Latar Belakang Masalah Pengaruh KAP, BOPO, dan FDR terhadap NET Operating Margin (NOM) Perbankan Syariah di Indonesia periode 2010-2014
dana setelah bagi hasil dengan beban operasional disetahunkan dibagi rata-rata Aktiva Produktif.
4
Perbedaan Net Interest Margin NIM dengan Net Operating Margin yaitu NIM berasal dari suku bunga yang diterima dikurangi suku bunga
yang dibayar dibagi rata-rata aset investasi. Boleh pula dikatakan bahwa NIM dihasilkan dari selisih antara suku bunga kredit dan suku bunga simpanan
kemudian dibagi investasi. Suatu bank akan selalu mengusahakan supaya NIM atau NOM positif. NIM negatif akan menunjukkan bahwa biaya investasi lebih
tinggi daripada hasilnya yang berarti merugi. Untuk itu, sudah barang tentu bank akan mengupayakan agar NIM positif dan tinggi. Hal ini akan menghasilkan buah
manis berupa pendapatan yang berujung pada laba tinggi. Dengan demikian, semakin tinggi NIM akan semakin tinggi pula pendapatan bank.
5
Tabel 1.1 Perkembangan NIM Bank Konvensional dan NOM Bank Syariah
Rasio 2010
2011 2012
2013 2014
NIM 5,35
5,42 5,17
4,42 4,23
NOM 1,77
1,20 2,04
1,82 0,52
Sumber: Data Statistik Perbankan Indonesia
4
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10SEOJK.032014 pada lampiran 1.3
5
Menggagas Indikator Efisiensi, artikel diakses pada Senin, 7 oktober 2014 pukul 13.50 WIB pada
http:nasional.sindonews.comread71965618menggagas-indikator-efisiensi .
Pada tabel di atas terlihat perbedaan rentabilitas bank konvensional dengan rentabilitas bank syariah sangat berbeda jauh. Pada tahun 2014, perbedaan terlihat
sangat signifikan dikarenakan NIM berada di level 4,23 sedangkan NOM berada di level 0,52 yang bahkan tidak mencapai level 1. Ini mengartikan
kemampuan bank syariah dalam menghasilkan laba dari aktiva produktifnya tertinggal jauh daripada bank konvensional. Demi mempertahankan stabilitas dari
sistem perbankan syariah, seharusnya bank syariah dapat lebih meningkatkan rentabilitasnya, apabila rentabilitas bank syariah tidak dapat ditingkatkan maka ini
akan menjadi kendala bagi kinerja bank syariah khususnya. Perhatian lebih harus diberikan terhadap NIM dan khususnya terhadap
NOM perbankan syariah. Ini dikarenakan disatu sisi NIM atau margin bank yang besar bagus untuk pertumbuhan perbankan, bank mendapatkan tambahan modal
tetapi disisi lain margin bank yang tinggi membebani para debitur yang harus membayar beban pinjaman yang tinggi. Bank berdalih mereka memerlukan
margin bank yang tinggi untuk melindungi mereka dari risiko perbankan. Bank juga membutuhkan tambahan modal untuk mengekspansi usahanya mengingat
potensi nasabah di Indonesia masih cukup tinggi.
6
Apabila hal tersebut dikaitkan terhadap NOM perbankan syariah maka NOM harus dijaga kestabilannya, hal ini didasarkan pada cangkupan sektor
6
Mufti Nur Cahyo, “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Margin Bank Umum Syariah
”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Diponegoro Semarang, 2013, h.7.
pembiayaan bank syariah baik untuk penggunaan modal kerja, investasi maupun konsumsi. Apabila NOM terlalu rendah, maka akan menurunkan tingkat
rentabilitas suatu bank dan akhirnya keuntungan yang diperoleh akan semakin kecil khususnya keuntungan yang bersumber pada operasional bank tersebut.
Hal ini menjadi penting karena pada Laporan Perkembangan Perbankan Syariah tahun 2013 menyatakan bahwa pembiayaan merupakan pilihan utama
penempatan dana perbankan syariah dibandingkan penempatan lainnya seperti penempatan pada bank lain ataupun surat-surat berharga
.
Pada akhir 2013 pembiayaan BUS dan UUS tercatat sebesar Rp188,6 triliun, sementara dana pihak
ketiga yang dihimpun mencapai Rp187,2 triliun, sehingga financing to deposit ratio perbankan syariah tetap relatif tinggi. Pada kelompok BUS misalnya,
financing to deposit ratio tercatat sebesar 95,9 pada akhir periode laporan. Dengan peningkatan KAP menjadi sebesar 96,96. Hal yang sama juga terjadi
dengan BOPO yang masih dalam kisaran 80 yang seharusnya masih dapat ditekan lagi. Keadaan ini membuat rentabilitas Bank Syariah menarik untuk
diteliti. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan NIM pada
perbankan konvensional yaitu faktor persaingan bank, faktor resiko kredit likuiditas, faktor biaya operasional efisiensi, dan faktor volume kredit serta
deposito penilaian kualitas aset produktif.
7
Rasio KAP merupakan rasio utama yang digunakan dalam penilaian kualitas aset produktif. Penilaian kualitas aset
bank termasuk antisipasi atas resiko gagal bayar dari pembiyaan credit risk yang akan muncul. Rasio FDR Financing to Deposit Ratio merupakan salah satu dari
rasio likuiditas yang analog dengan LDR Loan to Deposit Ratio. Rasio ini, berpengaruh positif pada tingkat profitabilitas, karena semakin tinggi rasio ini,
maka tingkat likuiditas semakin kecil yang berdampak pada semakin meningkatnya profitabilitas atau rentabilitas bank. Hal ini karena jumlah dana
yang diperlukan untuk membiayai kreditnya semakin banyak.
8
Peningkatan profitabilitas atau rentabilitas bank memberikan ukuran yang baik dalam tingkat efektivitas manajemen khususnya efektivitas dalam
pengelolaan biaya operasional. Rasio BOPO merupakan salah satu rasio yang biasa digunakan untuk mengukur efisiensi usaha yang dilakukan bank. Semakin
efisiensi suatu bank menandakan bank menggunakan biaya yang kecil untuk memperoleh pendapatan yang optimal.
7
Taufik Ariyanto, Faktor Penentu Net Interest Margin Perbankan Indonesia,Jurnal Perbanas, Vol.13,1 juni 2011.
8
Teguh Pudjo Muljono, Analisa Laporan Keuangan untuk Perbankan Yogyakarta : BPFE, 1996, h. 66
Tabel 1.2 Perkembangan NOM, KAP, BOPO, dan FDR
Rasio 2010
2011 2012
2013 2014
NOM 1,77
1,20 2,04
1,82 0,52
KAP 96,84
94,38 97,34
96,96 95,22
BOPO 82,38
81,65 76,35
82,16 96,97
FDR 87,6
91,41 120,65
95,87 98,11
Sumber: Data Statistik Perbankan Syariah Berdasarkan Tabel 1.2, dapat dilihat bahwa rasio NOM Bank Umum Syariah
berfluktuasi dari tahun ke tahun. NOM Bank Umum Syariah mengalami penurunan yang cukup signifikan dan mencapai angka 0,52 di tahun 2014
menunjukkan bahwa rentabilitas Bank Umum Syariah menurun dan tergolong sangat rendah NOM 1 menurut standar penilaian Bank Indonesia.
Nilai KAP yang dilihat dari Tabel 1.2 di atas mengalami kenaikan di tahun 2012 dengan nilai KAP sebesar 97,34 dan mengalami penurunan terendah di
tahun 2014 dengan nilai KAP sebesar 95,22. Namun NOM Bank Umum Syariah mengalami hal yang sama, dimana seharusnya berdasarkan teori semakin
tinggi rasio ini mencerminkan kualitas aktiva produktif buruk sehingga menuntut
Bank untuk menyediakan PPAP semakin besar, sehingga akan menurunkan pendapatan marjin bank semakin kecil NOM menurun.
9
Berdasarkan Tabel 1.2, tahun 2011 rasio BOPO mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 82,38 menjadi sebesar 81,65. Hal ini
mengartikan efisiensi bank umum syariah meningkat dari tahun sebelumnya. Namun tingkat rentabilitas yang diperlihatkan dari rasio NOM Bank Umum
Syariah pada tahun yang sama mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu dari 1,77 menjadi sebesar 1,20. Fakta ini bertentangan dengan teori bahwa
ketika nilai BOPO menurun dapat dikatakan kinerja bank meningkat. Semakin kecil nilai BOPO semakin bagus efisiensi sebuah bank dan akan membuat
rentabilitas bank semakin meningkat.
10
Namun berbeda dengan rasio FDR Bank Umum Syariah yang mengalami peningkatan pada tahun 2011 dan 2014 sebesar 91,41 dan 98,11, dimana pada
tahun yang sama Rentabilitas Bank Umum Syariah mengalami penurunan sebesar 1,20 dan 0,52. Fakta ini bertentangan dengan teori bahwa ketika dalam
kondisi risk averse, makin tinggi resiko yang dihadapi oleh bank, maka kompensasi marjin terhadap resiko tersebut juga akan semakin besar, begitu juga
9
Ro daya ah, Pengaruh Faktor Permodalan, Kualitas Aset, dan Likuiditas terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah
, “kripsi “ Fakultas “yariah I stitut Aga a Isla Negeri Walisongo Semarang, 2011, h.67.
10
Mufti Nur Cahyo, Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Margin Bank Umum
Syariah , “kripsi “ Fakultas Eko o i da Bis is, U iversitas Dipo egoro “e ara g,
, h. .
dengan kondisi sebaliknya.
11
Oleh karena itu berdasarkan uraian di atas dan mengingat pentingnya mengetahui faktor penentu NOM perbankan syariah dalam peningkatan
rentabilitas Perbankan Syariah serta masih sedikitnya penelitian di bidang perbankan syariah khususnya NOM, maka pada kesempatan kali ini penulis
tertarik membahas tentang “ Pengaruh KAP, BOPO, dan FDR terhadap Net Operating Margin Perbankan Syariah di Indonesia periode 2010-2014.
”