Persepsi yang terbentuk sekurang-kurangnya dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu Mulyadi, 1989: 234-235:
a. Orang yang membentuk persepsi itu sendiri Kondisi intern atau karakteristik pribadi, sangat menentukan
persepsi yang dibentuk. Termasuk dalam kategori kondisi intern ini antara lain: kebutuhan, kelelahan, kecemasan, sikap, motivasi,
harapan, pengalaman masa lalu, dan kepribadian.
b. Stimulus yang berupa obyek maupun peristiwa tertentu Obyek yang diamati benda, orang, peristiwa, proses, dan lain-lain
ikut juga menentukan persepsi yang dibentuk oleh seseorang. Masing-masing obyek tersebut memiliki karakteristik yang berbeda
satu sama lain. Kecuali itu setiap obyek juga memiliki sejumlah karakteristik tertentu. Karakteristik yang dianggap paling menonjol
oleh seseorang biasanya paling menentukan persepsi yang dibentuk. Sebagai contoh, dalam sebuah organisasi terdapat seorang anggota
yang penampilannya sangat mengesankan. Cara berpakaiannya selalu rapi, sopan, rajin, ramah, dan mudah bergaul terhadap
anggota yang memiliki karakteristik seperti itu, anggota lain umumnya segera membentuk persepsi positif terhadapnya.
c. Situasi di mana pembentukan persepsi itu terjadi Situasi saat terjadinya pembentukan persepsi juga berpengaruh
terhadap persepsi yang dibentuk. Termasuk dalam pengertian situasi ini antara lain: tempat, waktu, suasana sedih, gembira, dan lain-
lain.
B. Profesi Guru
1. Pengertian Profesi Kata “profesional” berasal dari kata sifat yang berarti “pencaharian”
dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan
yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan
yang dilakukan oleh mereka karena tidak dapat memperoleh pekerjaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lain Sudjana 1974, dalam Usman 1995. Menurut Dr. Sikun Pribadi profesi itu pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji
terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil
untuk menjabat pekerjaan itu Hamalik, 2003: 2. Sedangkan menurut Nugroho profesi bukan sekedar pekerjaan atau vocation melainkan suatu
vokasi khusus yang mempunyai ciri-ciri keahlian expertise, tanggung
jawab responsibility, dan rasa kesejawatan corporateness 1982, Idris dan Jamal, 1992: 43.
Ciri-ciri profesi menurut Supriadi 1998: 96-97 sebagai berikut: a. Pekerjaan itu mempunyai fungsi signifikan sosial karena diperlukan
mengabdi pada masyarakat, b. Profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh lewat
pendidikan dan latihan yang “lama” dan “intensif” serta dilakukan dalam lembaga tertentu yang secara sosial dapat
dipertanggungjawabkan Accountable, c. Profesi didukung oleh suatu disiplin ilmu A sysmatic body of
knowledge bukan sekedar serpihan atau hanya commonsense,
d. Ada kode etik yang menjadi pedoman perilaku anggotanya beserta sanksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggaran kode etik,
e. Konsekuensi dari layanan yang diberikan pada masyarakat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sedangkan ciri-ciri profesi menurut Gibson 1965, dalam Arikunto 1980: 236:
a. Pengakuan oleh masyarakat terhadap layanan tertentu yang hanya dapat dilakukan oleh kelompok pekerja yang dikategorikan sebagai
suatu profesi, b. Dimilikinya sekumpulan bidang ilmu yang menjadi landasan sejumlah
tehnik dan prosedur yang unik, c. Diperlukannya persiapan yang sengaja dan sistematik sebelum orang
mampu melaksanakan suatu pekerjaan profesional, d. Dimilikinya organisasi profesional yang di samping melindungi
kepentingan anggotanya dari saingan kelompok luar, juga berfungsi tidak saja menjaga, akan tetapi sekaligus selalu berusaha
meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat, termasuk tindak- tindak etis profesional kepada anggotanya.
Berdasarkan ciri-ciri profesi yang ke empat yaitu adanya organisasi profesi yang merupakan suatu wadah tempat para anggota profesional
tersebut menggabungkan diri dan mendapat perlindungan. Maka di Indonesia organisasi profesional bidang kependidikan yang sudah ada
antara lain, Persatuan Guru Republik Indonesia PGRI, Ikatan Sarjana Administrasi Pendidikan Indonesia ISAPI, dan Ikatan Petugas
Bimbingan Indonesia IPBI Idris, 1992: 43. Adapun mengenai PGRI berfungsi sebagai berikut:
a. Menyatukan seluruh kekuatan guru dalam satu wadah b. Mengusahakan adanya kesatuan langkah dan tindakan
c. Melindungi kepentingan anggota-anggotanya d. Mengawasi kemampuan anggota-anggotanya dengan selalu
mengiatkan kemampuannya e. Menyiapkan program-program peningkatan kemampuan anggota
f. Menyiapkan fasilitas penerbitan dan bacaan lainnya dalam rangka peningkatan kemampuan profesional, dan