commit to user
18 Pertimbangan proses berargumentasi bahwa suatu sistem terdiri dari
beberapa proses yaitu proses mengikuti proses lainya. Suatu model proses mengusulkan bahwa suatu sistem informasi terdiri dari beberapa proses sebagai
berikut: 1 Suatu sistem informasi mula-mula dibuat berisi dengan banyak fitur yang
dapat memmperlihatkan beberapa tingkat kualitas sistem dan kualitas informasinya.
2 Pemakai dan manajer mempunyai pengalaman dengan fitur-fitur tersebut dengan menggunakan sistemnya.
3 Penggunaan dari sistem dan produk informasinya kemudian mempunyai dampak atau pengaruh pada pemakai individual didalam melakukan
pekerjaanya dan dampak individu ini secara kolektif akan berakibat pada dampak-dampak organisasional.
Berbeda dengan model proses, model kausal atau disebut juga dengan model varian berusaha untuk menjelaskan kovarian dari elemen-elemen model
untuk menentukan apakah variansi dari satu elemen dapat dijelaskan oleh variansi dari elemen-elemen lainya atau dengan kata lain untuk menetuikan apakah terjadi
hubungan kausal diantara mereka. Misalnya semakin tinggi kualitas sistem diharapkan akana menyebabkan kepuasaan pemakai dan penggunaan yang lebih
tinggi yang selanjutnya akan mempengaruhi secara positif produktivitas individual dengan hasil peningkatan produktivitas organisasional. Model kausal
ini menunjukan bagaimana arah hubungan satu elemen dengan elemen lainya apakah menyebabkan lebih besar mempunyai pengaruh positif atau lebih kecil
mempunyai pengaruh negatif.
b. Model Kesuksesan E-learning
Model DM ini dikembangkan dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan oleh shanon, whever Mason serta penelitian-penelitian sistem
informasi lainya. Sebenarnya penelitian Shanon Wheaver dalam Jogiyanto 2008 merupakan penelitian dibidang komunikasi. Mereka mengelompokan
commit to user
19 proses informasi kedalam tiga tingkatan teknis yaitu tingkatan teknikal, tingkatan
semantik, dan informasi efektivitas. Model DeLone McLean ini mereflaksikan ketergantungan dari enam
pengukuran kesuksesan sistem informasi, yaitu kualitas sistem, kualitas informasi, kualitas pelayanan, penggunaan, kepuasaan pemakai, dan manfaat-manfaat bersih.
Gambar 2. Model kesuksesan sistem informasi DM yang telah diperbarui Sumber: DeLone McLean 2004
1 Kualitas sistem
Kualitas sistem system quality digunakan untuk mengukur kualitas sistem teknologi informanya sendiri. Beberapa peneliti telah mengembangkan
beberapa pengukuran untuk mempromosikan kualitas sistem. Swanson dalam Jogiyanto 2008 menggunakan pengukuran apresiasi terhadap SIM oleh para
pemakai manajer untuk mengukur kualitas sistem. Sementara Emery dalam Jogiyanto 2008 menggunakan konsep karakteristik sistem untuk mengukur
kualitas sistem in formasi”. Berdasar pengukuran-pengukuran yang dilakukan
oleh beberapa peneliti, DM kemudian membangun sebuah konstruk. Menurut Yi-Shun Wang et al 2005 kualitas sistem tentang e-
learning dapat diukur dengan indokator-indikator sebagai berikut: a E-learning dapat digunakan kapan saja.
b E-learning mudah digunakan. Kualitas sistem
system quality
Kualitas informasi information quality
Kualitas pelayanan Service quality
Penggunaan Use
Kepuasan pemakai User
satisfaction Manfaat-manfaat
bersih Net benefit
commit to user
20 c E-learning mudah di dalam pengoperasiannya.
d E-learning menyediakan fasilitas-fasilitas yang memudahkan pengguna berhubungan dengan bagian penyedia e-learning.
e E-learning menyediakan tampilan informasi yang bisa diatur. f E-learning memiliki fasilitas-fasilitas yang membuat pengguna
tertarik untuk menggunakannya. g E-learning menyediakan akses informasi yang cepat.
2 Kualitas informasi
Kualitas informasi information quality mengukur kualitas keluaran dari sistem informasi. Larcker and Lessig dalam Jogiyanto 2008: 15,
“mengembangkan 6 item pertanyaan untuk mengukur kepentingan persepsi dan kegunaan informasi dari informasi yang disajikan di laporan-laporan yang
mengahasillkan oleh sistem informasi”. Peneliti lain, Ahituv dalam Jogiyanto 2008: 15, “menggunakan lima macam karakteristik informasi untuk
mengukur niali dari informasioi, akurasi, ketepatan waktu, relevan, agregasi dan pemformatan”.
Menurut Yi-Shun Wang et al 2005 kualitas informasi tentang e- learning dapat diukur dengan indokator-indikator sebagai berikut:
a E-learning memberikan informasi yang di perlukan pengguna. b E-learning memberikan informasi tepat waktu.
c E-learning memberikan
informasi yang
sesuai dengan
pekerjaaantugas dan profesi pengguna. d E-learning memberikan informasi yang cukup.
e E-learning memberikan informasi yang mudah dipahami. f E-learning memberikan informasi yang terbaru up-to-date.
3 Kualitas pelayanan
Jasa yang diberikan sistem teknologi informasi berkembang tidak hanya menjadi penyedia informasi saja, tetapi juga penyedia pelayanan.
Untuk mengukur jasa pelayanan ini maka DeLone McLean dalam Jogiyanto
commit to user
21 2008 mengusulkan menambah suatu variabel baru, yaitu variabel kualitas
pelayanan. Pengukuran kualitas pelayanan service quality awalnya digunakan dipenelitian pemasaran marketing. Penelitian-penelitian sistem
informasi yang memasukkan pengukuran kualitas pelayanan service quality kedalam model DM.
Walaupun kualitas pelayanan dapat dimasukkan sebagai komponen baru dalam model DM, tetapi kualitas layanan mempunyai bobot yang
berbeda dengan kualitas informasi dan kualitas sistem, tergantung dati tingkat analisisnya. DeLone McLean dalam Jogiyanto 2008: 98 mengatakan
bahwa “Untuk mengukur kesuksesan suatu system tunggal, kualitas informasi dan kualitas sistem mungkin merupakan komponen kualitas yang paling
penting”. Menurut Yi-Shun Wang et al 2005 kualitas layanan tentang e-
learning dapat diukur dengan indokator-indikator sebagai berikut: a E-learning menyediakan layanan berupa bantuan dan penjelasan
secara on-line. b Bagian IT sekolah berinteraksi baik dengan pengguna selama
pengguna menggunakan e-learning. c Bagian IT sekolah menyediakan waktu untuk konsultasi tentang e-
learning. d Bagian IT sekolah merespon dengan baik setiap saran yang
diberikan pengguna untuk perbaikan e-learning di masa mendatang.
e Bagian IT sekolah memperlengkapi sarana yang mendukung pengguna untuk menggunakan e-learning.
4 Pengguaan informasi
Menurut Jogiyanto 2008: 19, “Penggunaan informasi use adalah
penggunaan keluaran suatu system informasi oleh penerima”. Banyak penelitian yang menggunakan proksi penggunaan laporan dari sistem
informasi dan pengukuran penggunaan sistem sebagai pengukur kesuksesan
commit to user
22 SIM. Konsep penggunaan dari suatu sistem, dapat dipandang dari 3 prespektif
yaitu penggunaan nyata actual use, penggunaan prespektif perceived use penggunaan yang dilaporkan reprted use.
Beberapa penelitian menggunakan penggunaan nyata dengan mengukur banyaknya permintaan informasi dari manajer atau dengan
mencatat jumlah banyaknya waktu koneksi dari pemakai atau jumlah penggunaaan fungsi-fungsi komputer, jumlah catatan klien yang diproses atau
aktual biaya yang dibebankan untukl penggunaan komputer. Disamping penggunaaan yang dilaporkan sendiri juga banyak digunakan untuk
penggunaan persepsi ini dilakuakan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang dijawab oleh manajer pemakai tentang penggunaan sistem informasi
yang dianggap dilakukan olehnya Jogiyanto, 2008: 19. Menurut Yi-Shun Wang et al 2005 penggunaan e-learning dapat
diukur dengan indokator-indikator sebagai berikut: a Frekuensi menggunakan e-learning tinggi.
b Penggunaan e-learning dengan sukarela. c Ketergantungan terhadap e-learning.
5 Kepuasan pemakai
Menurut Jogiyanto 2008: 23, “Kepuasan pemakaian user
satisfaction adalah respon pemakai terhadap pengguanan keluaran sistem informasi”. Beberapa peneliti seperti Hamilton and Cherverany dalam
Jogiyanto 2008 mengusulkan untuk menggunakan kepusaan pemakain sebagai pengukur dari keberhasilan penggunaan sistem informasi. Peneliti ini
mengusulkan penggunaan kepuasaan pemakai digunakan sebagi pengukur keberhasilan system informasi hanya untuk system informasi tertentu saja
yang digunakan oleh pemakai. Lucas dalam Jogiyanto 2008 menggunakan kepuasan
dipenelitian eksperimen
laboratorium tentang
kepuasaan menggunakan sistem informasi yang berhubungan dengan pengambilan
keputusan yang berhubungan dengan pengambilan keputusan permasalahan pemesanaan persediaan.
commit to user
23 Swanson dalam Jogiyanto 2008 menggunakan 16 item pertanyaan
untuk mengukur aprtesiasi terhadap sistem informasi. Beberapa penelitian menemukan bahwa kepuasaan pemakai berhubungan erat dengan sikap
attitude dari pemakai terhadap pemakaian sistem informasi. Olaeh karena itu peneliti menggunakan pengukuran kepuasaan pemakai sebaiknya juga
memasukan sikap pemakai untuk mengontrol pengukuran kepuasan pemakai sebaiknya juga memasukan sikap pemakai untuk mengontrol sikap yang bias
dari pemakai. Menurut Yi-Shun Wang et al 2005 kepuasan pemakai e-learning
dapat diukur dengan indokator-indikator sebagai berikut: a Kebanyakan dari pengguna e-learning menanggapi secara positif
terhadap fungsi e-learning. b E-learning mempunyai banyak manfaat.
c Pengguna puas menggunakan e-learning.
6 Manfaat-manfaat Bersih.
Dampak dari sistem informasi sudah meningkat tidak hanya berdampak pada pemakai individual dan organisasi saja, tetapi dampaknya
sudah ke grup pemakai, ke antar organisasi, bahkan ke Negara. DeLone dan McLean dalam Jogiyanto 2008 mengusulkan untuk menamakan semua
manfaat menjadi satu yaitu manfaat-manfaat bersih net benefit. Ketika e-learning dirasa mampu memberikan manfaat yang besar
terhadap terhadap pengguna maka pengguna akan lebih mudah mendapatkan materi belajar sehingga bisa meningkatkan prestasi belajar, selain itu e-
learning juga akan meningkatkan tingkat kelulusan siswa dan juga meningkatkan daya saing sekolah.
Menurut Yi-Shun Wang et al 2005 manfaat-manfaat bersih e- learning dapat diukur dengan indokator-indikator sebagai berikut:
a E-learning yang disediakan sekolah membantu pengguna dalam mengerjakan pekerjaantugasnya.
commit to user
24 b E-learning yang disediakan sekolah membantu pengguna
memecahkan masalah. c E-learning meningkatkan daya saing sekolah.
d E-learning membantu sekolah untuk merespon lebih cepat terhadap perubahan.
e E-learning membantu sekolah untuk menyediakan pelayanan yang lebih baik kepada pengguna.
f E-learning membantu sekolah untuk menyediakan pelayanan yang baru kepada pengguna.
g E-learning membantu sekolah menghemat biaya. h E-learning mendukung tercapainya tujuan sekolah.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
1. DeLone and McLean 2003 memperbarui model yang mereka kembangkan di tahun 1992 berdasar evaluasi mereka terhadap kontribusi dari penelitian lain
yang menerapkan model DM. Berdasar pengamatan mereka di rahun 2002, sebanyak 285 jurnal mengcu pada model DM selama kurun waktu 1993
hingga pertengahan 2002. Namun beberapa penelitian dirasakan gagal karena kurangnya kehati-hatian, mereka menggunakan model DM untuk
mendukung variabel
kesuksesan yang
mereka pilih
tetapi tidak
menginformasikan pengembangan konstruk yang lebih komprehensif. Peneliti-peneliti tersebut mengabaikan kesimpulan utama dan artikel bahwa
kesuksesan sistem informasi merupakan konstruk yang multidimensional dan interdependen, dengan demikian perlu mempelajari interrelationship diantara
ke enam dimensi tersebut, DeLone dan McLean menyempurnakan model yang mereka kembangkan sebelumnya.
2. Anita Lee- Post dengan judul “E-learning: success model: an information
systems perspectif ”. Dalam penelitiannya, Anita melaporkan hasil pengamatan
yang dilakukan dan pengalaman yang diperoleh dari mengembangkan dan menyampaikan program online metode kuantitatif. Penilaian keberhasilan
ditunjukkan melalui empat siklus penelitian tindakan. Temuan dari studi