2.4.2 Pengertian Kerja
Kerja pada hakekatnya merupakan bentuk atau cara manusia untuk mengaktualisasi dirinya, dengan bekerja seseorang melakukan kegiatan yang
mendapatkan kesenangan bila sesuai dengan keinginan. “Bekerja merupakan bentuk nyata dari nilai – nilai, keyakinan – keyakinan
yang dianutnya dan dapat menjadi motivasi untuk melahirkan karya yang bermutu dalam pencapaian suatu tujuan KEPMENPAN NO.25KEPM.PAN042002”.
Utomo, Tri Widodo W 2010 dalam artikelnya yang berjudul Pengembangan Budaya Kerja Aparatur Pemerintahan Daerah mengemukakan
pengertian kerja adalah “hukuman, beban, kewajiban, sumber penghasilan, kesenangan, gengsi, prestise, aktualisasi diri, panggilan jiwa, pengabdian yang
tulus tanpa pamrih, hidup dan ibadah”. Menurut Sinamo JH 2002: 43, “Kerja adalah sebagai segala aktivitas
manusia mengerahkan energi biopsiko-spiritual dirinya dengan tujuan memperoleh hasil tertentu”. Sedangkan Hasibuan, 2000: 47 mengemukakan
“Kerja adalah pengorbanan jasa, jasmani dan pikiran untuk menghasilkan barang – barang atau jasa – jasa dengan memperoleh imbalan prestasi tertentu”.
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat diesensikan bahwa kerja merupakan kegiatan luhur manusia, bukan saja karena kerja manusia
dapat bertahan hidup, akan tetapi kerja juga merupakan penciptaan manusia terhadap alam sekitarnya menjadi manusiawi.
2.4.3 Pengertian Budaya Kerja
Budaya kerja sudah lama dikenal oleh manusia, namun belum disadari bahwa suatu keberhasilan kerja berakar pada nilai – nilai yang dimiliki dan
perilaku yang menjadi kebiasaan. Nilai – nilai tersebut bermula dari adat istiadat, agama, norma, dan kaidah yang menjadi keyakinan pada diri pelaku kerja atau
organisasi. Menurut Triguno 2004: 1 “Nilai – nilai yang menjadi kebiasaan tersebut
dinamakan budaya atau mengingat hal ini dikaitkan dengan mutu kerja, maka dinamakan budaya kerja”.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan budaya kerja menurut Matsumoto seperti dikutip Moeljono 2003 adalah “Seperangkat sikap, nilai – nilai, keyakinan, dan perilaku yang
dipegang oleh sekelompok orang dan dikomunikasikan dari generasi ke generasi berikutnya”.
KEPMENPAN NO.25KEPM.PAN042002 merumuskan: Budaya kerja adalah cara kerja sehari – hari yang bermutu dan selalu
mendasari nilai – nilai yang penuh makna, sehingga menjadi motivasi, memberi inspirasi, untuk senantiasa bekerja lebih baik dan memuaskan
bagi masyarakat yang dilayani.
Menurut Mondy seperti dikutip Moeljono 2003 “Budaya kerja sebagai sistem nilai – nilai, keyakinan, dan kebiasaan bersama dalam organisasi
berinteraksi dengan struktur formal untuk menghasilkan norma perilaku”. Biech dalam Triguno 2000: 31 menyatakan bahwa “Budaya kerja yakni
semuanya mempunyai proses yang panjang dan terus menerus disempurnakan sesuai dengan tuntutan dan kemampuan sumber daya manusia itu sendiri, sesuai
dengan prinsip pedoman yang diakui”. Berdasarkan pengertian tentang budaya kerja dapat dijelaskan bahwa
budaya kerja adalah cara pandang sesorang terhadap tugasnya serta menumbuhkan keyakinan atas dasar nilai – nilai yang diyakini seorang pegawai
untuk mewujudkan prestasi kerja terbaik.
2.4.4 Proses Terbentuknya Budaya Kerja
Budaya kerja terbentuk begitu satuan kerja atau organisasi tersebut berdiri, artinya perlu waktu bertahan bahkan puluhan dan ratusan tahun untuk membentuk
budaya kerja. Budaya kerja dapat berkembang dalam sejumlah cara dan proses yang berbeda yang berbeda pula. Muchlas, Makmuri 2005: 536 mengemukakan
bagaimana mulainya budaya kerja yaitu: 1.
Seseorang secara sendiri pendiri memiliki sebuah ide untuk perusahaan baru
2. Kemudian pendiri membawa masuk satu atau lebih orang – orang kunci
lain dan menciptakan kelompok inti yang berbagi visi bersama pendiri 3.
Kelompok inti pendiri mulai bertindak secara serasi untuk menciptakan sebuah organisasi dengan cara pencarian dana, perolehan hak paten,
inkorperasi, penempatan ruangan, pembangunan dan seterusnya
Universitas Sumatera Utara
4. Pada titik tersebut, orang lain dibawa masuk dalam organisasi dan
sejarah yang diketahui umum mulai didokumentasi. Ndraha 2003:76 berpendapat tentang pembentukan budaya kerja yakni,
“Pembentukan budaya kerja terjadi karena diawali oleh para pendiri founders atau pimpinan paling atas top management atau pejabat yang
ditunjuk, dimana besarnya pengaruh yang dimilikinya akan menentukan suatu cara tersendiri apa yang dijalankan dalam satuan kerja atau
organisasi yang dipimpinnya”.
Robbins 1996: 301-302 mengemukakan bahwa “Budaya kerja dibangun dan dipertahankan berdasarkan filsafat pendiri atau pimpinannya”. Budaya ini
sangat dipengaruhi oleh kriteria yang digunakan dalam memperkerjakan pegawai. Tindakan pimpinan akan sangat berpengaruh terhadap perilaku yang dapat
diterima, baik dan yang tidak baik. Bentuk sosialisasi akan tergantung kesuksesan yang dicapai dalam menetapkan proses seleksi untuk melakukan penyesuain
terhadap perubahan, yang pada akhirnya akan muncul budaya kerja yang diinginkan. Gambar berikut ini merupakan proses terbentuknya budaya kerja.
Gambar 2.3.4 Proses terbentuknya budaya kerja Sumber : Robbin dalam Febriyanti, Sandra 2007: 25
Dari pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa proses budaya kerja terjadi tidak dengan cara dan proses yang sederhana, namun melalui proses dan
waktu yang panjang yang diturunkan dari pimpinan ke bawahan. Terbentuknya budaya kerja diawali tingkat kesadaran pemimpin atau pejabat yang ditunjuk,
dimana besarnya hubungan antara pemimpin dengan bawahannya akan menentukan cara tersendiri apa yang dijalankan dalam perangkat satuan kerja atau
Filsafat dari Pimpinan
Kriteria seleksi
Budaya Kerja
Pimpinan Puncak
Sosialisasi
Universitas Sumatera Utara
organisasi. Terbentuknya budaya kerja diharapkan tidak hanya berupa rangsangan emosional, melainkan telah melalui pertimbangan rasional yang menjadi
keyakinan, komitmen, sehingga yang bersangkutan memegangnya dengan teguh dan konsisten untuk seumur hidupnya.
2.4.5 Unsur – Unsur Budaya Kerja