25681678 WEB Media Kerjabudaya edisi 092002

Pok ok M e dia K e rja buda ya

tahun lalu berdecak kagum . “Bagaimana mungkin orang bisa

m em produksi kebohongan setebal ini? ” Apalagi dalam jajaran tim penyusun ada nam a-nam a beken bergelar profesor dan doktor.

Me n gin gka ri Ilu s i Ke b e b a s a n

In te le ktu a l P e m b a n gu n Re zim

Orde Baru m em ang dibangun dari kebohongan satu ke yang lain.

B e rge ra k Me la w a n Aru s

Persoalannya m engapa begitu banyak intelektual yang terlibat di

B e rp ikir d a n Me n gu b a h d a ri B a w a h

dalam nya?

Tim Media Kerja Budaya: Hilmar Farid, M. Fauzi, Sentot Setyosiswanto, Razif.

Persekutuan intelektual-birokrat-m iliter untuk m enunjang

berdirinya Orde Baru sudah dim ulai sejak hari-hari pertam a.

Da t a Bic a ra

Manipulasi fakta-fakta pem bunuhan tujuh perwira Oktober 1965

Profil

adalah titik tolaknya. Tim forensik m engatakan tak satu pun jenazah yang rusak karena sayatan pisau atau pukulan benda

Ke m b a n gp a la Me re ta s Alte rn a tif H id u p S e h a t

Andre

tum pul. J enderal Soeharto yang m em beri perintah otopsi tentu tahu, tapi ia m em biarkan kebohongan itu beredar, berkem bang

Puisi Luh Suw it a U t a m i

dan m enjadi “kesadaran publik”.

Pa t Gulipa t K rit ik Se ni

Dari kebohongan ini kem udian lahir buku-buku “sejarah” seperti

Ge rh a rd Rich te r, P e ru p a La m b a n g P a s ka

Tragedi Nasional Percobaan Kup G-30 -S/ PKI yang ditulis Nugroho

P e ra n g D in gin . Ce rm in a n B a n gu n

Notosusanto dan Ism ail Saleh. Selam a 32 tahun tak seorang pun

Ka p ita lis m e Te rkin i?

intelektual yang berm inat m em bantah kebohongan dan um um nya

Fir m a n Ic h s a n

bungkam m elihat pem bunuhan m assal dan penangkapan ribuan

K la sik

rekan sejawatnya yang m enyusul peristiwa itu. J ustru sebaliknya Etn o lo gi P e n u m p a s a n S n o u ck H u rgro n je

sebagian ikut m engusung kebohongan m enjadi bagian dari

A r if R u s li

kurikulum dan m enjadikan teks-teks penuh kebohongan sebagai

Ce rit a Pe nde k

bacaan resm i.

P e rs e lis ih a n N g a r t o Fe b r u a n a

Di m asa selanjutnya kita m elihat kerjasam a yang kuat di segala

bidang. Dalam ekonom i, orientasi pasar bebas m endapat “landasan Mo n o p o li P e n ge ta h u a n ilm iah ” dari profesor-doktor lulusan Amerika dan Eropa. Saat

Esa i

Ig n a t iu s H a r y a n t o

sistem yang dibangunnya m engalam i krisis, kaum terpelajar ini berceloteh tentang penyim pangan dan m enuduh “mental bangsa”

Logik a K ult ura

sebagai biang keladinya. Ilm u sosial disulap m enjadi alat

Ma n u s ia Ma rx

en gin eerin g , m enciptakan m asyarakat yang sesuai dengan

John Roosa

im ajinasi penguasa dan para pendukungnya. Dan begitu

Penelitian untuk m enguji-ulang keyakinan, pem bahasan

T ok oh

m endalam tentang prinsip ilm iah dan soal-soal m endasar lainnya

P a u l Ro b e s o n : Me n d e n d a n gka n La gu ,

ditinggalkan dan intelektual sibuk m engejar setoran dalam proyek

Me n ga gu n gka n Ma n u s ia

pem erintah. Kaum “intelektual bebas” yang tidak mau tenggelam

A y u R a t ih

dalam pola itu m enjauh dari birokrasi dan lem baga pendidikan

Be rit a Pust a k a

yang sem akin dikuasai. Sebagian terpaksa m em bayar m ahal

dengan hidup serba terbatas di bawah tekanan, sem entara lainnya m em eluk “alternatif baru” seperti LSM atau lembaga penelitian

dan sibuk m engejar setoran yang lain.

Kebebasan yang diantar gerakan m assa tahun 1998 m em beri ruang baru bagi intelektual untuk berkiprah. Nam un tidak sem uanya berpegang pada apa yang diim pikan sejak lam a: m em beri sum bangan berarti kepada sesam a untuk bebas dari segala yang m engekangnya. Para abdi birokrasi tentu tidak m udah m engubah haluan berpikir, cara kerja dan m eninggalkan kenikm atan yang diperolehnya selam a m engabdi. Mereka yang kritis sebaliknya juga tenggelam dalam keasyikan m engejar setoran dan m enjadi bintang m edia sebagai pengam at dan kom entator ternam a. Ada juga yang bahkan m enikm ati krisis, kesengsaraan dan kekacauan. “Kalau tidak ada kekacauan, apa yang m au kita tulis? J adi lebih baik negeri ini kacau saja, ” komentar seorang intelektual muda. Mungkin serius, m ungkin juga ungkapan rasa frustrasi.

M edia Kerja Buday a edisi ini berusaha m engangkat berbagai dim ensi intelektual yang oleh sebagian m asyarakat diterim a sebagai ‘guru bangsa’, kaum tanpa pamrih yang hanya bicara tentang kebenaran. Ada kenyataan pahit dan ada pula yang m erangsang sem angat baru. Sebuah pengantar agar setelah berjuang lepas dari kebohongan besar kita tidak terjerem bab ke dalam kebohongan yang lain.

Pem im pin R edaksi

INDEX | ARSIP | EDISI ONLINE | HALAMAN NASKAH | LINKS Tentang MKB | Email

versi teks

©2003, Media Kerjabudaya Online. http://mkb.kerjabudaya.org

e-mail: mkb@kerjabudaya.org design & maintenance: nobodycorp. internationale unlimited

Mengingkari Ilusi Kebebasan

Tim Media Kerja Budaya Intelektual biasanya dianggap sebagai m anusia bebas dan kreatif yang terus-m enerus m encari

kebenaran. Untuk m encapai tujuan m ulianya, intelektual tidak segan m enem puh kehidupan yang tidak lazim dan m enolak m enjadi bagian dari arus utam a dalam m asyarakat. Tanpa pam rih adalah ciri yang lain karena bukan uang, pangkat dan kenikm atan duniawi yang dicari. Akibatnya tidak jarang m ereka terpaksa berjalan sendiri dan kesepian seperti yang diungkap Arief Budim an dalam pidato di Melbourne University nyaris lim a tahun lalu.

J ulien Benda, pem ikir konservatif Prancis m ungkin orang yang paling sering dikutip untuk m enggam barkan sosok intelektual tanpa pam rih. Pengkhianatan Kaum Intelektual karyanya adalah kritik tajam terhadap m obilisasi kebencian dalam kasus Alfred Dreyfus, kapten tentara Prancis keturunan Yahudi yang dituduh m enjual rahasia negara kepada pasukan J erm an. Ia m engecam kesetiaan buta kaum intelektual terhadap doktrin keam anan negara dan m enuduh m ereka berkhianat terhadap nilai kebebasan dan hak-hak individu yang diperjuangkan Revolusi Prancis.

Tapi kenyataan sejarah m em unggungi harapannya, term asuk intelektual sebarisannya dalam kasus Dreyfus. Georges Clem enceau jurnalis yang m enjadi m enteri dalam negeri 190 6, m enangkap para pem im pin serikat buruh radikal CGT dan m em erintahkan agar m ereka dihukum tem bak. Sem ua itu atas nam a "keam anan nasional", persis seperti kaum intelektual yang dituduhnya berkhianat dalam kasus Dreyfus. Sebuah bukti bahwa kem erdekaan individu yang dijunjungnya selalu punya pengecualian. Mungkin m irip dengan kebungkam an intelektual Indonesia yang m erayakan kem erdekaan berpikir di satu pihak tapi m em biarkan penindasan terhadap intelektual yang berlawanan di tahun 1960 -an.

Bagaim anapun karyanya tetap m enjadi landasan berm acam pandangan, fantasi dan ilusi tentang sosok intelektual bebas yang kadang terlihat naif di hadapan kenyataan sejarah yang keras. Pem bentukan pengetahuan dan ilm u senantiasa terkait dengan kehidupan ekonom i dan politik. Sejarah m odern pun penuh dengan kisah persekutan intelektual dengan kekuasaan.

In te le ktu a l Ab d i

Intelektual adalah bagian tak terpisahkan dari penjajahan selam a berabad. Nam a-nam a besar dalam berbagai bidang ilm u seperti J ohn Stuart Mill bersesakan dalam birokrasi rum ah dagang dan negara kolonial. Di Indonesia kita m enjum pai Brandes, van Leur, Petrus-Blum berger dan Gonggrijp. Mereka bekerja penuh pengabdian dan sekaligus m endapat penghargaan karena pencapaian akadem ik, yang m enunjukkan kedekatan dunia ilm u pada um um nya dengan birokrasi negara. Sekalipun "bebas" m enulis tentang apa pun yang m ereka m ereka m inati tugas utam a adalah m enam bah pengetahuan penguasa tentang daerah kekuasaannya, dan tak seorang pun dari m ereka yang m engingkarinya. Abad ke-20 m enghadirkan contoh-contoh yang lebih telak lagi. Di J erm an sem asa Nazi ribuan peneliti dan ilm uwan segala bidang direkrut untuk m endukung proyek Aryanisasi Hitler. Kam p konsentrasi seperti Buchwald dan Auschwitz disulap m enjadi laboratorium raksasa m enggunakan penghuninya sebagai obyek eksperim en yang m engerikan. Anak-anak disuntik dengan virus hepatitis untuk m em pelajari cara kerjanya, sem entara tahanan dewasa dibiarkan m erana kelaparan agar para peneliti dapat m engam ati batas daya tahan m anusia. Di sam ping m enjadi m asukan untuk kepentingan m iliter, hasil penelitian itu kadang dium um kan m elalui konperensi dan jurnal ilm iah yang bergengsi pada zam annya sebagai pencapaian akadem ik.

Hubungan intelektual dengan rezim fasis hanya dalam bidang ilm u alam atau kedokteran. Martin Heidegger, filsuf terkem uka yang juga dikenal luas di Indonesia diketahui m endukung kekuasaan Nazi. Ia m enjadi rektor Universitas Freiburg dengan restu penguasa yang beberapa m inggu sebelum nya m em bakar ribuan buku di hadapan um um . Beberapa bulan kem udian ia ikut m enandatangani pernyataan sekelom pok ilm uwan J erm an yang m endukung kekuasaan Hitler, dan sesudah perang m asih berbicara tentang "kebenaran dan keagungan" eksperim ennya di J erm an.

Intelektual yang m engabdi pada negara m em iliki sejarah panjang. Di Rusia hubungan itu diperkuat tahun 1725 saat negara m em bentuk Akadem i Ilm u yang m encakup sem ua bidang keahlian. Ham pir sem ua ilm uwan bergabung dalam lem baga penelitian atau perkum pulan ahli. Setelah revolusi Bolshevik tradisi itu dilanjutkan, kali ini untuk m elayani kepentingan revolusi. Beberapa lem baga sem pat berkem bang pesat dan m enjadi m asyhur di lingkungan akadem ik, seperti Institut Fisika-Teknik di Ukraina yang didirikan 1928 . Situasi berubah setelah Stalin berkuasa dan sem bilan tahun kem udian, ham pir sem ua ahli asing yang bekerja di sana diusir sem entara rekan sejawatnya asal Soviet ditangkap atau disingkirkan karena dianggap pem bangkang politik.

Tentu banyak intelektual yang m em ilih tidak bergabung dalam birokrasi atau lem baga tertentu. Rusia m enyaksikan m unculnya kaum intellegentsia yang m em ilih berpihak pada perjuangan rakyat, sem entara di Prancis ada filsuf, ahli sejarah dan penulis yang bergabung dalam Front Popular. Bekerja dalam lem baga tidak selalu berarti m engabdikan seluruh karya dan pikiran pada kepentingan negara, seperti ditunjukkan oleh pendiri dan pengikut Mazhab Frankfurt. Nam un, pertentangan yang sem akin tajam antara kekuatan politik dan kelas sosial tidak m em ungkinkan m ereka berdiri netral di atas sem ua kepentingan dan m engabdi pada kebenaran yang abstrak seperti yang diserukan Benda.

P e ra n g D in gin Ilm u d a n Ke b u d a ya a n

Berakhirnya perang dunia m elahirkan perseteruan baru di antara negara pem enangnya dan m em bawa bentuk hubungan intelektual dan penguasa yang berbeda. Am erika Serikat dan Uni Soviet yang pegang peran utam a sam a-sam a m enggalang ribuan intelektual m enjadi penasehat, pem beri legitim asi atau perpanjangan tangan birokrasi yang m em ikirkan strategi dan teknik penaklukan. Perlom baan senjata adalah prioritas utam a dan pertarungan dim ulai untuk m em perebutkan ilm uwan J erm an yang perang. Washington m elancarkan Operasi Paperclip untuk m em bawa sekurangnya 1.60 0 ilm uwan dan keluarga m ereka bekerja di AS. Seperti di m asa perang, para ilm uwan ini m enggunakan serdadu AS sebagai obyek percobaan senjata kim ia m aupun LSD dan obat-obatan psiko-kim ia untuk m enciptakan alat pengontrol pikiran. Dim ulai dari Universitas Stanford, politik Perang Dingin m enjalar ke univesitas bergengsi lain seperti Chicago, MIT dan Colum bia. Dalam proses itu sebagian besar intelektual kiri (sebagian berpindah haluan) tersingkir dan m em beri jalan bagi pem bentukan intellectual establishm ent baru yang konservatif. Badan pem erintah, term asuk lem baga intelijen seperti CIA dan FBI, m endukung dengan m enyalurkan dana, tenaga dan aktif m elakukan intervensi serta pengawasan. Keyakinan ideologis bercam pur dengan kebutuhan m encari sum ber dana m endorong para pem im pin universitas m em buka lebar pintu kam pusnya untuk proyek dan program baru yang sejalan dengan kepentingan pem erintah.

Politik luar negeri m enjadi sangat m enentukan dan untuk itu para penguasa perlu pengetahuan cukup tentang keadaan negeri lain. Universitas Harvard m em buka Pusat Penelitian Rusia sebagai think-tank politik luar negeri dan intelijen m engenai Uni Soviet. Lem baga kajian wilayah lainnya dibentuk m elibatkan intelektual terkem uka seperti Walt W. Rostow dan Sam uel Huntington. Sebagian m eniti karir sebagai penasehat keam anan dan politik luar negeri, tapi ada pula yang m em ilih bergerak di lapangan, seperti sosiolog Talcott Parsons yang tahun 1948 berkeliling Eropa dengan bantuan staf kedutaan, dinas intelijen dan m iliter AS m erekrut para pelarian Uni Soviet untuk bekerja di lem baga tersebut. Kalangan bisnis dan lem baga dana berperan penting dalam proses pem bentukan lem baga-lem baga ini. Universitas Harvard m endapat bantuan $ 740 ribu dari Carnegie Corporation untuk m endirikan pusat penelitian tersebut, sem entara Ford Foundation m em beri $ 270 juta kepada 34 universitas di seluruh AS guna m endirikan pusat kajian wilayah dan bahasa antara 1953 dan 1966. Sebagian dana diperoleh dari CIA yang m enggunakan lem baga-lem baga itu sebagai selubung kegiatannya. Tahun 1976 Kongres AS m elakukan investigasi yang m engungkap ham pir separuh dari 70 0 paket hibah yang disalurkan berbagai lem baga dana berasal dari dinas intelijen tersebut.

Kenyataan ini tidak berarti bahwa sem ua pusat kajian wilayah adalah perpanjangan tangan CIA atau badan pem erintah lainnya. Seperti halnya Moskow dan Beijing tidak selalu berhasil m em bangun "garis kom ando" dengan organisasi, lem baga atau intelektual yang didukungnya, di AS pun berm unculan lem baga yang relatif independen sekalipun m endapat dana hibah sem acam itu. Langkah yang tidak m udah dalam politik Perang Dingin. George Kahin dari Cornell University m isalnya m em buka studi Asia Tenggara di kam pusnya dengan dukungan Ford Foundation di satu pihak dan m ata curiga Departem en Luar Negeri yang m enganggapnya terlalu dekat dengan gerakan kiri di Indonesia pada pihak lain.

Tapi terlepas dari variasi hubungan dan lem baga yang terbentuk m asa itu, Perang Dingin m em bawa dam pak serius bagi perkem bangan ilm u dan kehidupan intelektual. Seiring dengan m eningkatnya petualangan intelijen ke seluruh dunia, ahli-ahli psikologi seperti Harold Lasswell tekun m engem bangkan teknik perang urat syaraf, sem entara ahli bahasa m elayani kelas-kelas yang sesak dengan tentara dan agen dinas intelijen yang ingin m enguasai bahasa sasarannya. Ahli ekonom i dan politik berlom ba m encari rum us baru m engenai pem bangunan negeri berkem bang agar m engikuti "garis politik" m asing-m asing negara.

Sekalipun hanya sebagian intelektual yang m engabdi pada kepentingan strategis seperti itu, lanskap keilm uannya secara um um tetap sangat terpengaruh. Mereka m em ang relatif bebas m erancang, m engum pulkan bahan dan m eneliti, tapi akhirnya harus berhadapan dengan keinginan lem baga dana serta ketiadaan kontrol terhadap penggunaan hasil karya m ereka. Banyak studi antropologi, proyek pem etaan, studi geografi dan kajian sosial lainnya m enjadi bagian dari operasi m iliter tertentu, sem entara studi sastra dan seni diolah m enjadi senjata dalam pertarungan kebudayaan. Meski tidak "berkhianat" dalam pengertian J ulien Benda, kem erdekaan berpikir dan m encipta terbentur oleh berbagai kepentingan yang m engelilingi m ereka.

Mencegah m enjalarnya kom unism e adalah agenda pokok Washington dalam perang tersebut. Intelektual kiri seperti Paul Baran dan Paul Sweezy yang pernah bekerja dalam Kantor Dinas Strategis sem asa perang m elawan J erm an, m ulai digeser untuk m em bentuk intellectual establishm ent yang anti-kom unis. Sebaliknya di Uni Soviet negara m em beri tugas baru kepada kaum intelektual untuk m enjaga dan m enjam in "kem urnian ideologi". Intelektual yang tidak m endukung kebijakan negara, sekalipun tidak anti-kom unis, disingkirkan dari posisi m ereka.

Berbagai lem baga penelitian baru dan sebuah pusat pengem bangan ideologi, Institut Marxism e- Leninism e dibentuk. Beberapa intelektual Marxis seperti Georg Lukacs bergabung dalam lem baga itu untuk m enyusun buku-buku teks yang "m eringkas" pikiran Marx, Engels, Lenin dan Stalin untuk disebarkan ke lem baga-lem baga pendidikan sebagai bacaan wajib. Penelitian dilakukan untuk m enjadikan Marxism e-Leninism e sebagai induk dari segala ilm u. Dari teori kritis untuk m em aham i dan m engubah m asyarakat, Marxism e diubah m enjadi gugus doktrin siap pakai untuk m em bentuk "m anusia sosialis seutuhnya". Arti penting karya penelitian dan pem ikiran tidak lagi diukur berdasarkan pencapaiannya dalam m enjabarkan dan m enjawab m asalah, seperti yang dilakukan Marx sendiri, tapi seberapa jauh karya itu sejalan dengan Marxism e versi Soviet.

Seperti di AS, kedekatan pada birokrasi adalah jalan bagi intelektual untuk m endapat posisi penting di lem baga pendidikan atau bekerja dalam proyek penelitian. Pejabat partai berkuasa atas pendidikan tinggi dan lem baga penelitian, m em astikan bahwa tidak ada unsur liberal yang m enyusup ke dalam nya.

In va s i B is n is

Saat ini praktis tidak ada kekuatan lain yang bisa m em pengaruhi kehidupan akadem ik dan intelektual seperti bisnis. Sejarahnya panjang tapi pengaruhnya m ulai sem akin dirasakan pada 1990 -an seiring dengan berakhirnya Perang Dingin. Birokrasi di m ana-m ana m enganggap nilai strategis lem baga pendidikan, penelitian dan kum pulan intelektual sem akin berkurang. Universitas terkem uka kini harus hidup dengan dana publik yang sangat terbatas dan kadang hanya cukup untuk m enutup seperem pat kebutuhannya. Ini adalah pem andangan um um di negara industri m aju di Am erika, Eropa dan Asia yang m em produksi 8 4,3% dari seluruh karya ilm iah di dunia. Di Asia Tenggara yang hanya m engeluarkan 0 ,1% keadaannya lebih m engenaskan lagi. Intelektual "bebas" yang selam a ini berkeliaran di perpustakaan, café dan ruang diskusi berdebat tentang segala hal kini m engikuti disiplin kapitalism e untuk bertahan hidup. Sebagian m engasong tenaga dan pengetahuannya dari proyek ke proyek, sem entara lainnya m em ilih lom pat ke gerbong eksekutif m enjadi bagian dari intellectual establishm ent yang bersekutu dengan bisnis. Museum , perpustakaan, pusat kebudayaan dan lem baga publik lain yang m enjadi tem pat berkarya sem akin tidak bersahabat pada intelektual dan senim an yang tidak dapat m endatangkan dana.

Pem enggalan anggaran adalah jalan utam a bagi m asuknya bisnis ke lem baga pendidikan dan kehidupan intelektual secara um um . Universitas Berkeley tahun 1998 m isalnya m em buat kontrak dengan Novartis, raksasa farm asi dari Swiss yang m em bayar $ 25 juta dengan im balan hak istim ewa untuk m endaftarkan lisensi sepertiga penem uan ilm iah yang lahir dari fakultas biologi di kam pus itu. Di tem pat-tem pat lain industri dengan teknologi lain sem akin sering m enggunakan kam pus sebagai tem pat peluncuran produk terbaru untuk m enekankan bobot ilm iahnya. Hal serupa terjadi pada pusat-pusat kebudayaan ketika lem baga penyandang dana (yang seringkali terkait dengan institusi bisnis) m ulai m enuntut kerjasam a yang m engutam akan kepentingan bisnis m ereka. Restrukturisasi dilakukan dengan m enutup atau m engubah isi bidang studi yang tidak m enghasilkan uang. Sebagai gantinya dibuka bidang studi baru seperti m anajem en dan teknologi terapan yang senapas dengan kepentingan bisnis dan nyata m enghasilkan uang. Setiap tahun universitas-universitas di Am erika m enerim a 320 .0 0 0 m ahasiswa asing untuk bidang studi seperti itu dengan biaya kuliah yang m ahal. Alasan lain untuk m engurangi jatah bagi ilm u sosial, filsafat dan hum aniora karena bidang-bidang ini berbicara tentang nilai-nilai dasar dalam kehidupan m asyarakat yang justru m enjadi sasaran invasi bisnis sekarang ini.

Ilm u alam yang sem ula dipaksa m engikuti logika perang dan penaklukan m em asuki fase baru sebagai pelayan industri dengan efek m em bunuh yang tidak kalah besarnya, seperti rekayasa genetik yang banyak digunakan dalam industri pertanian. Di fakultas ekonom i pengajar dan m ahasiswa sudah m elupakan filsafat m oral yang m enjadi akar ilm u m ereka dan m em usatkan perhatian pada kuantifikasi pertum buhan dan strategi bisnis. Untuk m elayani rakyat pekerja yang tertekan oleh pekerjaan dan terkucil dari lingkungannya, ahli psikologi berlom ba m em buat tulisan populer tentang cara m engatasi stress dan m engem bangkan kepribadian corporate. Sem entara filsuf seperti Fukuyam a yang m endapat sam butan luas di sini m erayakan sem uanya sebagai "akhir sejarah". Sistem pengajaran pun sem akin m engikuti tuntutan bisnis. Debat panjang dan diskusi m endalam dianggap tidak efisien. Pelajaran bahasa yang sem ula m engandalkan tatap m uka pengajar-m urid akan diganti oleh kursus "interaktif" di laboratorium kom puter. Bagi penyelenggaranya, skem a itu sangat m enguntungkan karena m urid tetap m em bayar uang sekolah yang sam a sem entara m ereka hanya perlu m em bayar gaji satu-dua asisten paruh-waktu. Cara kerja lem baga pendidikan sem akin m enyerupai assem bly-line di pabrik dan pengajar m enghadapi persoalan yang sam a seperti buruh pabrik: pem ecatan m assal, pengurangan jam kerja yang berakibat turunnya upah, tunjangan dan fasilitas lainnya.

Kalangan bisnis dengan tangkas m enangkap sentim en kesetaraan, hak-hak dan nilai yang diperjuangkan kaum intelektual dan m engolahnya untuk kepentingan bisnis. Perusahaan m inum an Coca-Cola m isalnya m em akai slogan m ultikulturalism e untuk m enawarkan produknya ke seluruh dunia. Intelektual penganjur m ultikulturalism e sebaliknya dengan hati-hati m erum uskan pikirannya agar tidak bertentangan dengan prinsip ekspansi pasar dan m em batasi diskusinya pada kesetaraan ras, etnik atau agam a, tanpa bicara perbedaan kelas yang sem akin hebat.

B e b a s a ta u S a d a r N ila i?

Di zam an m odern gejolak politik dan ekspansi m odal sem akin m em persem pit jalan sepi intelektual yang ingin berpikir bebas, m andiri dan lepas dari segala kepentingan. "Segala yang padat larut dalam udara, segala yang suci dibum ikan, dan m anusia akhirnya didesak untuk m enghadapi kenyataan hidup dan hubungan sesam anya dengan pikiran jernih," dem ikian Marx. Sebagian intelektual bereaksi dengan m engurung diri dalam m enara gading yang sem akin sem pit dan ringkih, m enjadi pandita tanpa um at. Tapi banyak yang m em ilih jalan lain untuk m em bebaskan diri dari kekangan. Tahun 1948 berlangsung Kongres Intelektual Dunia untuk Perdam aian di Wroclaw, Polandia. Setahun kem udian di bawah pim pinan intelekutal Prancis peraih Nobel Frederic J oliot Curie dibentuk Dewan Perdam aian Dunia yang m enghim pun ribuan intelektual dan sarjana dari seluruh dunia term asuk Indonesia. Dim ulai dari dari kam panye m enuntut penghapusan senjata atom , dewan ini terus m engecam perlom baan senjata nuklir serta petualangan m iliter negara-negara besar di berbagai belahan dunia. J urnalis dan pengarang Dunia Ketiga di tahun 1950 -an m em bentuk berbagai perhim punan sebagai tindak lanjut politik non-blok yang dicanangkan Soekarno. Gerakan m ahasiswa dan intelektual yang m elanda Am erika dan Eropa 1960 -an, invasi Soviet ke Hungaria 1956 dan Cekoslovakia dua belas tahun kem udian m endorong m unculnya berbagai arus pikiran dan form asi intelektual baru yang m enolak polarisasi ilm u dan kebudayaan akibat Perang Dingin. Di Afrika dan Am erika Latin gerakan pem bebasan m elahirkan tokoh-tokoh seperti Franz Fanon, Am ílcar Cabral dan Paulo Freire. Mereka m em ilih bersekutu dengan rakyat negerinya ketim bang doktrin liberal Washington atau Marxism e Soviet.

Keberpihakan m em ang tak terhindarkan. Intelektual hanya bebas m enentukan di sisi m ana m ereka akan berdiri dan berkarya.

Kontroversi Gen Manusia Unggul

Intelektual Menabuh Genderang Perang

T im M e dia K e rja Buda ya : Hilmar Farid, M. Fauzi, Sentot Setyosiswanto, Razif.

INDEX | ARSIP | EDISI ONLINE | HALAMAN NASKAH | LINKS

Tentang MKB | Email

©2003, Media Kerjabudaya Online. http://mkb.kerjabudaya.org

e-mail: mkb@kerjabudaya.org design & maintenance: nobodycorp. internationale unlimited

Intelektual Pembangun Rezim

Tim Media Kerja Budaya Menjelang akhir kekuasaannya Soeharto berpidato, negeri ini tidak bisa dipim pin oleh satu

golongan saja. Sejak awal ia sadar bahwa Orde Baru tidak m ungkin bertahan m engandalkan kekuatan m iliter belaka. Dalam 32 tahun kekuasaannya ia bersekutu dan m erekrut ribuan intelektual yang turut m em bangun, m em pertahankan dan m em elihara rezim tersebut. Pihak m iliter sendiri m enganggap kaum intelektual ini sebagai kelom pok strategis yang berpengaruh besar terhadap kesadaran m asyarakat dan m enguasai aspek teknis dari pem bangunan . Sebaliknya sebagian intelektual juga m enyam but kehadiran perwira intelektual yang berperan penting m enjaga stabilitas dan m endorong m odernisasi, seperti yang ditulis Rosihan Anwar dalam Peranan Intellegentsia Militer dan Pendidikan dalam Proses Modernisasi.

Mayoritas m enteri anggota kabinet-kabinet pem bangunan sejak Soeharto berkuasa adalah orang terpelajar yang m endapat gelar dari berbagai universitas di dalam m aupun luar negeri. Mereka didukung oleh staf ahli dan intelektual lain m engerjakan proyek penelitian serta lulusan perguruan tinggi lainnya. Di sam ping itu ada sejum lah besar perwira m iliter yang m enyesaki birokrasi sipil dari pusat sam pai daerah, lulusan Seskoad atau akadem i m iliter di luar negeri.

Pertem uan intelektual dan m iliter yang berkuasa sejak 1965 dim ulai sekitar sepuluh tahun sebelum nya. Pengaruh Belanda yang m ulai m elem ah sejak penyerahan kedaulatan 1949 pelan- pelan diganti Am erika Serikat yang m em buka berbagai program untuk m engirim tenaga pengajar ke Indonesia dan sebaliknya m erekrut sarjana Indonesia m elanjutkan studinya di sana. USAID, Yayasan Ford dan Rockefeller berperan penting m enyediakan dana program yang m elibatkan berbagai pihak, m ulai dari pengajar universitas sam pai dinas intelijen. Tahun 1957 m isalnya dicetuskan proyek senilai $ 150 juta yang m elibatkan Henry Kissinger dan William Bundy dari CIA yang bertujuan m erancang ideologi bagi para intelektual di belahan dunia lain

m ulai dari bidang sosial, penciptaan seni sam pai m etodologi ilm iah . Di Indonesia salah satu tokoh pentingnya adalah Guy J . Pauker, yang berhubungan dekat

dengan perwira m iliter dan elite politik J akarta. Bersam a elite m iliter Indonesia ia m erancang program pendidikan di sekolah staf kom ando (kem udian m enjadi Seskoad) untuk m elatih para perwira m uda agar m em ilih pengetahuan cukup di bidang lain seperti ekonom i, sosial-politik dan kom unikasi di sam ping strategi m iliter. Di kalangan sipil Bruce Glassburner m em im pin sebuah tim dari Berkeley untuk m enandingi pengaruh Belanda dan pem ikiran Soekarno yang sem akin dom inan. Mereka m erekrut sarjana dari berbagai universitas terkem uka untuk belajar di AS dan sebaliknya m engirim tenaga pengajar di bidang adm inistrasi bisnis, perencanaan ekonom i dan statistik.

Menjelang 1965 peran m ereka sem akin penting. Dalam sebuah m em orandum Februari tahun itu, pejabat CIA m elaporkan perkem bangan operasi rahasia yang antara lain bertujuan

m enyiapkan pengganti pem erintah Soekarno yang anti-kom unis , m elibatkan perwira m iliter, kalangan intelektual sam pai senim an. Operasi yang sukses tentunya dan m antan dubes Marshal Green pun m enilai proyek pendidikan dan operasi itu sebagai investasi kita yang paling berharga bagi m asa depan Indonesia . Dengan bangga ia m elaporkan bahwa para pengam bil keputusan terpenting di bidang ekonom i adalah lulusan Harvard dan Berkeley, sem entara perwira m iliter yang terlibat kup dan kem udian tam pil m em im pin adalah lulusan akadem i m iliter AS.

Kum pulan laporan rahasia yang baru-baru ini dium um kan untuk ditarik kem bali oleh pem erintah AS tentu tidak m enyebutkan penyingkiran ribuan intelektual kiri pada saat bersam aan. Sebagian m ereka dibunuh atau hilang tanpa bekas, sem entara lainnya ditangkap dan dibuang atau tidak bisa kem bali dari luar negeri. Ini adalah periode kehilangan yang jelas m erugikan proses perkem bangan dan kem ajuan ilm u, kata filsuf Karlina Leksono-Supelli. Disingkirkannya kekuatan kiri dan dukungan negara industri m aju m em beri jalan bagi tum buhnya persekutuan intelektual-politisi-m iliter yang ditegaskan di hadapan publik dalam Sem inar Angkatan Darat pada Agustus 1966. Dalam sem inar ini m ereka m erum uskan landasan bagi rezim yang kem udian dikenal dengan sebutan Orde Baru.

Me m e lu k P a s a r B e b a s

Persekutuan paling kuat terjadi di bidang ekonom i, yang m elibatkan ahli ekonom i Indonesia, pem ilik m odal, bankir, m iliter dan politisi dari dalam m aupun luar negeri serta lem baga keuangan internasional. Tujuan resm inya adalah m em ulihkan ekonom i Indonesia , yang dalam kenyataannya berarti m engubah haluan ekonom i Indonesia m em eluk kapitalism e pasar bebas. Media m assa m enyokongnya sebagai pilihan rasional di tengah kem erosotan ekonom i dan kesulitan hidup yang m akin m enjadi.

Saat J enderal Soeharto m enguasai pem erintahan sepenuhnya tahun 1967 para ahli ini m ulai m enduduki posisi penting dalam kabinet. Di Departem en Perdagangan tam pil Sum itro Djojohadikusum o (Rotterdam 1939) dan Subroto (Harvard 1964), sem entara Bappenas dipim pin oleh Widjojo Nitisastro (Berkeley 1961) dan Em il Salim (Berkeley 1964) sebagai wakilnya. Moham m ad Sadli (MIT 1956) m enjadi ketua Tim Teknis Penanam an Modal Asing sem entara Barli Halim (Berkeley 1969) duduk di Departem en Industri. Dom inasi lulusan Universitas

Berkeley m em buat m ereka kerap disebut Mafia Berkeley , istilah yang pertam a kali diperkenalkan oleh jurnal Ram parts di AS.

Dalam program pem ulihan ekonom i itu m ereka sebenarnya lebih m em ainkan peran public relations guna m enarik m odal asing m asuk. Bulan Novem ber 1967 m ereka m enghadiri konperensi di J enewa yang diprakarsai J am es Linen, pim pinan Tim es Inc. untuk m em perkenalkan program Orde Baru di hadapan wakil-wakil perusahaan m ultinasional raksasa. Ahli sosiologi Selo Soem ardjan yang m enulis laporan khusus pertem uan itu m engatakan bahwa delegasi Indonesia berangkat tanpa persiapan dan pengalam an. Satu-satunya sasaran adalah m enarik m inat para investor untuk m engalirkan m odalnya ke Indonesia dan m enerim a segala persyaratan yang ditetapkan oleh m ereka.

Selam a tahun-tahun pertam a Orde Baru ham pir sem ua aturan dan kebijakan m engenai ekonom i sesungguhnya dibuatkan rancangannya oleh IMF, Bank Dunia, USAID atau konsultan asing m em banjiri J akarta setelah Soekarno disingkirkan. Dalam perjanjian dengan Freeport McMoran yang sam pai hari ini bercokol di Papua, ekonom Moham ad Sadli m engaku hanya m inta ditunjukkan kolom -kolom yang harus ditandatanganinya. Bagi kam i yang penting adalah m endatangkan m odal ke Indonesia, katanya seperti dikutip J effrey Winters dalam Pow er in M otion .

Di m asa selanjutnya persekutuan ahli ekonom i, kalangan bisnis dan lem baga keuangan internasional sem akin kuat. Pendidikan tinggi, khususnya fakultas ekonom i di universitas terkem uka dikuasai oleh para pendukung pasar bebas yang m enjadikannya sekolah khusus bagi calon birokrat, staf ahli atau m anajer. Pem erintah AS m em bantu dengan dana dan tenaga teknis. Tidak kurang dari Walt W. Rostow yang sering dikutip J enderal Soeharto dalam pidatonya turun tangan m em berikan penilaian dan nasehat. Dalam sebuah pertem uan bulan J uli 1967 ia m engatakan, Indonesia seharusnya m em buat lem baga yang m endidik pengusaha dan m anajer industri seperti Harvard Business School.

Sejum lah perwira intelektual lulusan Seskoad dan akadem i m iliter di luar negeri, secara bertahap m ereka m ulai m engisi jabatan-jabatan yang sem ula dikendalikan oleh elite sipil. Sejak akhir 1970 -an berm unculan tokoh-tokoh seperti Mayjen Um ar Wirahadikusum ah di Badan Pem eriksa Keuangan, Kolonel Sutjipto dan Mayjen Muskita di Departem en Perdagangan, Kolonel Sum udarsono dan Mayjen Tirtajasa di Departem en Perindustrian serta Brigjen Piet Harjono dan Brigjen Tahir di Departem en Keuangan.

Di tahun 198 0 -an ketika rezim Orde Baru m ulai dilanda kritik gencar karena kebijakan pem bangunannya m enyengsarakan orang banyak, intellectual establishm ent ini m enjadi pelindung utam anya. Krisis finansial 1997 dan tum pukan hutang warisan Orde Baru tidak m engubah orientasi kalangan ahli ini yang tetap saja m enduduki jabatan penting dalam pem erintahan.

Ilm u Re ka ya s a S o s ia l-P o litik

Sejalan dengan orientasi pertum buhan dan pasar di bidang ekonom i, para ahli ilm u sosial m erancang strategi m odernisasi. Masalah terbesar di Indonesia m enurut m ereka adalah tetap bercokolnya nilai tradisional yang m engham bat m odernisasi. Karena itu diperlukan program rekayasa sosial (social engineering) yang m enantang nilai-nilai itu, m engintegrasikan m asyarakat pedesaan khususnya dengan ekonom i pasar, dan m em perbesar peran negara serta kaum elite untuk m enentukan apa yang m enjadi prioritas bagi orang banyak.

Politik m assa m engam bang yang m enjauhkan rakyat dari proses pengam bilan keputusan penting term asuk yang m enyangkut hidup m ereka sendiri adalah bagian dari strategi m odernisasi ini. Dalam pandangan para ahli, m asyarakat Indonesia um um nya m asih terbelakang sehingga diperlukan elite yang dapat m enentukan arah, m erum uskan konsep dan m elaksanakan kebijakan. Garis pem ikiran ini sesuai dengan kepentingan m iliter yang m engutam akan stabilitas dan kaum m odal yang m em erlukan kepastian bagi penanam an m odalnya.

Ada berm acam peran yang dim ainkan oleh kalangan ilm uwan sosial di sini. Sebagian m em ilih terlibat dalam operasi ketertiban yang dilancarkan m iliter sejak Oktober 1965. Sejum lah pengajar universitas dan m ahasiswa direkrut sebagai interogator tahanan politik, sem entara ahli psikologi yang bekerjasam a dengan Universitas Leiden m em buat klasifikasi para tahanan yang akan m enentukan nasib m ereka selanjutnya. Ahli kom unikasi Alwi Dahlan dan Hidayat Mukm in sem entara itu terlibat dalam operasi penerangan Kopkam tib akhir 1968 yang antara lain bertugas, m enyebarluaskan pengertian di kalangan m asyarakat m engenai bahaya laten dari sisa- sisa G-30 -S/ PKI m aupun golongan ekstrem dan subversif lainnya . Di m asa selanjutnya Alwi Dahlan m enjadi ketua BP-7 yang m elahirkan program indoktrinasi negara bagi segala lapisan m asyarakat.

Sebagian lain m em bentuk kelom pok studi atau think-tank seperti Centre for Strategic and International Studies (CSIS). Lem baga yang didirikan antara lain oleh Ali Moertopo, Soedjono Hoem ardani, Sofyan dan J usuf Wanandi, serta Harry Tjhan Silalahi ini bekerjasam a erat dengan aparat Opsus yang sangat berpengaruh awal 1970 -an. Tahun 1971 m ereka berperan besar bagi kem enangan Golkar dalam pem ilihan um um , dengan m enyingkirkan kekuatan politik yang potensial m enjadi penghalang. Lem baga ini juga m enghasilkan kajian m engenai orientasi kebijakan pem bangunan, seperti 25 Tahun Akselerasi Modernisasi dan Pem bangunan yang ditulis Ali Moertopo tahun 1973. Beberapa di antaranya juga aktif dalam bisnis seperti Sofyan Wanandi dan Soedjono Hoem ardani yang m engurus beberapa kontrak pem erintah dengan perusahaan m ultinasional dari J epang.

Di sam ping intelektual yang langsung terlibat dalam aksi politik dan kadang operasi intelijen ini, ada kalangan yang lebih m oderat seperti Selo Soem ardjan, Harsja Bachtiar, Astrid Susanto, Mattulada dan Miriam Budiardjo yang m enguasai program -program studi ilm u sosial di beberapa universitas terkem uka. Dibandingkan rekan-rekannya di atas kegiatan m ereka lebih

akadem ik , term asuk m encari landasan ilm iah bagi konsep-konsep yang dicetuskan penguasa Orde Baru seperti integrasi nasional dan m anusia Pancasila . Tapi m engikuti kerangka social en gin eerin g yang sam a m ereka cenderung berbicara tentang apa yang seharusnya (das sollen) ketim bang m enggam barkan apa yang sebenarnya ada.

Orientasi sosialis yang didapat ilm uwan dari hubungan erat dengan Tiongkok dan Uni Soviet sebelum 1965 dikikis secara sistem atis dari dunia pendidikan dengan m em perkenalkan karya- karya Shm uel Eisenstadt, Lucien Pye, Gabriel Alm ond dan Sam uel Huntington yang berbicara tentang pentingnya negara Dunia Ketiga m engikuti jalur m odernisasi kapitalis. Dengan bantuan teknis serta dana dari Yayasan Ford, Rockefeller dan USAID m ereka juga m engem bangkan pergaulan internasional yang m elibatkan ahli-ahli seperti Clifford Geertz, Karl J ackson dan Robert J ay.

Re vo lu s i H ija u d a n Tra n s m igra s i

Masalah besar yang dihadapi Orde Baru untuk m em acu m odernisasi adalah pangan dan kepadatan penduduk. Sam pai 1960 -an Indonesia m asih m enjadi salah satu im portir beras terbesar. Ahli ekonom i dan ilm u sosial m em aham inya sebagai akibat keterbelakangan teknologi dan laju pertam bahan penduduk yang pesat. Untuk m engatasi m asalah pertam a pem erintah m engundang ahli pertanian dari berbagai negara dan sebaliknya m engirim tenaga dari Indonesia

untuk m em pelajari m odernisasi sektor pertanian yang dikenal dengan sebutan revolusi hijau . Salah satu lem baga terpenting adalah International Rice Research Institute (IRRI) yang

dibentuk di Filipina tahun 1960 dengan dukungan Yayasan Ford dan Rockefeller. Penguasa Orde Baru m ulai bekerjasam a dengan lem baga ini sejak Desem ber 1972 untuk m engem bangkan alat bioteknologi, intensifikasi pertanian, pengendalian ham a dan teknik m ekanisasi pertanian. Banyak dari 8 32 ahli Indonesia lulusan IRRI antara 1963 dan 1997 yang kem udian m enduduki jabatan penting dalam pem erintahan seperti Menteri Pertanian Wardojo, Syarifuddin Karam a dan Farid Bahar.

Sejalan dengan doktrin m odernisasi, cara pertanian lam a ditinggalkan (kadang dengan paksa) dan petani diharuskan m enanam bibit keluaran lem baga penelitian itu yang bekerjasam a dengan bisnis pertanian. Di satu pihak terjadi peningkatan produktivitas yang m encapai puncaknya pada swasem bada pangan 198 4, tapi di sisi lain sistem m onokultur m engganggu keragam an hayati dan juga cara-cara tradisional yang ternyata lebih efektif untuk m enghadapi situasi krisis. Kom ersialisasi pengetahuan dan teknik pertanian m em buat sem akin banyak petani yang tersingkir dari tanah m ereka karena tidak m am pu m engikuti tuntutan pasar yang sem akin m eluas.

Masalah kepadatan penduduk sem entara itu diatasi dengan program keluarga berencana dan transm igrasi. Berbekal pinjam an $ 8 20 juta dari Bank Dunia, antara 1976 dan 1992 sekitar lim a juta jiwa dipindahkan dari J awa ke berbagai daerah yang m enciptakan sederet m asalah baru. Ahli kependudukan, antropologi dan ilm u sosial yang terlibat dalam program ini um um nya hanya terarah pada kelayakan tem pat dan kerap tidak m em pertim bangkan dam pak dari perpindahan m anusia dalam jum lah begitu besar. Masalahnya m enjadi lebih rum it ketika kalangan intelektual ini harus m em asukkan kepentingan m iliter dalam perum usan program nya. Selam a 198 0 -an puluhan ribu orang dikirim ke daerah-daerah kosong di sepanjang perbatasan Kalim antan, Papua dan Tim or Lorosae. Beberapa di antaranya adalah pensiunan m iliter yang juga m enjalankan fungsi intelijen dan m endukung kegiatan m iliter lainnya.

Integrasi nasional yang dirum uskan ahli ilm u sosial diterjem ahkan m enjadi program yang sangat berm asalah. Dalam pertem uan dengan IGGI 198 5, Menteri Transm igrasi Martono m engatakan transm igrasi di Indonesia akan m engintegrasikan sem ua sukubangsa ke dalam satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia. Sem ua perbedaan antara kelom pok etnik akhirnya akan lenyap dan yang tersisa adalah satu jenis m anusia saja. Tujuan itu nam pak jelas di Papua dan Tim or Lorosae, di m ana transm igrasi terjadi bersam aan dengan penghancuran kebudayaan setem pat.

Akh ir d a ri Ord e ?

Persekutuan intelektual dengan rezim tidak selam anya berlangsung m ulus. Cukup banyak ilm uwan yang m engajar di perguruan tinggi, m enjadi pegawai negeri dan tetap m em pertahankan integritasnya walau tak dapat berbuat banyak untuk m engubah keadaan. Ada juga yang sem ula m endukung m unculnya kekuasaan m iliter dan ikut m erawatnya selam a bertahun-tahun kem udian kecewa. Sebagian berteriak lantang m enentang otoritarianism e yang m akin m enjadi, sebagian lain tertunduk diam saat m elihat pilihan di luar rezim sem akin terbatas saja.

Bayangan tentang Indonesia yang m odern, m aju dan stabil hancur dalam tahun-tahun terakhir kekuasaan Soeharto. Hutang luar negeri $ 160 m ilyar lebih , perekonom ian yang kecanduan m odal dan pinjam an selam a puluhan tahun, m igrasi penduduk ke kota yang diusir oleh kem iskinan di desa asalnya, m araknya im por beras yang m em buat petani produk Revolusi Hijau sem akin terpuruk, dan kualitas pendidikan yang am buradul. Dalam sastra keadaannya lebih tragis lagi. Saat ini penulis Indonesia yang dikenal dunia karena karyanya bisa dihitung dengan jari. Salah satu yang terpenting jika bukan yang terpenting adalah Pram oedya Ananta Toer, yang m enulis dalam tahanan dan karyanya terus dilarang sem asa Soeharto berkuasa.

J atuhnya Soeharto Mei 1998 tidak dengan sendirinya m engubah cara pikir dan tradisi intelektual yang dibangun selam a kekuasaannya. Krisis belum berakhir dan arah perubahan m asih kabur. Sebagian intelektual yang turut m em bangun dan m em elihara rezim Orde Baru m encari pegangan baru. Di tengah ketidakpastian, banjir uang dari m ereka yang turut m em bangun kediktatoran Orde Baru, m ulai dari Bank Dunia sam pai USAID, datang kem bali. Mereka terkena am nesia politik, seolah lupa apa yang terjadi di m asa lalu, m erum uskan pikiran lam anya dalam bahasa baru, reform asi .

Merajut Sejarah Nasional

T im M e dia K e rja Buda ya : Hilmar Farid, M. Fauzi, Sentot Setyosiswanto, Razif.

INDEX | ARSIP | EDISI ONLINE | HALAMAN NASKAH | LINKS

Tentang MKB | Email

©2003, Media Kerjabudaya Online. http://mkb.kerjabudaya.org

e-mail: mkb@kerjabudaya.org design & maintenance: nobodycorp. internationale unlimited

Bergerak Melawan Arus

Tim Media Kerja Budaya Bayangan indah tentang kebebasan dan tum buh suburnya kreativitas dengan berakhirnya zam an

slogan pada 1965 ternyata berantakan dalam beberapa tahun saja. Intelektual kritis seperti Soe Hok Gie dalam tahun-tahun pertam a sudah m enyadari tum pukan m asalah yang m enghadang. Ia m enulis, m ulai tahun 1966 situasi berubah, tetapi hanya penguasanya saja yang berubah. Dulu atas nam a Nasakom , sekarang atas nam a Pancasila, Agam a dan Orde Baru . Sem entara intelektual seperjuangannya sibuk m encari jabatan dan m em bangun pengaruh politik, ia m em ilih m erenung tentang diskrim inasi, tahanan politik dan berm acam penindasan baru.

Ia tidak sendirian. Di Papua kaum intelektual m erasakan tangan besi Orde Baru dalam Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) 1969. Pada saat bersam aan ulam a Islam di J awa dan Sum atera m enghadapi tekanan politik karena m enghalangi kem enangan Golkar dalam pem ilihan um um . Korupsi di Pertam ina, pem bangunan Tam an Mini dan penangkapan terhadap aktivis yang m em protesnya m enyadarkan intelektual kelas m enengah bahwa Orde Baru tidak sejalan dengan keinginan m ereka. Sebagian m enggeliat berontak, m encari jalan keluar. Tidak banyak pilihan tersedia karena penguasa bergerak cepat m enguasai sem ua bidang kehidupan.

Mereka yang kem bali ke perguruan tinggi m elihat situasi sudah berubah. Kam pus perjuangan Orde Baru tak lagi m enyuarakan kritik. Lagi-lagi Soe Hok Gie m enulis. Kali ini tentang pelarangan buku Pram oedya Ananta Toer dan penulis kiri lain yang dinilai sam a buruknya dengan pelarangan karya Mochtar Lubis di m asa sebelum nya, yang lebih m enyedihkan lagi bahwa tidak ada protes dari m ahasiswa jurusan sastra Indonesia, dari pengajar sastra Indonesia dan dari pengarang-pengarang Indonesia sendiri . Kebungkam an yang terus berlanjut sam pai hari-hari terakhir kekuasaan Orde Baru.

Orientasi pada m odernisasi, bisnis dan stabilitas m em buat kam pus sem akin terpuruk. Pengirim an ribuan m ahasiswa untuk studi lanjut di luar negeri tidak banyak m em bawa hasil. Tahun 20 0 0 Asiaweek m enurunkan laporan khusus tentang seratus perguruan tinggi di Asia- Pasifik. Universitas Indonesia m enem pati urutan 38 dari segi reputasi akadem is, disusul Universitas Gadjah Mada dan Universitas Airlangga di urutan 43 dan 77. Dalam hal penerbitan ilm iah keadaannya lebih parah. UI m enem pati urutan 71 disusul UGM dan Unair di urutan 76 dan 77. Alih-alih m em buat penelitian yang berguna bagi kehidupan m asyarakat luas, intelektual- birokrat di kam pus lebih senang m em buka program studi baru yang dapat m endatangkan untung banyak. Seperti dikatakan Andi Hakim Nasution (alm ), perguruan tinggi sekarang lebih m enjadi kilang ijazah saja.

Kem ajuan infrastruktur yang dijanjikan Orde Baru pun tidak m enunjang kehidupan intelektual dan budaya. Pertum buhan kapitalism e dan banjir bantuan untuk m endukung rezim baru ini m em ang m enciptakan perluasan kesem patan belajar. Angka buta huruf m enurun drastis dan sebaliknya jum lah sarjana terus bertam bah. Nam un, tidak dem ikian dari segi kualitas. Laporan UNESCO 1998 m engungkap produksi buku di Indonesia antara 1994-96 m asih jauh tertinggal di belakang Malaysia, bahkan Vietnam dan Laos yang sam pai 1970 -an m asih dilanda perang hebat.

Me n ca ri Alte rn a tif

Menyadari bahwa perguruan tinggi dan lem baga pem erintah tidak dapat diharapkan, sebagian intelektual coba m enciptakan ruang-ruang berkem bangnya sendiri. Aksi protes m ahasiswa m asih berlanjut tapi sem akin lem ah sam pai akhirnya m enghilang akhir 1970 -an. Lainnya m em bentuk lem baga swadaya m asyarakat (LSM) yang m enangani issue pem bangunan, lingkungan hidup, m asalah perem puan dan lainnya, dan untuk m enghindari tekanan kadang m em ilih m enjadi m itra pem bangunan yang tentunya m em pengaruhi kualitas kegiatan m ereka.

LP3ES, Bina Swadaya dan Lem baga Bantuan Hukum adalah beberapa lem baga pelopornya yang dibentuk oleh aktivis m uda bekerjasam a dengan sejum lah intelektual yang turut m endirikan Orde Baru, seperti Widjojo Nitisastro, Em il Salim dan Adnan Buyung Nasution. Sebagai m itra pem bangunan m ereka m em egang doktrin pem bangunan yang sam a seperti Orde Baru dan m em usatkan perhatian pada apa-apa yang belum diperhatikan pem erintah. Reaksi terhadap itu m elahirkan sejum lah lem baga baru yang lebih kritis terhadap konsep dan praktek Orde Baru dan m engarah pada advokasi pelanggaran yang dilakukan oleh rezim terhadap penduduknya.

Penyegaran m ulai terjadi ketika bergabungnya kaum m uda dan m ahasiswa yang tidak lagi berharap dari pendidikan form al untuk m engem bangkan pengetahuan dan kegiatan m ereka. Di sam ping itu ada sejum lah intelektual m uda yang baru kem bali dari studi di luar negeri seperti Arief Budim an, Sritua Arief, Dawam Rahardjo, Farchan Bulkin, Adi Sasono dan Ignas Kleden. Mereka m em bawa pikiran baru, hasil kajian dan pikiran lebih terbuka dari pendahulunya, m engikuti arus radikalisasi dunia akadem ik AS dan Eropa selam a 1970 -an. Mereka giat berkeliling bicara tentang teori sosial baru, pikiran kritis m engenai pem bangunan dan wilayah kajian baru dan m engajak kaum m uda terlibat di dalam nya.

Dari kalangan religius m uncul Djohan Effendi, Abdurrahm an Wahid, Nurcholish Madjid, Moeslim Abdurrachm an, Mangunwijaya, dan sederet nam a lain yang m erasa sum pek dengan kem andekan berpikir di lingkungan m asing-m asing. Di bidang kebudayaan berm unculan Gerakan Seni Rupa Baru dan senim an m uda kritis seperti Sem sar Siahaan, Moelyono dan Em ha Ainun Nadjib yang tidak sekadar m engkritik penguasa tapi m encari jalan m em berdayakan m asyarakat luas m elalui pendidikan dan kerja kreatif. Pertem uan dengan kelom pok-kelom pok m asyarakat yang dilindas haknya m enciptakan lingkungan intelektual baru yang lebih kritis. Setelah 1979 beberapa tokoh intelektual kiri seperti Pram oedya Ananta Toer dan Bujung Saleh kem bali dari tahanan dan m eram aikan pergaulan intelektual dengan karya-karya m ereka.

Pikiran kritis sem pat berkem bang pesat dan beberapa orang m engam bil inisiatif m elem bagakannya agar lebih kokoh. Dengan fasilitas serba terbatas, rum ah kontrakan, kendaraan um um , m esin tik dan pengawasan ketat dari aparat gerakan ini m erayap perlahan m encari alternatif yang sekarat di kam pus-kam pus.

Bekerja dalam keterbatasan sering m em buat kelom pok-kelom pok intelektual ini bersim pang jalan. Saling tuding kerap terjadi antara m ereka yang m erasa lebih radikal dengan kalangan m oderat. Gairah m engenal ide-ide baru pun sering tidak diiringi ketekunan m engem bangkannya. Aktivitas politik, advokasi dan dem onstrasi berhadapan dengan rezim m enjadi jauh lebih m enarik. Aktivis politik ini pada dasarnya bukan intelektual secara m endarah-daging, kata Ariel Heryanto yang kini m engajar di Universitas Melbourne. Mereka m enjadi intelektual karena keadaan darurat. Sum bangannya penting, tapi lebih seperti P3K, yodium atau kain perban. Kerja m ereka sering berjangka-pendek, spontan dan bersifat sem pit karena terikat isyu politik hari itu.