota 70 Bogor berupaya untuk tetap meletarikan kesenian yang telah ada sebagai warisan seniman terdahulu dan berupaya untuk lebih dapat mengembangkan karya seni hasil seniman-seniman muda kota Bogor yang bertitik tolak pada kesenian tradisional. Hal ini didukung pula oleh persepsi wisatawan dalam Tabel 15 yaitu sebesar 64 persen wisatawan menyatakan kepariwisataan kota Bogor berkualitas.

5.2.2. Kondisi Permintaan

Kondisi permintaan merupakan sifat dari permintaan pasar asal untuk barang dan jasa industri. Kepariwisataan kota Bogor sangat potensial yang didukung oleh sumber daya kota Bogor itu sendiri. Sesuai dengan Visi Kota Bogor sebagai Kota Jasa yang Nyaman dengan Masyarakat Madani dan Pemerintahan Amanah, Kota Bogor berupaya terus mengembangkan perekonomian masyarakat dengan menitik beratkan pada jasa yang mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada. Hal itu terbukti dengan dioptimalkannya beragam obyek wisata dan potensi lainnya yang dimiliki Kota Bogor, diantaranya obyek wisata ilmiah yang bertaraf Internasional, wisata alam, olahraga, budaya, cinderamata dan aneka makanan khas dan pusat-pusat perbelanjaan serta kegiatan pariwisata dan budaya dapat disaksikan di kota Bogor. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke kota Bogor cukup banyak, tetapi tidak diiringi peningkatan jumlah kunjungan tiap tahunnya menurut data sekunder dari Dinas Pariwisata Kota Bogor. Tabel 3 pada halaman 6 menunjukkan dari tahun 1996 sampai tahun 1999 jumlah wisatawan yang datang ke kota Bogor mengalami penurunan. Pada tahun 2000 dan tahun 2002 jumlahnya mengalami 71 peningkatan. Pada tahun 2003 dan tahun 2004 jumlahnya kembali menurun. Pada tahun 2005 dan 2006 jumlahnya mengalami peningkatan kembali, tetapi pada tahun 2007 jumlahnya kembali menurun.

5.2.3. Strategi Perusahaan, Struktur, dan Persaingan

Peraturan-peraturan yang dikeluarkan pemerintah Kota Bogor belum berjalan efektif. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 9 Tahun 2004 tentang Retribusi Izin Usaha Kepariwisataan, pemerintah kota Bogor telah melakukan pungutan retribusi izin usaha kepariwisataan. Tetapi setelah dilakukan evaluasi dan dalam rangka meningkatkan usaha kepariwisataan serta mendorong peningkatan dan percepatan kota Bogor sebagai salah satu daerah tujuan wisata, maka pemberian izin usaha kepariwisataan tidak dipungut retribusi; bahwa berdasarkan pertimbangan maka dikeluarkan Peraturan Daerah Kota Bogor nomor 14 tahun 2007 yang berisi tentang Pencabutan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 9 Tahun 2004 tentang Retribusi Izin Usaha Kepariwisataan. Dengan adanya pencabutan peraturan daerah ini akan lebih memperlancar usaha kepariwisataan di kota Bogor. Tabel 30 menunjukkan sebesar 61 persen responden setuju terhadap pernyataan bahwa peraturan yang diterapkan sudah berjalan efektif. Tabel 30. Persepsi Responden Terhadap Efektivitas Peraturan yang Dikeluarkan Pemerintah Nilai Keterangan Jumlah Persentase 1 Sangat Tidak Efektif 1 4 2 Tidak Efektif 6 26 3 Efektif 14 61 4 Sangat Efektif 2 9 Total 23 100 72 Sistem manajemen yang diterapkan sudah berjalan efektif. Hal ini mempengaruhi kinerja suatu organisasi. Dalam hal ini yaitu manajemen sistem kepariwisataan di kota Bogor. Hasil penelitian ini menunjukkan 52 persen responden berpendapat bahwa sistem manajemen yang diterapkan sudah berjalan efektif. Maksudnya koordinasi dan birokrasi antara pihak-pihak yang terkait misalnya pemerintah kota Bogor, pengelola obyek wisata, pengusaha-pengusaha hotel dan restoran dan pengusaha jasa lainnya sudah berjalan dengan baik dan antara pihak satu dan lainnya saling mendukung. Tetapi dari hasil wawancara di lapangan menemukan hasil yang berbeda. Koordinasi antara pemerintah kota Bogor dengan pengelola pariwisata itu sendiri belum berjalan secara efektif, karena pihak pengelola menyebutkan bahwa mereka belum mengetahui peraturan-peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah setempat. Promosi kepariwisataan kota Bogor belum berjalan efektif. Hal ini terjadi karena promosi kepariwisataan kota Bogor ini hanya dilakukan didukung secara sepihak. Maksudnya dari pihak pemerintah kota Bogor sudah melakukan upaya promosi dengan program-program yang sudah dilakukan seperti pameran pariwisata, pasanggiri mojang jajaka, promosi pariwisata melalui leaflet, city map. Tetapi upaya ini tidak didukung oleh pihak lain misalnya dari masyarakat kota Bogor itu sendiri. Sebagian masyarakat kota Bogor kurang menyadari akan potensi kota Bogor itu sendiri, sehingga rasa memiliki dan rasa untuk menjaga dan mengembangkan kota Bogor masih kurang. Pernyataan ini didukung pula dengan data yang didapat dari pengisian kuesioner yaitu sebanyak 57 persen reponden tidak setuju promosi kepariwisataan di kota Bogor berjalan efektif. 73 Tabel 31. Persepsi Responden Terhadap Efektivitas Promosi Kepariwisataan Kota Bogor Nilai Keterangan Jumlah Persentase 1 Sangat Tidak Efektif 4 17 2 Tidak Efektif 13 57 3 Efektif 6 26 4 Sangat Efektif Total 23 100 Persaingan antara perusahaan-perusahaan yang berhubungan dengan pariwisata terjadi secara sehat. Dapat kita lihat di kota Bogor ini tidak ada perusahaan tertentu yang memonopoli bisnis pariwisata. Bisnis pariwisata di kota Bogor ini cukup banyak. Dari mulai obyek wisata itu sendiri, restoran, hotel, souvenir, perusahaan jasa. Semuanya saling terkait dan mendukung. Tetapi 57 persen responden menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan bahwa persaingan antara perusahaan yang berhubungan dengan pariwisata terjadi secara sehat. Tabel 32. Persepsi Responden Terhadap Persaingan antar Perusahaan- Perusahaan Pariwisata di Kota Bogor Nilai Keterangan Jumlah Persentase 1 Sangat Tidak Sehat 4 17 2 Tidak Sehat 13 57 3 Sehat 6 26 4 Sangat Sehat Total 23 100 Tidak ada hambatan dari pemerintah dalam pengembangan bisnis pariwisata di kota Bogor. Hal ini dapat dilihat dari dihapuskannya retribusi izin usaha kepariwisataan di kota Bogor. Hal ini dimaksudkan untuk lebih memajukan bisnis kepariwisataan dan memudahkan para pelaku bisnis yang baru yang akan masuk untuk ikut terlibat dalam pengembangan kepariwisataan kota Bogor. Tabel 74 33 menunjukkan besarnya pendapatan daerah dari kepariwisataan kota Bogor. Tidak dapat dipungkiri penerimaan daerah dari kepariwisataan cukup besar. Tabel 33. Penerimaan Daerah dari Pajak Kepariwisataan No Jenis pungutan Target Realisasi 1 2 3 4 Pajak Hotel Pajak Restoran Pajak Hiburan Retribusi ijin kepariwisataan 2.992.400.000 11.821.600.000 1.532.639.500 27.000.000 3.299.162.210 11.898.268.356 1.738.596.597 8.494.500 110,25 100,65 113,44 31,46 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah kota Bogor Tabel 34 menunjukkan sebesar 61 persen responden setuju bahwa tidak ada hambatan dari pemerintah dalam pengembangan bisnis pariwisata. Salah satunya yaitu dengan dihapuskannya Peraturan Daerah kota Bogor Nomor 9 tahun 2004 yaitu yang berisi tentang retribusi izin usaha kepariwisataan. Perda ini diganti dengn Perda Nomor 14 Tahun 2007 yaitu tentang pencabutan Perda Nomor 9 Tahun 2004 .Jadi dapat disimpulkan bahwa pemerintah kota Bogor memberikan kemudahan-kemudahan terhadap para pelaku bisnis pariwisata untuk mengembangkan kegiatan bisnisnya. Termasuk segala jenis pungutan-pungutan liar telah ditiadakan. Tabel 34. Persepsi Responden Terhadap Hambatan Pemerintah Dalam Pengembangan Bisnis Pariwisata Nilai Keterangan Jumlah Persentase 1 Sangat Menghambat 1 4 2 Menghambat 7 30 3 Tidak Menghambat 14 61 4 Sangat Tidak Menghambat 1 4 Total 23 100 75 Persaingan dalam bisnis pariwisata di kota Bogor terjadi secara sehat dan tidak ada perusahaan tertentu yang memonopoli bisnis pariwisata. Persaingan diciptakan untuk meningkatkan kompetensi antar perusahaan satu dan lainnya. Hal ini akan memicu produktivitas dari setiap perusahaan. Dengan adanya persaingan setiap perusahaan akan terus terpacu untuk meningkatkan produktivitasnya. Tabel 35. Persepsi Responden Terhadap Tingkat Persaingan Dalam Bisnis Pariwisata di Kota Bogor No Nilai Jumlah Persentase 1 Sangat Ada Monopoli 1 4 2 Ada Monopoli 2 9 3 Tidak Ada Monopoli 17 74 4 Sangat Tidak Ada Monopoli 3 13 Total 23 100

5.2.4. Industri Pemasok dan Terkait

Terdapat banyak pilihan hotel yang ditawarkan di kota Bogor. Sarana akomodasi perhotelan terdapat 46 buah hotel dan penginapan kelas melati, dengan perincian 2 buah hotel berbintang tiga, 1 buah hotel berbintang dua, 2 hotel berbintang satu, 36 buah kelas melati dan 5 buah pondok wisata. Banyaknya pilihan hotel yang ada di kota Bogor disertai juga dengan kualitas dari hotel itu . Tabel 36. Persepsi Responden Terhadap Kualitas Hotel yang Ada di Kota Bogor No Nilai Jumlah Persentase 1 Sangat Tidak Berkualitas 1 13 2 Tidak Berkualitas 6 30 3 Berkualitas 14 52 4 Sangat Berkualitas 2 4 Total 23 100 76 Tabel 36 menunjukkan 52 persen reponden setuju bahwa kualitas hotel yang ada di kota Bogor berkualitas. Hal ini ditunjang dengan sumber daya manusia yang berkualitas dan juga sistem manajemen dan pelayanan yang diberikan sudah bisa memuaskan para pengunjung yang datang. Tabel 37. Persepsi Responden terhadap Banyaknya Pilihan Hotel yang Ditawarkan di Kota Bogor No Nilai Jumlah Persentase 1 Sangat Sedikit 1 4 2 Sedikit 6 26 3 Banyak 14 61 4 Sangat Banyak 2 9 Total 23 100 Terdapat banyak pilihan restoran dan rumah makan yang ada di kota Bogor. Baik restoran ataupun rumah makan tiap tahun jumlahnya mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini membuktikan permintaan mayarakat akan kebutuhan wisata kuliner di kota Bogor sangatlah besar. Hal ini membuktikan juga kalau kualitas restoran dan rumah makan yang ada di kota Bogor sangat bagus. Sumberdaya yang berkualitas didukung oleh modal yang menunjang dari tiap pengusaha restoran dan rumah makan. Hal ini didukung juga oleh pihak pemerintah yang memberikan kemudahan akan izin usaha restoran ataupun rumah makan karena tidak dapat dipungkiri bahwa penerimaan pajak dari restoran ini cukup besar yaitu melebihi target yang dicanangkan pemerintah. Target yang diperkirakan yaitu sebesar Rp 11.821.600.000 sedangkan realisasi yang diterima yaitu sebesar Rp 11.898.268.356, dan persentasenya yaitu sebesar 100,65 persen. 77 Tabel 38. Persepsi Responden terhadap Banyaknya Pilihan Restoran yang Ditawarkan di Kota Bogor Nilai Keterangan Jumlah Persentase 1 Sangat Sedikit 1 4 2 Sedikit 9 39 3 Banyak 12 52 4 Sangat Banyak 1 4 Total 23 100 Terdapat banyak pilihan biro perjalanan wisata yang ada di kota Bogor. Jumlah biro perjalanan wisata yang terus meningkat dengan peningkatan yang cukup signifikan. Dari jumlahnya yang hanya 4 pada tahun 1996, sebelas tahun kemudian pada tahun 2007 jumlahnya menjadi 71 buah. Hal ini dikarenakan jumlah wisatawan yang terus meningkat, jadi permintaan terhadap biro perjalanan wisata meningkat pula. Tetapi sebanyak 61 persen responden menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan terdapat banyak pilihan jasa travel yang ditawarkan di kota Bogor. Hal ini dikarenakan penilaian responden bersifat subyektif. Tabel 39. Persepsi Responden terhadap Banyaknya Pilihan Jasa Travel yang Ditawarkan di Kota Bogor Nilai Keterangan Jumlah Persentase 1 Sangat Sedikit 1 4 2 Sedikit 14 61 3 Banyak 8 35 4 Sangat Banyak Total 23 100 Penjual souvenir di kota Bogor tidak terlalu banyak. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas souvenir-souvenir yang ada di kota Bogor sangat bagus. Souvenir disini tidak hanya souvenir berbentuk benda tetapi juga bisa berupa makanan ataupun buah tangan lainnya. Kota Bogor terkenal dengan Talas 78 Bogornya, roti unyil, asinan ,Tas Tajur, dan masih banyak lagi. Jadi souvenir di kota Bogor itu sudah terjamin kualitasnya. Tabel 40. Persepsi responden terhadap Banyaknya Penjual Souvenier Yang ditawarkan di Kota Bogor Nilai Keterangan Jumlah Persentase 1 Sangat Sedikit 4 17 2 Sedikit 13 57 3 Banyak 6 26 4 Sangat Banyak Total 23 100 Tabel 42 menunjukkan persepsi responden terhadap keteraturan transportasi di kota Bogor. Sebagian besar responden yaitu 61 persen menyatakan transpotasi kota Bogor sudah teratur. Tabel 41. Persepsi Responden terhadap Keteraturan Transportasi di Kota Bogor Nilai Keterangan Jumlah Persentase 1 Sangat Tidak Teratur 1 4 2 Tidak Teratur 7 30 3 Teratur 14 61 4 Sangat Teratur 1 4 Total 23 100 Penjelasan di atas merupakan variabel-variabel yang digunakan dalam pendekatan porter’s diamond. Pendekatan ini digunakan untuk melihat potensi- potensi yang dimiliki kepariwisataan kota Bogor. Potensi-potensi yang dijelaskan di atas digunakan sebagai ukuran daya saing yang dimiliki kepariwisataan kota Bogor. Semuanya terangkum di Gambar 7. 79 Gambar 7. Analisis Daya Saing Pariwisata kota Bogor dengan Pendekatan Porter’s Diamond Strategi Perusahaan dan Pesaing +Tenaga kerja di bidang pariwisata di kota Bogor berkualitas Industri Pendukung dan industri terkait +Wisatawan yang datang ke kota Bogor sangat banyak +Jumlah wisatawan yang datang tiap tahun selalu bertambah Kondisi Permintaan Kondisi Faktor +Sistem manajemen yang diterapkan sudah berjalan efektif +Tidak ada hambatan dari pemerintah dalam pengembangan bisnis pariwisata di Bogor +Persaingan antara perusahaan-perusahaan yang berhubungan dengan pariwisata terjadi secara sehat +Tidak banyak pungutan-pungutan dari pihak tertentu dalam bisnis pariwisata +Tidak ada perusahaan tertentu yang memonopoli bisnis dalam pariwisata di kota Bogor -Peraturan-peraturan yang dikeluarkan pemerintah kota Bogor belum berjalan efektif -Promosi-promosi kepariwisataan kota Bogor belum berjalan efektif +Pendidikan dan latihan yang diberikan pemerintah ataupun pihak-pihak tertentu terhadap tenaga kerja ataupun pihak-pihak tertentu yang berkaitan dengan pariwisata telah berjalan efektif dan sangat mendukung terhadap peningkatan pariwisata di kota Bogor +Akses informasi tentang kepariwisataan di kota Bogor mudah +Obyek wisata yang ditawarkan menarik dan beragam +Kebijakan terhadap harga harga tiket masuk,harga souvenir-souvenir,tarif permainan yang ada dalam obyek wisata,dllyang ditetapkan sesuai dengan jasa yang ditawarkan -Anggaran pemerintah untuk pariwisata di kota Bogor belum mencukupi + Banyak pilihan hotel yang ditawarkan di kota Bogor + Banyak pilihan restoran yang ditawarkan di kota Bogor +Restoran yang ada di kota Bogor sangat berkualitas +Kualitas souvenir-souvenir yang ditawarkan di kota Bogor sangat baik +Banyak jasa travel yang ditawarkan di kota Bogor +Kualitas hotel yang ada di kota Bogor sangat baik +Transportasi di kota Bogor sudah teratur -Masih kurangnya pilihan penjual souvenir yang ditawarkan di kota Bogor 80

5.3. Strategi Peningkatan Daya Saing Pariwisata Kota Bogor

Perumusan strategi yang didapat dalam penelitian ini yaitu dengan memetakan tingkat persepsi wisatawan dengan koefisien variabel-variabel yang berpengaruh nyata dalam model probit. Gambar 8 merupakan pemetaan tingkat persepsi dengan koefisien model probit. Koordinat variabel kenyamanan yaitu 1,09 ; 2,61, koordinat variabel biaya yaitu 0,67 ; 3,02. Rata-rata koefisien indeks yaitu 0,88 dan rata-rata persepsi yaitu 2,8. Koefisien Indeks 1 2 3 4 1 0,5 Variabel Kenyaman Low Priority Over Rata-rata Persepsi Koefisien Indeks Rata-rata Persepsi 1 2 3 4 1 0,5 Maintain Low Priority Over Koefisien Indeks Persepsi Rata-rata Koefisien Rata-rata Persepsi Variabel Biaya Variabel Kenyamanan Prioritas 1 2 3 4 1 0,5 Low Priority Over Koefisien Indeks Rata-rata Persepsi Gambar 8. Pemetaan Tingkat Persepsi dengan Koefisien Model Probit 81 Berdasarkan hasil pemetaan tingkat persepsi dengan koefisien model probit, maka dapat dirumuskan suatu strategi yaitu : 1. Variabel kenyamanan menjadi prioritas utama yang harus ditingkatkan. Misalnya dengan melengkapi fasilitas kepariwisataan kota Bogor. Untuk melengkapi fasilitas ini diperlukan adanya peningkatan anggaran untuk sektor pariwisata. Perlu adanya penambahan kawasan bermain seperti taman ria yang ada di Taman Topi. Kurangnya pilihan tempat bermain buat keluarga terutama anak-anak, sehingga perlu adanya tambahan fasilitas tersebut .Selain hal itu juga harus adanya perombakan proses birokrasi di instansi-instansi tertentu yang birokrasinya masih menyulitkan pihak lain. Hal ini dimaksudkan untuk peningkatan efisiensi dari segi biaya ataupun waktu. 2. Suatu tempat atau daerah pasti mempunyai ciri khas. Untuk kota yang begitu familiar seperti Bogor, harus lebih meningkatkan ciri khas yang ada di kota itu.. Jumlah penjual souvenir yang ada di kota Bogor masih kurang. Selain penjual-penjual yang ada di kawasan objek wisata, harus ada tempat khusus lagi dimana di tempat tersebut menjual souvenir khas kota Bogor. Souvenir yang dijual juga harus lebih beragam, menarik dan berkualitas. Hal ini memerlukan dukungan tidak hanya dari pengusaha atau pengrajin itu sendiri tetapi juga pemerintah kota Bogor yang dapat membantu kelancaran para pengrajin souvenir itu misalnya dengan mengusahakan pinjaman modal, ijin usaha yang tidak menyulitkan, dan pajak yang tidak begitu besar. 3. Variabel intensitas dan variabel pendidikan tidak dapat dirumuskan dalam Gambar 8 karena data yang tidak memungkinkan untuk dimasukkan dalam