dengan memilih materi menulis puisi. Putra, Tastra, dan Suwarta 2014 melakukan penelitian dengan memilih materi mata pelajaran Bahasa Inggris dan
menggunakan model pengembangan ADDIE, kemudian penelitian yang dilakukan oleh Rozie 2013 dengan juga menggunakan model pengembangan menurut Borg
Gall serta memilih materi daur air, kemudian penelitian yang terakhir dilakukan oleh Suciningsih, Parmiti, dan Suartama 2013 dengan menggunakan model
pengembangan menurut Hananfin and Peck dan telah memilih materi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Pengemasan materi tata surya dalam bentuk media pembelajaran video dianggap lebih praktis dan efisien dalam penggunaan maupun penyimpanan jika
dibandingkan dengan pengemasan media pembelajaran lainnya. Peneliti memandang perlu adanya media pembelajaran video dengan materi tata surya
dikarenakan media tersebut mampu menghadirkan konten audio sekaligus gambaran secara nyata maupun animasi kepada siswa seiring keterbatasan indera,
rauang, dan waktu. Penyajian materi semacam ini dapat menciptakan pemikiran konkret bagi para siswa, sehingga mereka terbantu dalam memahami materi
dengan cukup mudah. Media pembelajaran video juga dapat menarik perhatian siswa karena mampu menyajikan aspek visualisasi dan aspek audio secara
bersamaan.
2.3 Kerangka Berpikir
Kemampuan manusia dalam dunia astronomis ini harus dipelajari sejak dini, tidak terkecuali untuk siswa yang masih duduk di bangku SD. Dalam lingkup
pendidikan dasar ini, siswa yang duduk dibangku kelas VI SD pada tahun ajaran
20142015 sudah mendapatkan materi pelajaran tata surya dalam mata pelajaran IPA. Pada kenyataannya siswa kelas VI SD yang sudah berada dalam pemikiran
abstrak saat berpikir, masih menemui kesulitan untuk dapat mengoptimalkan pemikirannya dan sering kali membutuhkan hal yang konkret. Kesulitan siswa
dalam berpikir secara abstrak ini muncul dari beberapa aspek, internal dan eksternal. Pada aspek eksternal, kekurangan tidak serta merta berada dipihak
individu siswa saja, tetapi berasal dari bagaimana cara belajarnya yang berada di lingkungan sekitar. Bagaimana siswa belajar dengan orang lain dan proses belajar
itu sendiri. Kurang bermaknanya pembelajaran yang dirasakan oleh siswa, menjadi salah satu masalah dalam kegiatan belajar mengajar di suatu sekolah.
Perlu adanya suatu terobosan sederhana namun efektif dalam mengatasi masalah tersebut, salah satunya melalui penggunaan media pembelajaran dalam kegiatan
belajar mengajar di sekolah. Media pembelajaran ini haruslah mudah didapat dan diminati oleh siswa.
Video selama ini dikenal dapat berperan sebagai media pembelajaran. Jenis media pembelajaran ini dipilih karena mampu menampilkan gambar diam
maupun gambar gerak serta terdapat narasi berupa teks dan suara yang muncul bersamaan dengan gambar-gambar yang disajikan dalam satu kontet. Kedua hal
ini menjadi menarik perhatian diri siswa dan memperoleh semangat baru dalam belajar, terutama bagi siswa yang sifat belajarnya membutuhkan aspek
pengamatan dan pendengaran. Video akan menimbulkan sesuatu yang bersifat konkret dan membantu pemikiran siswa kelas VI SD yang masih kesulitan untuk
berpikir secara abstrak. Media pembelajaran video diharapkan mampu
meningkatkan proses pembelajaran yang saat ini masih dirasakan belum bermakna bagi siswa kelas VI di SD N Karangmloko 2. Untuk dapat memanfaatkan media
pembelajaran video sebagai salah satu solusi dalam meningkatkan proses pembelajaran agar lebih bermakna bagi siswa, terlebih dahulu media
pembelajaran video ini harus memiliki kualitas yang baik. Media pembelajaran yang baik harus didapatkan melalui cara atau prosedur yang rasional, agar media
pembelajaran yang baru tercipta dapat dipertanggungjawabkan dalam penggunaannya.
2.4 Pertanyaan Penelitian