Uji Kesahihan dan Keandalan

69 saya agak minder saat berkomunikasi dengan mereka.” Subjek berkeringat dan menunduk saat berkomunikasi dengan orang Jawa karena, logat dan nada berbicara subjek dikurangi. Hal ini sesuai dengan indikator yang Maslow kemukakan yaitu rendah diri dan tidak berdaya. Observasi pada subjek ketiga terjadi saat peneliti dan subjek AS makan bersama di sebuah warung. Saat itu subjek dibicarakan oleh pedagang yang menggunakan bahasa Jawa. Subjek yang mengerti, secara spontan menundukan kepala dan mengerutkan dahinya saat mendengar pembicaraan pedagang makanan yang menyudutkan subjek. Spontan subjek menyatakan bahwa “saya merasa tidak enak karena nama orang Timur jelek. Mungkin memang orang Timur pantas mendapat perlakuan buruk.” Pada subjek keempat MR, harga diri rendah tampak saat di komunitas subjek menunjukan bekas luka akibat bacokan. Subjek menunjukan ekspresi sedih dan mata berkaca-kaca saat berkata “Ini luka akibat keteledoran saya, dan sikap buruk dari beberapa teman- teman yang berasal dari Indonesia Timur”. Subjek melanjutkan pernyataannya “sekarang saya sudah tidak dapat beraktivitas dengan leluasa karena kondisi fisik yang saya alami”. Pernyataan subjek menujukan bahwa subjek tidak berdaya, tidak percaya diri, tidak dapat berkompetisi, dan tidak dapat berprestasi. 70 Indikator cemas dialami oleh setiap subjek. Keempat subjek menunjukan indikator yang sama yaitu, adanya perasaan tegang, terancam dari suatu bahaya. Pada subjek pertama AT, rasa cemas ditunjukan saat subjek mengendarai sepeda motor dimana subjek sangat lengkap mengenakan helm, sarung tangan, dan sebelum mengendarai sepeda motor, subjek selalu memeriksa lampu, rem, dan kaca spion. Subjek mengatakan bahwa “ini demi keselamatan bukan hanya dari kecelakaan tapi dari amukan warga yang tidak senang dengan orang Timur ”. Hal ini sesuai dengan indikator kecemasan yang dikemukakan Nevid 2005, yaitu subjek merasa tegang, dan terancam oleh adanya bahaya. Sementara itu, rasa cemas dialami subjek kedua YD saat diajak peneliti untuk menanda-tangani surat keabsahan. Saat ditanyai, subjek menyatakan tidak ingin dijumpai saat malam hari karena subjek merasa cemas keluar malam dan menjadi korban amukan warga. Begitu pula pada subjek ketiga AS, subjek mengurangi jam keluar malam, ataupun tidak mau sering-sering keluar kos. Sehingga peneliti datang langsung menjumpai subjek di kos-kosan, saat meminta tanda-tangan surat keabsahan. Sedangkan subjek keempat MR, merasa cemas jika pembacokan terulang kembali pada dirinya. Subjek berbicara terbatah-batah saat menceritakan peristiwa pembacokan. Dan berharap peristiwa tersebut tidak 71 terulang kembali pada dirinya. Hal ini sesuai dengan indikator cemas yaitu perasaan tegang, dan terancam dari suatu bahaya. Perasaan tertekan dirasakan subjek pertama AT, saat itu subjek ingin mencari tempat tinggal yang nyaman agar bisa tenang dan belajar dengan baik. Subjek menujukan indikator tertekan yaitu perasaan tidak bebas, dan tidak tenang dalam beraktivitas. Selain itu pada subjek kedua YD, indikator rasa tertekan yaitu saat subjek menelpon para saudaranya untuk tidak melanjutkan kuliah di Yogyakarta karena pengalaman subjek cukup tertekan di Yogyakarta. Subjek kedua tampak tidak bebas, dan merasakan beban batin tinggal di Yogya. Pada subjek ketiga AS, subjek tidak melanjutkan kuliahnya dan lebih memilih tinggal di rumah komunitas San Egidio karena tertekan di kos-kosan. Pengalaman yang dirasakan subjek sesuai dengan indikator perasaan tidak bebas dan tidak tenang dalam beraktivitas. Pada subjek keempat MR, subjek menunjukan sikap tertekan, dimana indikator tertekan yaitu tidak nyaman dalam beraktivitas. Subjek belum melakukan pendaftaran ulang karena cuti kuliah. Keempat subjek menunjukan adanya indikator perasaan tidak bebas. Stress pasca trauma dirasakan oleh keempat subjek, dimana keempat subjek merasa ketakutan, ketidakberdayaan, kengerian yang selalu terbayang dipikiran mereka DSM-IV. Keempat 72 subjek tidak dapat melangsungkan hidup dengan baik, karena ada perasaan cemas, tertekan, dan trauma akan kekerasan yang pernah dialami secara langsung maupun tidak langsung. Depresi dialami oleh subjek keempat MR dimana subjek merasa sedih, merasa putus asa, tidak berdaya, dan tidak dapat berkonsentrasi. Depresi ini muncul karena subjek tidak dapat menyalurkan hobi bermain sepakbola dan berorganisasi. Subjek menunjukan kondisi tubuh subjek yang tampak tidak normal lagi. Selain itu, subjek putus asa akan keberlangsungan hidupnya. Perasaan malu ditunjukan oleh para subjek saat mereka berkomunikasi dengan orang Jawa. Keempat subjek menujukan sikap tidak berdaya atas pelanggaran kekerasan. Para subjek juga mengatakan “kami malu karena beberapa pelaku kekerasan adalah mahasiswa asal Indonesia Timur”. b. Triangulasi menggunakan Metode Triangulasi metode yaitu memeriksa derajat kepercayaan dengan beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Untuk mengecek keajegan data, peneliti membandingkan antara data hasil wawancara, dan hasil observasi yang telah dilakukan. Hasil pengecekan ini, menunjukan adanya kesamaan yang terjadi 73 antara pernyataan hasil wawancara subjek dan kenyataan hasil observasi. c. Triangulasi menggunakan Teori Pada triangulasi teori, peneliti mencoba membandingkan data hasil temuan dengan teori-teori yang berkaitan dengan kekerasan yang berakibat pada dampak psikologis para korbannya. Peneliti juga membandingkannya dengan penelitian-penelitian sebelumnya berkaitan dengan agresi yang terjadi di masyarakat, maupun dampak psikologis yang diakibatkan dari akibat sikap agresi. Sebagai contoh teori Coser dalam Budiyono, 2009 yang menjelaskan bahwa dampak dari kekerasan adalah menimbulkan dampak psikologis yang negatif, seperti perasaan tertekan sehingga menjadi siksaan terhadap mentalnya, stress, kehilangan rasa percaya diri, rasa frustasi, cemas, dan takut. Selain itu peneliti membandingkan dengan penelitian Mahoney di kepulauaan Carribian yang melihat dampak psikologis pada para remaja akibat kekerasan. 2. Pemeriksa Dosen Melalui Diskusi Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan dosen pembimbing dan dosen pengajar kualitatif. 74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Proses Penelitian

1. Persiapan Penelitian Peneliti melakukan persiapan sebelum melakukan penelitian. Persiapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah: a. Peneliti mencari para mahasiswa asal Indonesia Timur yang memiliki kriteria memiliki rentang usia dari 18 hingga 23 tahun. Status para subjek sebagai mahasiswa yang saat ini kuliah di Yogyakarta. Selain itu para calon subjek tentunya memiliki pengalaman yang berkaitan dengan diskriminasi maupun kekerasan dari warga Yogyakarta. b. Selanjutnya para mahasiswa Indonesia Timur yang memiliki kesesuaian dengan kriterian tersebut diminta kesediaan menjadi subjek penelitian. Peneliti meminta kesediaan para subjek dengan menyertakan surat kesediaan menjadi subjek dalam penelitian ini. c. Setelah para subjek bersedia, peneliti dan para subjek menyepakati waktu serta tempat dilakukannya penelitian. Setelah disepakati, penelitian dilakukan di kota Yogyakarta yaitu di kampus Sanata Dharma Paingan, dan di rumah komunitas San Egidio Seturan. d. Peneliti mempersiapkan digital voice recorder sebagai alat untuk merekam setiap sesi wawancara dengan subjek, dan juga alat tulis. 75 Selain itu, peneliti juga menyediakan Handphone tambahan untuk mengantisipasi apabila alat perekam mati selama proses wawancara. e. Peneliti melakukan janji secara langsung dengan subjek untuk melakukan proses wawancara. 2. Pelaksanaan Penelitian Dalam melaksanakan penelitian, penelitian melalui beberapa tahapan penelitian, mulai dari menentukan karakteristik subjek yang akan diteliti, meminta kesediaan subjek dalam proses wawancara, melakukan proses wawancara hingga meminta keabsahan dari para subjek berdasarkan hasil verbatim dan analisis data yang telah peneliti dapatkan. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan menggunakan metode pengumpulan data dalam bentuk wawancara dan observasi. Pengumpulan data dilakukan secara resmi pada bulan Juni hingga Juli 2014. Dalam melakukan wawancara dan observasi, peneliti dan subyek bertatap muka lebih dari satu kali. Berikut ini dijelaskan proses pelaksanaan penelitian secara rinci: a. Dalam pertemuan pertama, peneliti meminta persetujuan dengan menyertakan surat kesediaan menjadi subjek penelitian. Peneliti berusaha membangun relasi yang hangat agar dalam diri subyek ada rasa nyaman dan sikap percaya terhadap peneliti. Sehingga data peneliti yang didapat menjadi kaya karena sikap keterbukaan dan 76 kepercayaan subjek terhadap peneliti. Selain membangun relasi yang baik, dalam pertemuan pertama, peneliti mengambil identitas yang dimiliki subyek. Peneliti mengajukan beberapa pertanyaan berkaitan tentang latarbelakang subjek dan pandangan umum subjek berkaitan dengan kekerasan etnis di Yogyakarta. Dalam memulai proses wawancara, peneliti tidak langsung menanyakan pada dampak seperti apa yang dialami subyek, melainkan peneliti terlebih dahulu menanyakan pendapat subyek mengenai kekerasan etnis secara umum yang terjadi di Yogyakarta. Dalam melakukan wawancara terhadap identitas subyek, peneliti juga melakukan observasi mengenai kondisi subyek serta lokasi dilakukan proses wawancara dan observasi. b. Pada pertemuan kedua, peneliti mewawancarai subjek berkaitan dengan data kekerasan etnis yang masih kurang pada proses wawancara sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya, peneliti mencoba melihat adakah dampak yang dirasakan subjek berkaitan dengan kekerasan etnis tersebut. Selanjutnya, peneliti mencoba mengembangkan pertanyaan berkaitan dengan dampak sosio- psikologi. Setelah memperoleh data-data berkaitan dengan dampak sosio-psikologis, peneliti bertanya lebih jauh pada upaya yang dilakukan subjek dari dampak sosio-psikologis yang dirasakan subjek. Yogyakarta menjadi wilayah yang di khususkan oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Dengan demikian, subyek diharapkan dapat 77 memberi penjelasan mengenai pengalaman subjek berkaitan dengan diskriminasi dan pengucilan sosial akibat kekerasan etnis di wilayah Yogyakarta. Setelah subyek menjelaskan tentang kekerasan secara umum, peneliti memberi pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan pengalaman dari kekerasan di yogyakarta. c. Dalam proses wawancara, peneliti menggunakan alat-alat bantu seperti alat perekam, buku dan pulpen. Tujuan peneliti menggunakan alat bantu ini adalah agar dapat membantu peneliti nantinya dalam proses verbatim dan menganalisis data. Selain itu dalam wawancara, peneliti melakukan wawancara semi terstruktur dimana pertanyaan yang diajukan peneliti, tidak terlalu berpatokan dari daftar pertanyaan yang telah dibuat. Peneliti membuat poin-poin pertanyaan yang akan diajuakan namun tidak terlalu terpaku. Selama proses wawancara berlangsung, peneliti melakukan observasi dengan mengamati ekspresi wajah, bahasa tubuh, atau gerakan-gerakan tertentu yang muncul saat subyek menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti. Hasil dari data yang didapatkan melalui wawancara akan menjadi suatu data primer dalam penelitian, sementara hasil observasi adalah sebagai pendukung dalam data primer. d. Setelah dilakukan proses analisis pada data, peneliti melakukan keabsahan data dengan menunjukan data verbatim serta data hasil