Tata Letak Sistem Ventilasi Suhu Ruangan

Erna Wati : Persepsi Siswa Tentang Keberadaan Perpustakaan Smp Negeri 1 Tanjung Morawa, 2009. USU Repository © 2009 4. Pewarnaan 5. Akustik. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Perpustakaan Sekolah merupakan salah satu subsistem dari suatu sistem yang ada di lembaga induknya dimana perpustakaan itu berada. Dalam hal ini faktor lingkungan serta fisik tata ruang perpustakaan meliputi tata letak, ventilasi suhu ruangan, penerangan, pewarnaan, dan akustikharus dipertimbangkan sehingga mendapatkan hasil yang terbaik.

2.3.4.1 Tata Letak

Selain kondisi tata ruang yang cukup menentukan keberhasilan pengelolaan perpustakaan, masalah tata letak perabot dan perlengkapan perpustakaan pun cukup penting kedudukannya. Dengan pengaturan yang bagus, dapat menambah kesenangan dan kebetahan pengunjung perpustakaan untuk duduk berlama-lama di perpustakaan. Untuk itu perlu diadakan Penataan dan Pangaturan Perabot dan Perlengkapan Perpustakaan sedemikian rupa, agar: 1. Tidak terjadi hambatan lalu lintas pemakai pelaksanaan kerja di setiap ruangan dan antarruang. 2. Terlihat suatu gambaran yang wajar dan menarik. 3. Terdapat keleluasaan bergerak yang wajar dari pemakai perpustakaan maupun pelaksanaan kerja. 4. Adanya efisiensi pemakaian ruangan. Perpustakaan Nasional RI, 1992: 175. Berdasarkan uraian di atas maka disimpulkan bahwa dalam menentukan keberhasilan pengelolaan perpustakaan sekolah, tata letak haruslah di kelola sebaik-baiknya, supaya dapat menumbukan rasa nyaman dan menyenangkan bagi pengunjungnya.

2.3.4.2 Sistem Ventilasi Suhu Ruangan

Setiap bangunan perpustakaan mempunyai sistem ventilasi yang berbeda- beda, karena ventilasi merupakan salah satu komponen yang terdapat pada lingkungan dan kondisi fisik dari tata ruang perpustakaan. Dengan adanya Erna Wati : Persepsi Siswa Tentang Keberadaan Perpustakaan Smp Negeri 1 Tanjung Morawa, 2009. USU Repository © 2009 ventilasi yang cukup, dapat memberikan kenyamanan dan kesegaran udara bagi para petugaspegawai yang bekerja di perpustakaan maupun penggunanya. Menurut Sulistyo-Basuki 1993: 130 menyatakan bahwa, “Perpustakaan yang terang dan sejuk berkat ventilasi yang baik dan lebih besar peluangnya untuk menarik perhatian pengunjung serta menyenangkan staf perpustakaan untuk itu perlu diperhatikan, karena selain untuk petugaspegawai dan penggunanya, ventilasi juga diperlukan untuk bahan pustaka.” Purwati 2007: 9 menyatakan bahwa terdapat 2 macam Sistem Ventilasi yang digunakan perpustakaan, yakni: 1. Ventilasi aktif adalah ventilasi yang menggunakan sistem penghawaan buatan yaitu menggunakan AC air Conditioning. Karena temperatur dan kelembaban ruang perpustakaan yang stabil maka dapat menjaga keawetan koleksi dan peralatan tertentu seperti koleksi langka, pandang dengar dan komputer. 2. Ventilasi pasif adalah ventilasi yang didapat dari alam caranya membuat lubang angin atau jendela pada sisi dinding yang berhadapan serta sejajar dengan arah angin lokal. Luas lubang angin atau jendela diusahakan sebanding persyaratan dan fasilitas ruang 10 dari ruang bersangkutan. Bila menggunakan ventilasi pasif seperti ini sebaiknya rak tidak ditempatkan dekat jendela demi keamanan koleksi dan terhindar dari matahari langsung. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam ventilasi perpustakaan terdapat dua sistem penghawaan yaitu ventilasi aktif dan ventilasi pasif. Adapun mengenai ventilasi udara, yang penting diusahakan agar ruangan tidak pengap. Lubang-lubang angin perlu dibuat dengan jumlah yang cukup sehingga udara bisa masuk secara leluasa. Melalui lubang angin ini juga perputaran oksigen di dalam ruangan perpustakaan dengan di luar bisa lebih lancar.

2.3.4.3 Sistem Penerangan