Proses Membuat Kebijakan Publik

75 alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Dalam formulasi kebijakan ada beberapa langkah yang harus dianalisis yaitu: a. Formulasi Masalah Kebijakan Mengkaji persoalan yang dilakukan unyuk menemukan hakekat atau arti penting suatu masalah. Setelah ditemukan hakekat masalahnya lalu dirumuskan dalam hubungan sebab akibat. b. Formulasi Tujuan Menentukan tujuan yang akan dicapai ketika membuat formulasi kebijakan publik. Suatu kebijakan selalu mempunyai tujuan untuk memecahkan masalah publik. Analisis kebijakan harus dapat merumuskan tujuan-tujuan tersebut secara jelas, realitas, dan terukur. Jelas maksudnya mudah dipahami, realitas maksudnya sesuai dengan nilai-nilai silsafat dan terukur maksudnya sejauh mungkin bisa diperhitunkan secara nyata, atau dapat diuraikan menurut ukuran atau satuan tertentu. c. Penentuan Kriteria Analisis memerlukan kriteria yang jelas dan konsisten untuk menilai alternatif-alternatif. Hal-hal yang sifatnya pragmatis memang diperlukan seperti ekonomi, administrative, namun yang lebih penting menyangkut nilai abstrak yang fundamental seperti etika dan falsafah. d. Penyusunan Model 76 Model merupakan abstraksi dari dunia nyata, dapat pula didefinisikan sebagai gambaran sederhana dari realitas permasalahan yang kompleks sifatnya. Model dapat dituangkan dalam berbagai bentuk yang dapat digolongkan sebagai berikut: skematik model flow chart, fisikal model latihan pemadam kebakaran, simbolik model rumus matematik. Manfaat model dalam analisis kebijakan publik untuk mempermudah deskripsi persoalan secara struktural, membantu dalam melakukan prediksi akibat-akibat yang timbul dari ada atau tidaknya perubahan dalam faktor penyebab. e. Pengembangan Alternatif Alternatif merupakan sejumlah alat atau cara-cara yang dapat dipergunakan untuk memcapai, langsung ataupun tidak langsung sejumlah tujuan yang telah ditentukan. Alternatif-alternatif kebijakan dapat muncul dalam pikiran seseorang karena beberapa hal seperti: berdasarkan pengamatan terhadap kebijakan yang telah ada, dengan melakukan semacam analogi dari suatu kebijakan dalam sesuatu bidang dan dicoba menerapkannya dalam bidang yang tengah dikaji, merupakan hasil pengkajian dari persoalan tertentu. f. Penilaian Alternatif Alternatif yang ada perlu dinilai berdasarkan kriteria sebagaimana yang dimaksud pada langkah ketiga. Tujuan penilaian untuk mendapatkan gambaran lebih jauh mengenai tingkat efektivitas dan 77 fisibilitas tiap alternatif dalam pencapaian tujuan, sehingga diperoleh kesimpulan mengenai alternatif mana yang paling baik, efektif mana yang paling banyak, efektif dan efisien. Perlu juga menjadi perhatian bahwa, suatu alternatif secara ekonomis menguntungkan, secara administrasi bisa dilaksanakan tetapi bertentangan dengan nilai-nilai sosial atau bahkan mempunyai dampak segatif kepada lingkungan dan masyarakat. Maka untuk gejala seperti ini perlu penilaian atika dan falsafah atau pertimbangan lainnya yang mungkin diperlukan untuk bisa menilai secara lebih objektif g. Rekomendasi Kebijakan Penilaian atas alternatif akan memberikan gambaran tentang sebuah pilihan yang tepat untuk mencapai tujuan kebijakan publik. Tugas analisis kebijakan publik pada langkah terakhir ini untuk merumuskan rekomendasi mengenai alternatif yang diperhitungkan dapat mencapai tujuan secara optimum. Rekomendasi dapat satu atau beberapa alternatif, dengan argumentasi yang lengkap dari berbagai factor penilaian tersebut. Dalam rekomendasi ini sebaiknya dikemukakan strategi pelaksanaan dari alternatif kebijakan yang diberikan kepada pembuat kebijaka publik seperti pemerintah dan DPR. 3. Legitimasi Kebijakan Adopsi Supaya kebijakan publik yang akan dibuat memiliki otoritas penuh jika diterapkan di tengah-tengah masyarakat, dibuatlah sebuah legitimasi 78 kebijakan. Legitimasi dibuat untuk memberi sebuah otoritasi pada proses dasar pemerintahan untuk mengatur masyarakat berdasarkan kedaulatan rakyat. Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh kedaulatan rakyat, warga Negara akan mengikuti arahan pemerintah. Namun warga Negara harus percaya bahwa tindakan pemerintah yang sah mendukung. 4. Implementasi Kebijakan Publik Setelah melalui tahapan membuat legitimasi kebijakan publik. Tahap selanjutnya melihat implementasi dari kebijakan publik yang telah mendapat legitimasi ini. Implementasi dilakukan semacam uji coba yang diterapkan ke dalam masyarakat untuk melihat sejauh mana kebijakan publik yang akan dirumuskan tersebut bisa berjalan dan diterima oleh masyarakat atau tidak. 5. Evaluasi Kebijakan Penilaian Evaluasi dalam kebijakan publik dilakukan sebagai kegiatan yang berkaitan dengan estimasi atau penilaian kebijakan publik yang terdiri dari substansi, dampak dan implementasi. Dalam hal ini evalusi dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalan seluruh proses kebijakan. Dengan demikian evaluasi kebijakan bisa meliputi tahapan perumusan masalah-masalah 79 kebijakan, program-program yang diusulkan unyuk menyelesakan masalah kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan. Misalnya, kasus Darsem. Muncul keprihatinan masyarakat Indonesia terhadap Darsem, sebagai salah satu pahlawan devisa Negara yang banyak dibela oleh masyarakat, bahkan ada gerakan sejuta koin untuk Darsem yang dipelopori oleh masyarakat sebagai bentuk keprihatinan. Melihat bahwa kasus Darsem ini menjadi trending topic di masyarakat seperti di media cetak dan elektronik, apalagi ini menyangkut nyawa seorang WNI di luar negeri, maka pemerintah harus mengambil kebijakan. Setelah mengadakan perundingan sesuai dengan tahap pembuatan kebijakan, akhirnya Pemerintah melalui menteri luar negeri dan juga Dubes RI di Arab Saudi menebus Darsem dengan sejumlah uang agar bebas dari hukuman pancung. Darsem akhirnya pulang ke tanah air.

2. Hasil Kebijakan, Rancangan Undang-Undang dan Undang-Undang

Berikut hasil kebijakan, rancangan undang-undag, undang-undang yang telah dibuat oleh 11 komisi periode 1999-2004, 2004-2009, 2009- 2014 yang informasinya diperoleh dari surat kabar seperti:

a. Komisi I

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik. 80 3. Kasus Darsem tahun 2012, yang bekerja sebagai tenaga kerja Indonesia yang terancam hukuman pancung di Saudi Arabia 4. Kasus sedot pulsa tahun 2012, kasus ini bermula ketika maraknya penipuan yang berkedok sms minta mengisikan pulsa, primbon, dan sms lain yang berkonsep melakukan registrasi.

b. Komisi II

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2006 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2006 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD Menjadi UU. 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara 81 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009 Tentang, Kearsipan 8. Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia Tentang, Aparatur Sipil Negara. 9. Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia Tentang, Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang, Administrasi Kependudukan. 10. Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia Tentang, Desa.

c. Komisi III

1. Undang-Undang Republik Indonesianomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Partai Politik. 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2002 Tentang Grasi. 82 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, Menjadi Undang-Undang. 8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2003 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Pemberlakuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, Pada Peristiwa Peledakan Bom di Bali Tanggal 12 Oktober 2002, Menjadi Undang-Undang. 9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2003 Tentang Susunan Dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2005 Tentang Pengesahan International Covenant On Civil And Political Rights Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Sipil Dan Politik. 11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2006 Tentang Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah Pidana. 12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban. 13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik .