perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 8
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIIS
A. LANDASAN TEORI
1. Hakekat Pembelajaran
Kata pembelajaran merupakan pandangan dari kata dalam bahasa inggris instruction,yang berarti proses membuat orang belajar. Tujuannya ialah membantu
orang belajar, atau memanipulasi merekayasa lingkungan sehingga memberi kemudahan bagi orang yang belajar. Gagne dan Briggs 1979 dalam pedoman
khusus Pembelajaran Tuntas Depdiknas 2004:7 mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu rangkaian events kejadian, peristiwa, kondisi yang secara sengaja
dirancang untuk mempengaruhi siswa pembelajar, sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah. Pembelajaran bukan hanya terbatas pada kejadian yang
dilakukan oleh guru saja, melainkan mencakup semua kejadian maupun kegiatan yang mungkin mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar manusia. Belajar
adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti
peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku
seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Pembelajaran kimia pada materi laju
reaksi adalah suatu rangkaian events kejadian, peristiwa, kondisi yang secara sengaja dirancang untuk mempengaruhi siswa, sehingga proses belajarnya dapat
berlangsung dengan mudah, bertujuan meningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 9
kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya piker tentang laju reaksi.
2. Tinjauan Tentang Belajar
a. Teori Belajar Untuk memahami pengertian belajar di sini akan diawali dengan
mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi tentang belajar. Burton dalam Aunurrahman 2009:35 pngertian
belajar adalah perubahan tingkah laku pada individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan. Dalam buku Educational
Psychology, H.C. Witherington, mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang
berupa kecakapan, sikap kebiasaan atau suatu pengertian. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu merupakan
perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga
belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya
merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh
seorang idnividu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan. . Menurut Ratna Wilis 1989:12 istilah pengalaman membatasi macam-
macam perubahan perilaku yang dapat mewakili belajar. Biasanya batasan ini dilakukan dengan memperhatikan penyebab-penyebab perubahan dalam perilaku
yang tidak dapat dianggap sebagai hasil pengalaman. Jadi perubahan perilaku yang disebabkan oleh kelelahan, adaptasi indra, obat-obatan, dan kekuatan mekanik tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 10
dianggap sebagai perubahan yang disebabkan oleh pengalaman, dank arena itu tidak dapat dianggap bahwa belajar telah terjadi. Belajar adalah suatu proses perubahan
di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang
diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak
mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia
mengalami kegagalan di dalam proses belajar. Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal dalah kondisi atau situasi yang ada
dalam diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemapuan dan sebagainya. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya
ruang belajar yang bersih, sarana dan prasaran belajar yang memadai. Dengan demikian belajar adalah suatu proses adaptasi atau panyasuaian
tingkah laku yang berlangsung secara progresif yang menghasilkan perubahan– perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap tingkah laku
yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman secara langsung maupan tidak langsung.
1 Teori Bruner Belajar Penemuandiscovery Bruner 1960 dalam Sagala 2010:35 mengemukakan bahwa proses belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 11
dapat dibedakan pada tiga fase. Ketiga proses itu adalah : memperoleh informasi baru, transformasi informasi, evaluasi dan ketepatan pengetahuan. Bruner menyebut
pandangannya tentang belajar atau pertumbuhan kognitif sebagai konseptualisme instrumental. Pandangan ini berpusat pada dua prinsip, yaitu : pengetahuan orang
tentang alam didasarkan pada model-model mengenai kenyataan yang dibangunnya, dan model-model semacam itu mula-mula diadopsi dari kebudayan seseorang,
kemudian model-model diadaptasikan pada kegunaan bagi orang bersangkutan. Pematangan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang ditunjukkan oleh
bertambahnya ketidaktergantungan respons dari sifat stimulus. Pertumbuhan itu tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasi peristiwa-peristiwa menjadi
suatu ”sistem simpanan” yang sesuai dengan lingkungan. Pertumbuhan itu menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk mengemukakan pada dirinya
sendiri atau pada orang lain tentang apa yang telah atau akan dilakukannya. Salah satu model instruksional kognitif yang berpengaruh ialah model dari Jerome Bruner
1966 dalam Ratna Wilis 1989:103 yang dikenal belajar penemuan discovery. Bruner menganggap , bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan
secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengtahuan yang
menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Belajar yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama, dan mempunyai efek transfer
yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas dan melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan
memecahkan masalah. Dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode ekperimen diharapkan siswa belajar menemukan sendiri pengetahuannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 12
tentang laju reaksi, sehingga pengetahuan yang didapatkannya benar-benar bermakna.
2 Teori Ausuble Belajar Bermakna Ausubel adalah seorang ahli psikologi kognitif. Menurut Ausubel dalam
Ratna Wilis 1989:110 belajar dapat terdiri dalam dua dimensi yaitu : a Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau pembelajaran disajikan pada siswa
melalui penerimaan atau penemuan, b Dimensi kedua menyangkut bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Inti dari
teori ausubel tentang belajar ialah belajar bermakna. Bagi Ausubel belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan
yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Dalam mengaitkan konsep-konsep ini Ausubel mengemukakan dua prinsip, yaitu prinsip diferensiasi progresif dan
prinsip rekonsiliasi integratif. Kedua prinsip ini memperlihatkan bagaimana struktur kognitif siswa dipengaruhi secara optimal melalui mengajar, apapun bidang studinya.
Menurut Ausubel ,dalam satu seri pelajaran hendaknya siswa diperkenalkan terlebih dahulu pada konsep-konsep yang paling umum atau paling inklusif. Sesudah itu
materi pelajaran disusun secara berangsur-angsur menjadi konse-konsep yang lebih khusus. Dengan perkataan lain, model belajar Ausubel pada umumnya berlangsung
dari umum ke khusus. Dengan menggunakan strategi ini, guru mengajarkan konsep- konsep yang paling inklusif dahulu, kemudian konsep-konsep yang kurang inklusif,
dan setelah itu baru mengajarkan hal-hal yang khusus. Proses penyusunan konsep semacam ini disebut diferensiasi progresif. Prinsip kedua yang dikemukakan
Ausubel ialah prinsip rekonsiliasi integratif atau penyesuaian integratif, menurut prinsip ini dalam mengajar, konsep-konsep atau gagasan-gagasan perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 13
diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Dengan kata lain guru hendaknya menunjukkan pada siswa bagaimana
konsep-konsep dan prinsip-prinsip itu saling berkaitan. Menurut Ratna Wilis 1989:121 Untuk mencapai rekonsiliasi integratif materi pelajaran hendaknya
disusun sedemikian rupa, sehingga kita bergerak ke atas dan ke bawah hirarki- hirarki konseptual waktu disajikan informasi baru.
3 Teori Gagne Perubahan Tingkah Laku
Belajar adalah suatu proses yang kompleks, sejalan dengan itu menurut R.M. Gagne 1970 dalam Sagala 2010:10 belajar merupakan kegiatan yang kompleks,
dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan stimulasi yamg berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar.
Setelah belajar orang memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Dengan demikian dapat ditegaskan, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang
mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, dan menjadi kapabilitas baru. Belajar terjadi bila ada hasilnya yang dapat diperlihatkan, anak-
anak demikian juga orang dewasa dapat mengingat kembali kata-kata yang pernah didengar atau dipelajarinya. Seorang dapat mengingat gambar yang telah dilihat,
mengingat kata-kata yang baru dipelajarinya, atau mengingat bagaimana cara memecahkan hitungan. Menyatakan kembali apa yang dipelajari lebih sukar daripada
sekedar mengenal sesuatu kembali. Karena pengamatan dan evaluasi pada perubahan
perilaku yang ada, teori belajar Gagne terkenal dengan teori perubahan tingkah laku. Gagne 1984 dalam Ratna Wilis 1989:11 mengamukakan bahwa belajar
dapat didefinisikan sebagai proses di mana suatu orgasisasi berubah perilakunya akibat pengalaman. Dari uraian teori Gagne diatas, dengan melakukan eksperimen,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 14
guru dapat memberikan informasi dan konsep baru baik dalam aspek afektif, kognitif maupun psikomotorik sehingga ada perubahan tingkah laku pada diri siswa.
4 Teori Piaget Perkembangan Intelektual Menurut Piaget dalam Paul Suparno 2000:24, setiap individu mengalami
tingkat-tingkat perkembangan intelektual sebagai berikut : 1 Tahap Sensori-motor 0 – 2 tahun. Tahap sensorimotor lebih ditandai dengan pemikiran anak berdasarkan
tindakan inderawinya. 2 Tahap Pra-operasional 2 – 7 tahun. Periode ini disebut pra-operasional, karena pada umur ini anak belum mampu melaksanakan operasi-
operasi mental, seperti menambah, mengurangi, dan lain-lain. Tingkat pra- operasional terdiri atas dua sub-tingkat. Sub-tingkat pertama antara 2 – 4 tahun yang
disebut sub-tingkat kedua antara 4 hingga 7 tahun yang disebut tingkat berpikir intuitif. Menurut Piaget anak pra-operasional diwarnai dengan mulai digunakan nya
simbul-simbul untuk menghadirkan suatu benda atau pemikirab khususnya penggunaan bahasa, 3 Tahap Operasional Konkret 7– 11 tahun. Tahap operasional
konkret ditandai dengan penggunaan aturan logis dan jelas, 4 Tahap Operasional formal 11 – dewasa. Pada tahap ini dicirikan dengan berpikir abstrak, hipotesis,
deduhtif, serta induktif.
b. Belajar menurut Teori Kognitif
Teori perkembangan kognitif Piaget banyak mempangaruhi pendidikan sains, termasuk pendidikan kimia. Secara umum Piaget dalam Paul Suparna 2007:33
membedakan 4 empat tahap dalam perkembangan kognitif seseorang, yaitu tahap Sensori-motor 0 – 2 tahun; tahap Pra-operasional 2 – 7 tahun; tahap Operasional
Konkret 7– 11 tahun; Operasional formal 11 – dewasa. Dalam perkembangan itu pemikiran anak berkembang pelan-pelan mulai dari sensor motorik lalu ke pemikiran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 15
konkrit dan baru ke pemikiran abstrak. Maka dalam pembelajaran kimia perlu dimulai dari hal-hal atau peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang konkrit dan
kemudian baru pada tingkat lebih atas mulai dengan yang abstrak. Itulah salah sebab pembelajaran kimia perlu banyak melakukan kegiatan praktikum atau eksperimen.
c. Belajar menurut Teori Kontruktivisme
Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan ada yang dikelompokan dalam teori pembelajaran konstruktivis constructivist theories of learning. Teori
konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-
aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus
bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip
yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri
pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide
mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar siswa menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.
Menurut Brooks 1990, Leinhardt 1992, Brown et al 1989 dalam Mohamad Nur 1998:2 bahwa siswa harus secara individu menemukan dan
mentransfer informasi-informasi kompleks apabila mereka harus menjadikan informasi itu miliknya sendiri. Teori Vygotsky Karpov dan Bransford, 1995 yang
telah digunakan untuk menunjang metode pengajaran yang menekankan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 16
pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek, dan penemuan. Salah satu prinsip paling penting dari psikologi pendidikan adalah guru tidak
dapat hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan di dalam benak siswa. Guru dapat membantu proses ini
dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi bermakna dan sangat relevan bagi siswa dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
atau menerapkan sendiri ide-ide dan secara sadar menggunakan strstegi-strategi mereka sendiri untuk belajar.
3. Pembelajaran Inquiri
Kata inkuiri berasal dari bahasa inggris “ inquiry”, dan menurut kamus berarti “pertanyaan” atau “penyelidikan”. Pendapat beberapa orang ahli yang mencoba
menerangkan apakah yang dimaksud dengan pendekatan inkuiri. Piaget dalam Ratna Wilis 1986:82 memberikan definisi fungsional untuk
pendekatan inkuiri sebagai berikut : Pendidikan yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan
eksperimen sendiri , dalam arti luas ingin melihat apakah yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol-simbol, mengajukan
pertanyaan-pertanyan,
mencari jawaban
atas pertanyaan
sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain,
membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan anak-anak yang lain.
Kuslan dan Stone memberi definisi : Pengajaran inkuiri merupakan pengajaran dimana guru dan anak-anak
mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan jiwa para ilmuwan.
Kuslan dan Stone dalam Ratna Wilis Dahar 1986:82 juga memberikan
definisi operasional untuk pendekatan inkuiri. Menurut mereka proses belajar mengajar dengan pendekatan inkuiri ditandai oleh cirri-ciri berikut :
1 Menggunakan ketrampilan-ketrampilan proses IPA. 2 Waktu tidak menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 17
masalah, tidak keharusan untuk menyelesaikan unit tertentu dalam waktu tertentu. 3 Jawaban-jawaban yang dicari tidak diketahui lebih dahulu. Jawaban-jawaban ini
tidak ditemukan dalam buku pelajaran, sebab buku-buku pelajaran dan saran-saran untuk menentukan jawaban, bukan memberi jawaban. 4 Anak-anak berhasrat sekali
untuk menentukan menemukan pemecahan masalah. 5 Proses belajar mengajar berpusat pada pertanyaan ”mengapa”. Pertanyaan “bagaimana kita mengetahui” dan
“ betulkah kesimpulan kita ini” sering pula dikemukakan. Suatu masalah ditemukan, lalu 6 dipersempit, hingga terlihat ada kemungkinan masalah inidapat dipecahkan
oleh siswa. 7 Hipotesa dirumuskan oleh siswa-siswa untuk membimbing penyelidikan. 8 Para siswa mengusulkan cara-cara pengumpulan data, dengan
melakukan eksperimen, mengadakan pengamatan, membaca dan menggunakan sumber-sumber lain. 9 Semua usul ini dinilai bersama-sama. Bila mungkin
ditentukan pula asumsi-asumsi, keterbatasan-keterbatasan dan kesukaran-kesukaran. 10 Para siswa melakukan penelitian, secara individu atau kelompok, untuk
mengumpulkan data yang diperlukan untuk menguji hipotesa. 11 Para siswa mengolah data dan mereka sampai pada kesimpulan sementara. Juga diusahakan
untuk memberikan penjelasan-penjelasan secara ilmiah. Pendekatan inkuiri dapat dilaksanakan dengan berbagai macam cara. Setiap
cara atau bentuk inkuiri itu meliputi lima hal yaitu : i situasi yang menyadiakan stimulus untuk inkuiri. ii masalah yang akan dicari pemecahannya. iii kesimpulan
yang diperoleh sebagai hasil penyelidikan. iv perumusan masalah v pencarian pemecahan masalah.
4. Metode Eksperimen Menurut Syiful Sagala 2010:220 kadang-kadang orang mengaburkan