Me m b e b a s ka n Ma rx d a ri Ma rxis m e S o vie t d a n An ti-Ma rxis m e

Me m b e b a s ka n Ma rx d a ri Ma rxis m e S o vie t d a n An ti-Ma rxis m e

Uni Soviet di bawah Stalin dan penerusnya, begitu m em uja Marx sam pai-sam pai justru m elecehkannya. Marx, pelarian berjenggot asal J erm an yang hidup m iskin di London akhirnya dianggap bertanggungjawab atas kejahatan kediktatoran Stalin yang m engerikan dan terjadi di sebelah tim ur Eropa 50 tahun setelah kem atiannya. Orang anti-kom unis m engatakan gagasan Marx adalah akar totalitarianism e Stalin. Beberapa di antaranya m alah secara absurd m engatakan bahwa akarnya dapat ditelusuri lebih jauh kepada m ereka yang m em pengaruhi Marx, seperti Hegel dan Rousseau. Mereka m enilai Marx berdasarkan apa yang terjadi di Uni Soviet. Karena itu Marxism e dianggap runtuh seiring am bruknya Uni Soviet tahun 1990 , seolah- olah nasib analisis Marx tentang kapitalism e sepenuhnya bergantung pada keberadaan Uni Soviet.

Literatur tentang Marxism e yang diterbitkan negara Soviet juga m engacaukan persepsi kita tentang Marx. Terbitan-terbitan itu cenderung m ereduksi gagasan Marx m enjadi perangkat prinsip yang kebal kritik: m aterialism e historis dan m aterialism e dialektik adalah prinsip yang paling terkenal, seperti dikatakan Herbert Marcuse dalam Marxism e Soviet: Sebuah Kritik.

Marx sendiri tidak pernah m em buat apalagi m enganut prinsip-prinsip yang dalam kepustakaan Soviet disebut berasal darinya. Menurut versi standar Soviet tentang m aterialism e historis, Marx digam barkan sebagai orang yang percaya bahwa perubahan dalam teknologi akan m enghasilkan perubahan dalam pengorganisasian produksi ekonom i yang nantinya akan m enghasilkan perubahan dalam kebudayaan. Ini adalah pandangan teori sejarah "determ insim e teknologi", karena m enganggap teknologi sebagai penyebab dasar sem ua perubahan sosial. Marx sendiri tahun 18 8 1 m enulis surat-surat kepada "Marxis" Rusia yang m engatakan teori "determ inism e teknologi" ini adalah m iliknya. Marx m em balas bahwa ia tidak pernah berm aksud m erum uskan "teori lintas-sejarah" yang valid untuk sejarah um at m anusia.

Untuk m em aham i pikiran Marx, orang perlu m em baca teks-teksnya dan m em aham inya dalam konteks sejarah, m em bebaskannya dari interpretasi m ereka yang m enyebut dirinya Marxis. Pikiran Marx seharusnya dilihat lepas dari pikiran orang lain, term asuk sahabatnya yang sering m enulis bersam a, Friedrich Engels. Berbeda dari anggapan tradisi Marxis yang berkem bang kem udian, kedua orang ini tidak bisa dianggap sebagai kem bar siam secara ideologi. Dalam beberapa hal, tulisan Engels justru m enjadi awal dari vulgarisasi pikiran-pikiran Marx. Ia m isalnya m enulis tentang dialektika sebagai prinsip a priori untuk m em aham i sem ua gejala alam . Prinsip yang sam a sekali tidak ada dalam tulisan Marx. Karena Engels hidup lebih lam a, sam pai 18 94, ia giat terlibat dalam politik radikal di Eropa dan banyak Marxis, term asuk Lenin, m em aham i Marx berdasarkan tafsiran Engels.

Marx bukan orang suci atau setan. Ia seorang intelektual cem erlang yang coba m em aham i dunia sekelilingnya. Argum ennya tidak bisa diterim a begitu saja tanpa kritik, tapi sebaliknya tidak bisa dikritik tanpa terlebih dulu m enggeluti teks-teksnya secara teliti. Pikiran Marx dalam hal ini sam a pentingnya bagi zam an m odern seperti halnya Kant, Hegel, Darwin, Freud dan Weber.

Sering dikatakan bahwa ilm u sosial Barat adalah dialog berkepanjangan dengan Marx. Dialog ini biasanya tidak adil terhadap Marx. J ika di Indonesia setelah 1965 kaum intelektual m enyetujui pem berangusan pikiran Marx, di Barat intelektual m em biarkan Marx bicara tapi tidak m au m endengarkannya. Buku-bukunya bisa didapat dengan bebas dan dipakai dalam kuliah di universitas. Teks-teks Marx bukan hanya sulit dibaca tapi juga dikelilingi rerim bunan argum en anti-Marxis. Banyak intelektual yang sepertinya m erasa wajib m enciptakan alasan tertentu untuk m endiskreditkan dirinya. Dengan adanya sentim en anti-Marxis ini, tentu m udah m enganggap Marx sebagai idiot atau sebagai pem berontak yang bernapsu jahat tanpa berusaha m endengarnya terlebih dulu.

Dalam hitungan saya sekurangnya ada delapan kritik terhadap Marx yang biasa dipakai. Ia dituduh, (1) terlalu m aterialistik dan tidak m em beri perhatian pada ideologi dan kebudayaan, (2) seorang pem ikir dari abad ke-19 yang tidak relevan lagi dalam abad ke-20 atau ke-21 ini, (3) seorang pem ikir Eropa yang tidak relevan bagi wilayah lain di luar Eropa, (4) seorang chauvinist

yang m endukung kolonialism e, (5) m enerapkan pandangan "teleologis" dalam sejarah artinya m enganggap m asyarakat m anusia m enuju arah tertentu, yakni sosialism e, (6) hanya m em perhatikan penindasan kelas dan tidak m em aham i jenis-jenis penindasan lain seperti m isalnya, ras dan jender, (7) m enentang dem okrasi karena m endukung gagasan "kediktatoran proleratiat" dan (8 ) seorang ateis yang m enganggap agam a sebagai "candu bagi rakyat".

Saya pikir tak satu pun kritik itu akan berlaku setelah kita m em baca karya Marx dengan hati- hati. Kritik-kritik itu biasanya salah sam a sekali dan harus ditolak, atau tidak terlalu tepat sehingga harus dirum uskan lagi. Misalnya m engenai butir terakhir. Ia tidak m elihat agam a sem ata-m ata sebagai siasat kelas penguasa untuk m enipu kelas-kelas bawah dan m enghalangi m ereka m em aham i realitas penindasan (karena itu disebut "candu bagi rakyat"). Ia juga m enyebut agam a sebagai "hati dalam dunia tanpa nurani" dan "keluh duka kaum tertindas". Ia paham bahwa buruh berpaling pada lem baga agam a untuk m encari dukungan em osional dan bantuan ekonom i saat m ereka berjuang bertahan hidup dalam ketidakpedulian terhadap nasib m ereka. Dalam hal ini Marx sam a ateisnya dengan kaum borjuis di zam annya. Seperti banyak orang lain di zam an itu, ia m enganggap berkem bangnya ilm u dan keam anan ekonom i m em buat orang tidak lagi m elihat perlunya agam a. J adi, ia tak pernah m enyerang agam a atau m engobarkan pelarangan terhadap agam a. Tentu saja ada alasan untuk bersikap kritis terhadap Marx. Anjuran saya, sebaiknya kita m em pelajarinya sungguh-sungguh sebelum m engkritik.

Sungguh ironis bahwa politisi Indonesia m em ilih m em pertahankan pelarangan terhadap tulisan Marx setelah krisis ekonom i Asia 1997. Padahal Marx dengan piawai m enggam barkan naik turunnya siklus kapitalism e yang dahsyat: "Revolusi terus m enerus dalam produksi, kacaunya kondisi sosial tanpa henti, ketidakpastian dan kegelisahan yang berurat-akar m em bedakan era borjuis dari yang ada sebelum nya. Sem ua hubungan yang pasti dan m em beku, berikut gelom bang prasangka dan pendapat yang kuno lagi suci, disapu habis, segala yang baru terbentuk m enjadi usang sebelum sem pat m engental. Segala yang padat m enguap dalam udara". Bukankah kalim at dari 18 48 ini dengan tepat m enggam barkan keadaan Indonesia sekarang, ketika sem ua yang kita anggap padat ternyata m enguap dalam udara?

Krisis ekonom i m engungkap bahwa kem akm uran dan keam anan Orde Baru sebenarnya ilusi saja sem uanya m enguap dalam udara. Bukankah kapitalism e, sistem yang hanya dapat bertahan dengan pertum buhan dan pasar tanpa kontrol, senantiasa m enghasilkan perubahan dan instabilitas? Bukankah tujuan Marx sesungguhnya adalah m engakhiri perubahan dahsyat dan revolusi yang dihasilkan kapitalism e itu? Anggota MPR bisa saja m elarang tulisan Marx karena dianggap "revolusioner", tapi apa yang m ereka lakukan untuk m encegah revolusi-revolusi kapitalism e, seperti revolusi yang m enghantam Indonesia tahun 1997 dan berakibat jutaan orang m enjadi penganggur dan terhem pas ke kem iskinan absolut?

>>>Untuk m em baca karya-karya Marx, Engels, Kautsky, Lenin dan Marxis lainnya kita dapat m elihat arsip Internet yang tidak berhasil disensor pem erintah Indonesia di www.m arxists.org

J OH N ROOSA, sejarawan yang bekerja di Universitas California, Berkeley, AS.

KUDETA 1 OKTOBER 1965 SEBUAH ANALISA AWAL Judul Asli : Preliminary Analysis of the Oktober 1, 1965, Coup in Indonesia Karangan : Benedict Anderson dan Ruth T. McVey Penerjemah: Galuh HE Akoso dan Yeri Ekomunajat Penerbit: LKPSM – Syarikat 2001. xiii, 350 hlm.

KAUM MERAH MENJARAH Karangan : Aminuddin Kasdi Penerbit: Jendela 2001. xxi, 387 hlm

PALU ARIT DI LADANG TEBU Hermawan Sulistyo Penerbit : Gramedia 2000. xiii, 315 hlm