Analisis bivariat Koping Internal Terhadap Kejadian Relaps

memiliki anggota keluarga lebih dari empat orang. Hasil ini menggambarkan adanya perbedaan, dimana keluarga yang tidak relaps walaupun anggota keluarganya banyak atau lebih dari empat orang tetapi relaps pada penderita tidak terjadi. Kalau ditelusuri secara teori memang tidak ada pendapat yang mengatakan bahwa jumlah anggota keluarga akan berpengaruh terhadap kejadian relaps. Namun dengan logika berfikir kritis memang bisa saja dikaitkan dengan keadaan sejahtera apabila jumlah anggota dalam satu keluarga semakin kecil. Menurut penulis keadaan ini mungkin lebih disebabkan oleh kurangnya komunikasi yang baik di dalam keluarga.

5.2. Analisis bivariat Koping Internal Terhadap Kejadian Relaps

5.2.1.Mengandalkan kelompok keluarga Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 15 keluarga penderita skizofrenia yang relaps mengandalkan kelompok keluarga dengan kategori baik dalam merawat penderita, sedangkan keluarga penderita yang tidak relaps 75 mengandalkan kelompok keluarga dengan kategori baik. Melihat hasil tersebut penulis beranggapan bahwa ada pengaruh mengandalkan kelompok keluarga dengan kejadian relaps. Hasil tes Mann Whitney menunjukkan bahwa koping internal mengandalkan kelompok keluarga yang tidak relaps lebih baik dibandingkan dengan koping internal mengandalkan kelompok keluarga yang relaps, dimana perbedaan jarak rata-rata koping internal mengandalkan kelompok keluarga yang tidak relaps lebih besar dibandingkan koping internal mengandalkan kelompok keluarga yang relaps. Selain itu koping internal mengandalkan kelompok keluarga lebih baik dibandingkan dengan sub variabel koping internal lainnya, hal ditunjukkan oleh perbedaan jarak rata-rata koping internal mengandalkan kelompok 36 keluarga yang tidak relaps dengan yang relaps lebih besar dibandingkan dengan sub variabel koping internal lainnya. Hal ini juga didukung hasil uji statistik Mann Whitney yang menunjukkan bahwa koping internal mengandalkan kelompok keluarga berpengaruh nyata terhadap kejadian relaps dimana nilai p 0.05, artinya ada pengaruh koping internal mengandalkan kelompok keluarga dengan kejadian relaps. Menurut Burgess 1979 dikutip Friedman 1998 dalam buku Keperawatan keluarga Teori dan Praktek mengatakan bahwa keluarga ketika menghadapi masalah akan lebih mengandalkan sumber-sumber mereka sendiri, karena mereka menilai dan melihat bahwa kontrol diri dan kemandirian sangat penting selama mas-masa sulit. Selain itu anggota keluarga perlu menjadi kuat dan belajar menyembunyikan perasaan dan menguasai ketegangan dalam diri mereka sendiri. Menurut penulis hal inilah yang membuat kenapa koping internal mengandalkan kelompok keluarga ini berpengaruh nyata terhadap kejadian relaps. 5.2.2. Penggunaan humor Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan humor pada keluarga penderita yang relaps hanya 10 dalam ketori baik, sedangkan keluarga penderita yang tidak relaps penggunaan humor 75 dalam kategori baik. Hasil ini menunjukkan perbedaan yang sangat jauh antara keluarga penderita yang relaps dan tidak relaps dalam hal penggunaan humor sewaktu merawat penderita. Hal ini juga didukung oleh hasil tes Mann Whitney yang menunjukkan bahwa perbedaan jarak rata-rata penggunaan humor antara keluarga penderita yang tidak relaps lebih besar dibandingkan dengan keluarga penderita yang relaps. Selain itu hasil uji statistik Mann Whitney menunjukkan bahwa 36 penggunaan humor berpengaruh nyata terhadap kejadian relaps dimana nilai p 0.05, artinya ada pengaruh penggunaan humor dengan kejadian relaps. Menurut Hot 1979 dikutip oleh Friedman 1998 mengatakan bahwa humor merupakan aset keluarga yang sangat penting, yang dapat memberikan sumbangan perbaikan bagi sikap-sikap keluarga terhadap masalah dan perawatan kesehatan anggota keluarganya. Grojhan juga mengatakan bahwa humor merupakan kekuatan, superioritas dalam menghadapi bahaya dan ketegangan serta menghilangkan rasa cemas. Jadi menurut penulis penggunaan humor sangat penting dalam merawat penderita skizofrenia remisi sempurna, karena hal dapat mengurangi kejadian relaps. 5.2.3. Memelihara ikatan keluarga Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 5 keluarga penderita skizofrenia yang relaps memelihara ikatan keluarga dengan baik, sedangkan keluarga penderita skizofrenia yang tidak relaps 65 memelihara ikatan kelaurga dengan baik. Hasil ini menunjukkan perbedaan koping internal memelihara ikatan keluarga antara yang relaps dan tidak relaps. Hasil ini juga didukung oleh hasil tes Mann Whitney yang menunjukkan bahwa perbedaan jarak rata-rata koping internal memelihara ikatan keluarga antara yang tidak relaps lebih besar dibandingkan dengan yang relaps. Selain itu menurut hasil uji statistik Mann Whitney menunjukkan bahwa memelihara ikatan keluarga berpengaruh nyata terhadap kejadian relaps, hal ini terlihat dari nilai p 0.05, artinya ada pengaruh memelihara ikatan keluarga dengan kejadian relaps. Menurut Tomsenz 1988 bahwa memelihara ikatan keluargaketerbukaan perlu dibangun dalam setiap keluarga agar dapat membantu koping keluarga dalam menghadapi masalah keluarga. Hal ini dapat dilakukan dengan adanya waktu untuk 36 bersama keluarga, saling mengenal, membahas masalah bersama, mengembangkan ritual dalam keluarga, bermain bersama, bercerita pada waktu hendak tidur dan mengungkapkan tentang pekerjaan atau kehidupan di sekolah. Demikian juga menurut Figley 1989, bahwa ikatan keluarga yang kuat sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena anggota keluarga yang sakit sangat membutuhkan dukungan. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Stinnet dan De Frain 1987, bahwa untuk membina keluarga yang sehat dan bahagia keluarga harus adakan waktu untuk bersama dalam keluarga, ikatannya harus erat dan kuat dan saling menghargai. Peneliti juga sependapat bahwa ikatan keluargaketerbukaan perlu dibangun dalam setiap keluarga terutama dalam keluarga penderita skizofrenia remisi sempurna, sehingga kemungkinan relaps dapat dicegah atau dikurangi. 5.2.4. Mengontrol kembali makna dari masalah Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 45 keluarga penderita skizofrenia yang relaps mengontrol makna dari masalah dengan kategori baik, sedangkan keluarga penderita skizofrenia yang tidak relaps 80 mengontrol makna dari masalah dengan kategori baik. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan antara keluarga penderita yang relaps dan tidak relaps dalam mengontrol makna dari masalah yang dihadapi. Menurut hasil tes Mann Whitney bahwa perbedaan jarak rata-rata koping internal mengontrol kembali makna masalah dari keluarga penderita yang tidak relaps lebih besar dibandingkan dengan koping internal mengontrol kembali makna masalah dari keluarga penderita yang relaps. Selain itu menurut hasil uji statistik Mann Whitney bahwa mengontrol kembali makna dari masalah yang dihadapi berpengaruh nyata 36 terhadap kejadian relaps, hal ini ditunjukkan dengan nilai p 0.05, artinya ada pengaruh mengontrol kembali makna dari masalah dengan kejadian relaps. Menurut Pearlin dan Schooler 1978 mengatakan bahwa mengontrol kembali makna dari masalah dapat mengurangi stress atau menetralisir secara kognitif rangsang berbahaya yang dialami keluarga, juga menurut Folkman 1986 bahwa keluarga yang menggunakan koping ini cenderung melihat masalah dari segi posisitf dibandingkan dari segi negatif. Demikian juga menurut Olson 1983 bahwa perumusan kembali keluarga dan anggotanya, mendefinisikan kejadian stresor sebagai sebuah tantangan yang dapat diatasi, dimana koping ini tidak hanya untuk mengurangi keadaan yang penuh dengan masalah tetapi untuk mencegah timbulnya masalah-masalah potensial agar tidak terjadi. 5.2.5. Pemecahan masalah bersama Hasil penelitian menunjukkan bahwa koping internal pemecahan masalah bersama pada keluarga penderita yang relaps hanya 40 kategori baik, sedangkan koping internal pemecahan masalah bersama pada keluarga penderita yang tidak relaps 60 kategori baik. Hasil diaatas menunjukkan adanya perbedaan antara keluarga yang relaps dan tidak relaps dalam melakukan perawatan terhadap penderita. Menurut hasil tes Mann Whitney bahwa jarak rata-rata koping internal pemecahan masalah bersama pada keluarga penderita yang tidak relaps lebih besar dibandingkan dengan koping internal pemecahan masalah bersama pada keluarga penderita yang relaps. Namun kalau dilihat dari hasil uji statistik Mann Whitney bahwa koping internal pemecahan masalah bersama tidak berpengaruh nyata dengan kejadian relaps, dimana nilai p 0.05, artinya tidak ada pengaruh antara koping internal pemecahan masalah dengan kejadian relaps. 36 Berdasarkan penelusuran teori yang dilakukan bahwa koping internal pemecahan masalah bersama ini dikalangan anggota keluarga merupakan sebuah strategi, dimana keluarga dapat mendiskusikan masalah yang ada secara bersama-sama, mengupayakan solusi atau jalan keluar dari masalah. Namun pendapat ini tidak sejalan dengan hasil uji statistik bahwa koping ini dapat mempengaruhi kepada kejadian relaps. Menurut Reis bahwa keluarga yang menggunakan koping ini dinamakan keluarga yang peka terhadap lingkungan dan tidak menunjukkan masalah sebagai masalah internal. Perbedaan pendapat Reis dan teori yang ada dengan hasil uji statistik menurut peneliti jelas disebabkan karena keluarga penderita skizofrenia remisi sempurna ini tidak menggunakan koping ini sebagai sebuah strategi untuk mendiskusikan masalah secara bersama-sama, dimana penderita tidak dilibatkan ketika mereka mendiskusikan masalah yang dihadapi penderita itu sendiri, sehingga keputusan yang dihasilkan sering bersifat sepihak, walaupun sebenarnya hasil keputusan adalah untuk menolong penderita keluar dari masalahnya. Hal inilah yang menyebabkan kenapa koping internal pemecahan masalah secara bersama ini tidak berpengaruh nyata terhadap kejadian relaps. 5.2.6. Fleksibilitas peran Hasil penelitian menunjukkan bahwa koping internal fleksibitas peran ini pada keluarga penderita yang relaps hanya 15 kategori baik, sedangkan pada keluarga penderita yang tidak relaps sebanyak 70 kategori baik. Dari hasil ini terlihat bahwa ada perbedaan penggunaan koping internal fleksibilitas peran antara keluarga penderita yang relaps dan tidak relaps dalam melakukan perawatan kepada penderita. Namun dalam uji statistik pengaruhnya tidak bisa dibuktikan karena diperoleh hasil bahwa 36 koping internal fleksibilitas peran tidak berpengaruh nyata terhadap kejadian relaps, dimana nilai p 0.05, artinya tidak ada pengaruh koping internal fleksibilitas peran dengan kejadian relaps. Demikian juga dengan hasil tes Mann Whitney bahwa jarak rata-rata koping internal fleksibilitas peran pada keluarga yang tidak relaps lebih besar dibandingkan dengan koping internal fleksibilitas peran pada keluarga penderita yang relaps. Namun dalam uji statistik pengaruhnya tidak bisa dibuktikan karena diperoleh hasil bahwa koping internal fleksibilitas peran tidak berpengaruh nyata terhadap kejadian relaps, dimana nilai p 0.05, artinya tidak ada pengaruh koping internal fleksibilitas peran dengan kejadian relaps pada skizofrenia remisi sempurna. Hasil ini tidak sejalan dengan pendapat Olson 1979 yang mengatakan bahwa koping fleksibilitas peran merupakan salah satu cara utama adaptasi keluarga terhadap masalah yaitu dengan mengubah peran-peran keluarga ketika menghadapi masalah. Dalam hal ini diharapkan keluarga harus tetap bisa menerima penderita apa adanya dan siap untuk menggantikan peran penderita selama ia sakit. Demikian juga menurut Davis 1986 bahwa memperkuat fleksibilitas peran dalam keluarga merupakan suatu strategi koping fungsional, dengan menemukan bahwa peran keluarga bisa fleksibel atau kaku dapat membedakan tingkat berfungsinya keluarga. Menurut peneliti juga bahwa koping fleksibilitas peran ini tidak berpengaruh nyata terhadap kejadian relaps karena keluarga tidak mampu memodifikasi peran-peran keluarga dengan baik ketika dibutuhkan. 5.2.7. Normalisasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa koping internal normalisasi ini pada keluarga penderita yang relaps hanya 15 kategori baik, sedangkan pada keluarga 36 penderita yang tidak relaps koping ini 55 kategori baik. Demikian juga dengan hasil tes Mann Whitney bahwa jarak rata koping internal normalisasi pada keluarga penderita yang tidak relaps lebih besar dibandingkan dengan koping internal normalisasi pada keluarga penderita yang relaps, itu artinya keluarga penderita yang tidak relaps masih lebih baik dalam menggunakan koping ini dibandingkan dengan keluarga penderita yang relaps. Hasil uji statistik tentang koping ini juga menunjukkan bahwa koping internal normalisasi ini berpengaruh nyata terhadap kejadian relaps, dimana nilai p 0.05, artinya ada pengaruh koping internal normalisasi dengan kejadian relaps. Hal ini sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa normalisasi adalah satu strategi keluarga untuk menormalkan segala sesuatu ketika mereka melakukan koping terhadap stresor terutama jangka panjang yang cenderung merusak kehidupan keluarga. Seperti kita ketahui bersama bahwa skizofrenia adalah penyakit kronis, walaupun sudah dikatakan sembuh namun penyakit ini mempunyai kecenderungan untuk kambuh kembali apabila keluarga tidak mampu melakukan perawatan dengan baik. Menurut Davis seorang peneliti pertama yang menggunakan istilah normalisasi menggambarkan respon keluarga terhadap sakit dan kecacatan pada anak yang menderita sakit polio. Dari hasil penelitiannya ditemukan bahwa keluarga menormalkan situasi abnormalitas dengan cara berpartisipasi dalam kegiatan biasa dan terus memelihara ikatan sosial. Demikian juga sebenarnya yang diharapkan dilakukan oleh keluarga penderita skizofrenia remisi sempurna dalam merawat penderita, mereka harus dilibatkan dalam kegiatan sehari-hari di rumah, melatih mereka dalam kegiatan mandiri serta memberikan penghargaan kepada mereka ketika mereka berhasil melakukan 36 sesuatu dengan benar atau salah, maka oleh Friedman 1998 dan Schulman mengatakan bahwa strategi koping seperti ini sering digunakan dalam keluarga yang mengalami sakit kronis.

5.3. Analisis Bivariat Koping Eksternal Terhadap Kejadian Relaps.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kepatuhan Pengobatan dan Koping Keluarga terhadap Pencegahan Kekambuhan Penderita Skozofrenia Paranoid di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014

0 66 166

PENGARUH MANAJEMEN ASET TERHADAP OPTIMALISASI ASET RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA

3 55 9

Gambaran Peran Keluarga Dalam Pemulihan Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

11 71 87

Kemampuan Sosialisasi Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara 2013

0 39 64

Gambaran Karakteristik Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan

28 144 68

Pengaruh Pengetahuan dan Mekanisme Koping terhadap Sikap Keluarga untuk Menerima Pasien Gangguan Jiwa (Skizofrenia) yang Telah Tenang di Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011

2 69 108

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara - Medan

30 131 90

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 66

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia 2.1.1. Defenisi Skizofrenia - Pengaruh Kepatuhan Pengobatan dan Koping Keluarga terhadap Pencegahan Kekambuhan Penderita Skozofrenia Paranoid di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014

0 0 52

Pengaruh Kepatuhan Pengobatan dan Koping Keluarga terhadap Pencegahan Kekambuhan Penderita Skozofrenia Paranoid di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014

0 0 20