Secara terangkum, siswa memberikan alasan ini karena video sebagai media pembelajaran mampu memberikan gambaran yang lebih konkter.
Gambaran dalam video nyata dan animasi telah menampilkan keadaan benda luar angkasa yang saat ini jarang mereka lihat. Narasi teks maupun suara juga
semakin menambah kekayaan komponen video. Berkat adanya video pembelajaran ini pula siswa menjadi lebih mudah dalam memahami materi tata
surya. Selain mempermudah daya pemahaman siswa, media ini telah membantu siswa dalam menambah wawasan dan pengetahuan benda-benda luar angkasa.
Melalui manfaat dari media pembeajaran ini, narasumber menginginkan materi mata pelajaran Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Ilmu
Pengetahuan Sosial juga dikemas dalam bentuk video pembelajaran.
4.5 Kajian Produk Akhir
Penelitian ini menggunakan model penelitian pengembangan Research and Development. Produk penelitian pengembangan ini berupa media
pembelajaran video. Dalam video tersebut menampilkan materi mata pelajaran IPA kelas VI SD tentang tata surya. Media pembelajaran video telah
dikembangkan sesuai dengan prosedur dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kualitas video sebagai media pembelajaran.
Apabila diketahui bahwa media pembelajaran video ini memiliki kualitas baik, maka media pembelajaran tersebut dapat dimanfaatkan untuk menciptakan
suasana pembelajaran yang lebih bermakna bagi siswa kelas VI di SD N
Karangmloko 2 ketika belajar mata pelajaran IPA. Media pembelajaran video
dikembangkan berlandaskan teori penelitian pengambangan menurut Sugiyono,
didukung dengan teori perkembangan menurut Piaget, teori media pembelajaran, teori video, hakikat IPA, dan teori tata surya.
Pengembangan produk tersebut hanya sampai pada tahap ujicoba pemakaian, dengan artian media pembelajaran video telah tercipta saat peneliti
selesai melakukan tahap ujicoba pemakaian. Hal tersebut terjadi karena subjek penelitian tidak memberikan komentar dan saran, mereka justru menyampaikan
keterangan bahwa video yang disaksikannya telah membantu memahami materi tata surya pada mata pelajaran IPA. Dengan adanya media pembelajaran video ini,
para subjek mengaku bahwa mereka sangat senang dan tidak cepat bosan atau lelah saat mengikuti kegiatan belajar mengajar IPA. Pengembangan produk ini
tidak sampai pada tahap produksi masal. Pembatasan tersebut dikarenakan keterbatasan waktu dan beaya yang dialami oleh peneliti. Pengembangan media
pembelajaran video telah dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu mulai dari tahap analisis kebutuhan, tahap pengembangan mendesain produk, tahap
validasi oleh narasumber ahli, tahap revisi desain, tahap ujicoba produk, tahap revisi produk, kemudian diakhiri dengan tahap ujicoba pemakaian.
Media pembelajaran yang berhasil dikembangkan oleh peneliti didasarkan hasil penggalian potensi dan masalah serta hasil analisis kebutuhan. Penerapan
media pembelajaran video di sekolah ini sangatlah mudah. Kemudahan ini karena sarana yang dimiliki oleh sekolah cukup lengkap. Sarana yang mendukung
penerapan media pembelajaran video berupa proyektor, layar proyektor, dan pengeras suara. Sarana inilah yang kemudian disebut potensi oleh peneliti. Sarana
yang tidak dikembangkan secara maksimal pada dasarnya akan menimbulkan
masalah. Salah satu masalah yang timbul di sekolah ini, yaitu belum bermaknanya proses pembelajaran pada mata pelajaran IPA yang dialami oleh siswa kelas VI.
Setelah menggali potensi dan masalah yang ada ditempat ini, peneliti kemudian melakukan kegiatan analisis kebutuhan dengan melibatkan 2 orang tenaga
pendidik dan 6 orang siswa kelas VI SD N Karangmloko 2. Kedua tenaga pengajar dan 5 dari 6 orang siswa mengaku menghendaki adanya media
pembelajaran video yang kemudian akan dikembangkan oleh peneliti. Produk yang dikembangkan berupa media pembelajaran video telah
berhasil didesain oleh peneliti dan kemudian didistribusikan kepada narasumber ahli untuk dinilai. Desain produk yang dikembangkan oleh peneliti mendapatkan
nilai rata-rata dari narasumber ahli sebesar 2,94 dengan kualifikasi “baik”.
Narasumber ahli menyimpulkan bahwa media pembelajaran ini layak untuk digunakan uji coba lapangan dengan revisi. Setelah direvisi, video pembelajaran
yang peneliti kembangkan mengalami beberapa perubahan sesuai saran yang diberikan oleh tim ahli. Perubahan-perubahan tersebut antara lain ditambahkannya
pengisian suara sebagai narasi yang dilakukan oleh dua orang narator pria dan wanita, setiap narator mengisi suara secara bergantian. Video dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu bagian awal, tengah, dan akhir. Bagian awal yang berisi judul dan obyek sasaran video, nama penyusun, pencantuman standar kompetensi dan
kompetensi dasar sesuai kurikulum materi yang digunakan, serta tujuan dari pemutaran video ini. Bagian inti tediri dari isi materi tata surya yang terdiri dari
matahari, planet-planet, benda langit lain, dan pemberian soal evaluasi disetiap
sesi penayangan submateri atau sebelum pindah ke submateri berikutnya. Bagian penutup berisikan daftar pustaka dalam pembuatan video ini.
Ketika melakukan ujicoba produk, peneliti melakukannya secara terbatas. Peneliti hanya melibatkan sebagian kecil dari populasi yang ada, yaitu dengan
mengikutsertakan 9 orang siswa kelas VI sebagai subjek. Dalam ujicoba produk ini, media pembelajaran video mendapatkan nilai rata-rata sebesar 3,2 dengan
kualifikasi “baik”. Saat melakukan wawancara pada tahap ini, seorang subjek mengaku merasa sedikit bosan. Kebosanan yang ia rasakan karena masih terdapat
gambar yang diulang-ulang dan meminta agar gambar tersebut tidak terlalu banyak diulang. Sesuai masukan dari seorang subjek ini, maka peneliti kembali
melakukan revisi. Dalam melakukan revisi, peneliti mengurangi tampilan gambar yang dirasa terlalu sering diulang. Suatu gambar tidak hanya mewakilkan satu
konten saja. Hal tersebut dilakukan oleh peneliti dengan pertimbangan suatu gambar dapat mewakilkan beberapa konten materi. Setelah selesai melakukan
revisi ini, peneliti melakukan kegiatan ujicoba pemakaian dengan melibatkan seluruh siswa kelas VI SD N Karangmloko 2 sebagai subjek. Pada tahap ini,
media pembelajaran video mendapatkan nilai rata-rata sebesar 3,26 dengan kualifikasi “sangat baik”. Peneliti juga melakukan kegiatan wawancara dengan
tujuan mengetahui tanggapan siswa mengenai media pembelajaran yang baru saja mereka saksikan. Semua narasumber mengaku bahwa video yang disaksikannya
telah mewujudkan kemudahan saat belajar materi tata surya dalam mata pelajaran IPA. Subjek juga mengaku bahwa mereka sangat senang saat menyaksikan video
sebagai media pembelajaran dan merasa terbantu dalam memahami materi yang disampaikan.
Produk yang berhasil dikembangkan peneliti berupa media pembelajaran video dengan total durasi 23 menit 27 detik. Video pembelajaran dikemas dalam
bentuk digital video disc DVD yang diberi judul “Tata Surya”. Dalam video
pembelajaran ini terdapat video, gambar nyata dan animasi, narasi teks dan suara, backsound, dan soal latihan yang ditampilkan seusai sub materi selesai
disuguhkan. Dalam pelaksanaannya siswa diminta untuk menyaksikan video dengan seksama, dilanjutan dengan menjawab soal latihan yang tercantum seusai
sub materi selesai diputarkan dan seterusnya sampai video ini selesai. Media pembelajaran dalam bentuk video ini tentu saja sangat membantu bagi siswa yang
model belajarnya mengutamakan indera penglihatan sekaligus indera
pendengaran. Selain membentu siswa yang model belajarnya mengutamakan dua indera penglihatan sekaligus pendengaran, adanya suara dalam media
pembelajaran ini juga dapat membantu siswa yang model belajarnya mengutamakan indera pendengaran tanpa mengutamakan indera penglihatan.
Dengan visualisasi yang nyata ataupun animasi dalam video ini juga akan mempermudah bagi siswa yang mengutamakan indera penglihatan dalam prosesi
belajarnya. Bahkan bagi siswa kelas VI sekolah dasar yang masih membutuhkan hal konkret dalam proses belajarnya akan sangat terbantu dengan adanya media
pembelajaran ini.
4.6 Pembahasan