Berpikir dan Mengubah Dari Bawah

Berpikir dan Mengubah Dari Bawah

Tim Media Kerja Budaya Ketika krisis m elanda sektor keuangan dan ekonom i Indonesia, intelektual juga ikut kalut.

Intelektual-birokrat, LSM dan aktivis tergopoh-gopoh m em aham i perubahan yang cepat dan m erum uskan keadaan sebisa-bisanya dengan pikiran yang lam a tak diuji. Di kota-kota besar m ereka berserakan, m asuk ke partai politik karena m erasa dapat berbuat sesuatu di dalam nya,

m endirikan LSM baru karena yang lam a dinilai tidak responsif terhadap keadaan , ikut berdiri di depan gedung DPR karena m erasa harus berbuat sesuatu sesegera m ungkin.

Banjir bantuan dari lem baga internasional m em beri m ereka tem pat baru sebagai konsultan atau

staf ahli m elafalkan konsep dan teori m engatasi krisis. Media m assa juga datang m em bantu, m enjadikan m ereka kom entator dan pengam at , m enyediakan ruang bernapas yang tak terlalu banyak m enuntut. Asap dasar m asih bisa m engepul dan citra sebagai intelektual pun tidak luntur. Ada juga yang m erasa nyam an dan berkata, kalau Indonesia am an, kita-kita ini bisa kehilangan pekerjaan sebagai pengam at. Lebih baik kacau saja terus, agar ada yang bisa kita tulis.

Sem entara itu jauh dari hiruk-pikuk pusat kekuasaan dan serbuan kam era m edia m assa, orang berusaha m encari jawaban sendiri atas apa yang m enim pa m ereka. Celoteh intelektual kelas m enengah sem akin tak m enarik, karena tidak m em beri penjelasan apalagi jalan untuk m em ecahkan m asalah m ereka. Titik pijaknya sederhana saja yakni pengalam an hidup sehari- hari dan keinginan bertahan hidup. Berpikir dan m erum uskan m asalah serta m encari pem ecahan m enjadi kewajiban, yang jika tak dilakukan bisa berakibat buruk bagi kehidupan.

Di pedesaan, ketim pangan dalam pem ilikan tanah dan keterbatasan akses terhadap m odal dan alat pertanian m endesak petani m elongok cara-cara bertahan hidup yang sem pat dibasm i agen Revolusi Hijau karena dianggap tidak m odern. Sistem lum bung padi kem bali dihidupkan untuk m enghadapi m usim paceklik dan naiknya harga beras. Pengetahuan turun-tem urun tentang cara bercocok-tanam , kesehatan dan budidaya ternak yang m am pu m em perhitungkan m usim dan iklim dengan tepat kem bali dipelajari, ditularkan dari m ulut ke m ulut. Intelektual yang m uncul

di basis-basis um um nya m ulai sebagai provokator bagi tetangganya dan berkem bang m enjadi agen perubahan bagi m asyarakatnya, ujar Didiek Supriyanto.

Ia m em beri contoh seorang pem uda dari kam pung nelayan di Palangkaraya yang m engandalkan hidupnya pada aliran-aliran sungai. Pada 1998 karena pencem aran sungai sem akin buruk ia m engajak sepuluh keluarga di kam pungnya pindah dari tepi sungai m endekati jalan raya. Di pem ukim an baru m ereka m em elihara ikan di kolam yang tidak selalu m encukupi kebutuhan. Kesulitan hidup m endorong m ereka berkum pul dan berpikir, lalu m elahirkan gagasan m erawat sepetak hukum di belakangan pem ukim an yang baru untuk m enanam beragam pohon dan tanam an yang berm anfaat. Lurah setem pat m em beri jatah hutan seluas 50 hektar untuk dikelola secara lestari. Gerakan penyelam atan diri dan alam ini kem udian m enular kepada warga lainnya dan dalam waktu singkat berhasil m enghim pun 172 keluarga m enggarap lahan seluas 40 0 hektar.

Lain lagi cerita dari Parbaungan, Sum atera Utara. Masyarakat di desa pesisir itu selalu m enghadapi abrasi dan terpaan angin kencang yang sem akin hebat karena ditebangnya hutan bakau dan berm unculannya tam bak-tam bak ikan. Karena itu m ereka m encari jalan untuk kem bali m enanam i pantai dengan tanam an bakau. Usaha pertam a m enggunakan bibit tanam an yang dibeli di kota gagal. Setelah sebulan ditanam tanam annya m engering dan m ati. Penggunaan biji tidak lebih baik, karena sebelum sem pat berkem bang tanam annya habis dim akan keong laut. Teknik baru dicari dan yang paling efektif ternyata m enggunakan kondom untuk m erenduk tanam an selam a dua m inggu agar sem pat tum buh berdaun. Sebagai tem uan kam pung yang tak m em erlukan biaya, teknik itu dengan cepat m eluas.