Bentuk-bentuk Dampak Sosio-Psikologis Akibat Kekerasan
                                                                                23
akan lebih  percaya  diri,  lebih mampu  dan  lebih  produktif.  Sebaliknya jika  kebutuhan  akan  harga  diri  kurang  maka,  seseorang  akan  diliputi
rasa rendah diri, dan perasaan tidak berdaya. b.  Kecemasan
Anxiety  atau  kecemasan  adalah  suatu  keadaan  emosional  yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak
menyenangkan,  dan  perasaan  aprehensif  bahwa  sesuatu  yang  buruk akan  terjadi  Nevid  dkk,  2005.  Freud  dalam  Corey,  2005
mengartikan  kecemasan  sebagai  keadaan  tegang  yang  memotivasi seseorang  berbuat  sesuatu.  Dalam  hal  ini  fungsinya  adalah
memperingatkan  seseorang  akan  adanya  bahaya.  Sulaiman  1995 berpendapat  bahwa  kecemasan  merupakan  reaksi  psikologis  yang
disebabkan  karena  adanya  rasa  kawatir  terus-menerus  yang ditimbulkan oleh adanya inner conflik.
Kecemasan merupakan manivestasi dari berbagai proses emosi yang  bercampur  baur  dan  terjadi  ketika  orang  mengalami  tekanan
perasaan  karena  adanya  pertentangan  Daradjat  dalam  Jessica,  2007. Sementara pendapat Kenyou dalam Jessica, 2007, kecemasan adalah
rasa  takut  yang  pasti  terhadap  sesuatu  yang  mengerikan  akan  terjadi, namun  apa  yang  menjadi  penyebab  rasa  takut  ini  tidak  diketahui.
Adapun gejala-gejala kecemasan oleh Buklew dalam Purnamaningsih, 2003, dibagi menjadi dua tingkatan yaitu:
24
1  Tingkatan  Fisiologis.  Kecemasan  ini  sudah  mempengaruhi  atau berwujud  pada  gejala  fisik  terutama  pada  fngsi  syaraf  diantaranya
tidak dapat tidur, perut mual, dan keringat dingin berlebihan. 2  Tingkat  psikologis.  Kecemasan  semacam  ini  sudah  berupa  gejala
kejiwaan  seperti  rasa  khawatir,  bingung,  sulit  konsentrasi,  tegang, dan sebagainya.
c.  Depresi Depresi  merupakan  satu  masa  terganggunya  fungsi  manusia
yang  berkaitan  dengan  alam  perasaan  yang  sedih  dan  gejala penyertaannya,  termasuk  perubahan  pada  pola  tidur,  nafsu  makan,
psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri Kaplam, 1998.  Gejala yang paling
sering  ditemukan  pada  pasien  depresi  adalah  penurunan  mood  yang berkepanjangan  Katona  dkk,  2012.  Katona  dan  koleganya  lebih
lanjut  menjelaskan  bahwa,  ICD-10  mengklasifikasikan  gangguan depresi berdasarkan tingkat keparahan dan mengidentifikasi tiga gejala
utama  yaitu,  mood  yang  buruk,  anhedonia  kehilangan  rasa  senang pada kegiatan yang sebelumnya terasa menyenangkan, dan penurunan
energi peningkatan rasa mudah lelah. Depresi  Gejala  ringan  dapat  berlaku  jika  dua  dari  tiga  gejala
utama  dialami  oleh  individu  Katona  dkk,  2012.  Selain  itu,  individu yang mengalami depresi ringan dapat dikatakan depresi jika  memiliki
25
dua gejala diantara gejala-gejala berikut seperti: penurunan konsentrasi dan  perhatian;  penurunan  rasa  percaya  diri  dan  harga  diri;  perasaan
bersalah  dan  tidak  berharga; merasa  putus  asa  mengenai  masa  depan; pikiran  untuk  melukai  diri  sendiri,  gangguan  tidur,  dan  peningkatan
atau  penurunan  nafsu  makan.  Depresi  Gejala  sedang  terdapat  enam gejala  termasuk  setidaknya  dua  dari  gejala  utama.  Sedangkan  depresi
berat, setidaknya memiliki delapan gejala, termasuk seluruh tiga gejala utama  yang  mengakibatkan  tekanan  yang  bermakna  dan mengganggu
kehidupan sehari-hari Katona dkk, 2012. d.  Stres Pasca Trauma
Menurut  DSM-IV,  gangguan  stress  pasca  trauma  merupakan paparan terhadap kejadian traumatik dimana saat itu orang merasakan
ketakutan,  ketakberdayaan,  atau  kengerian.  Setelah  itu  orang  merasa mengalami  kembali  kejadian  tersebut  melalui  kenangan  dan  mimpi
buruknya  Mark    Barlow,  2006.  Dengan  kata  lain  stress  pasca trauma, adalah gangguan emosional yang menyebabkan distress, yang
bersifat  menetap,  yang  terjadi  setelah  menghadapi  ancaman  keadaan yang  membuat  individu  merasa  benar-benar  tidak  berdaya  atau
ketakutan Mark  Barlow, 2006. Gangguan  stess  pasca  trauma  dibagi  menjadi  dua  yaitu,  stess
pasca  trauma  akut  dan  stess  pasca  trauma  kronis  Mark    Barlow, 2006. Stess pasca trauma akut dapat didiagnosa dalam kurun waktu 1
26
sampai 3 bulan. Jika stess pasca trauma lebih lama dari 3 bulan maka dianggap kronis. Pada kondisi kronis, individu cenderung menunjukan
gejala menghindar Davidson, dkk dalam Mark  Barlow, 2006. Menurut Crider dkk 1983, gejala-gejala stress antara lain :
1  Gangguan  emosional  :  tegang,  khawatir,  marah,  tertekan  oleh perasaan  bersalah.  Stress  yang  paling  sering  timbul  adalah
kecemasan, biasanya dialami individu dalam mengantisipasi situasi yang penuh stress.
2  Gangguan  kognitif  :  berpikir  irrasional,  tidak  logis  dan  tidak fleksibel akibat kekhawatiran dan evaluasi diri yang negatif. Sering
lupa  dan  bingung  akibat  terhambatnya  kemampuan  memisahkan dan  menggabungkan  ingatan-ingatan  jangka  pendek  dengan
ingatan jangka panjang. 3  Gangguan fisiologis : nyeri otot, cepat lelah, dan mual
Stress  akan  menimbulkan  berbagai  reaksi  dalam  diri individu yang mengalaminya, yaitu :
a Reaksi emosional
:  cepat  marah,  perubahan  nafsu makan,  perubahan  berat  badan,  dan  kecemasan  yang  terus
menerus. b
Reaksi intelektual : konsentrasi menurun
c Reaksi fisiologis
:  sakit  kepala,  gatal-gatal  dan  diare, perasaan perut tidak menentu, dan mual.
27
d Reaksi sosial
:  tidak  betah  seorang  diri,  marah tanpa  alasan,  kehilangan  minat  terhadap  banyak  hal,  merasa
tidak aman, dan sulit bersantai. e.  Rasa Malu
Lewis  dikutip  Tangney,  1995  mengungkapkan  bahwa  rasa malu  merupakan  suatu  reaksi  emosi  yang  berfokus  pada  kekalahan
atau  pelanggaran  moral,  membungkus  kekurangan  diri  dan  memuat suatu  kondisi  pasif  atau  tidak  berdaya.  Pendapat  lain  datang  dari
Weekes  1991,  yang  memandang  rasa  malu  sebagai  campuran  dari kesombongan dan ketakutan akan omongan si sekitar kita.
Hurlock  1993  mengemukakan  rasa  malu  adalah  reaksi emosional  yang  tidak  menyenangkan  diri  dari  individu  terhadap
penilaiaan  orang  lain,  baik  yang  merupakan  dugaan  maupun  yang benar-benar terjadi, yang mengakibatkan individu mencela diri sendiri
berhadapan  dengan  kelompok.  Sementara  Goffman  dalam  Harre Lamb,  1996  mengemukakan  bahwa  apa  yang  dihasilkan  rasa  malu
ialah  pengakuan  bahwa  diri  yang  disokong  dalam  sebuah  interaksi sosial  telah  terganggu  oleh  sesuatu  yang  dilakukan  atau  oleh  suatu
kenyataan pribadi yang terlepas. Ditambahkan pula ungkapan kekuatan rasa malu berasal dari pentingnya interaksi-interaksi sosial.
28
f.  Tertekan Menurut  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia,  tertekan  berarti,
keadaan tidak  menyenangkan  yang  umumnya  merupakan  beban  batin seperti merasa rendah diri, dan tidak bebas.
g.  Penyalahgunaan Zat h.  Agresi
Dari beberapa penjelasan tentang dampak sosio-psikologis di atas, maka  disimpulkan  bahwa  kekerasan  etnis  yang  terjadi  di  masyarakat,
dapat menimbulkan dampak psikologis seperti : kecemasan, depresi, stress pasca  trauma,  perasaan  malu,  tertekan,  penyalahgunaan  zat  dan  tindakan
agresi.
                