Pengertian Kesulitan Belajar Kesulitan Belajar

2. Kesulitan Belajar

2.1. Pengertian Kesulitan Belajar

Kita mengetahui bahwa manusia bukan hanya makhluk biologis, namun juga makhluk spiritual yang memerlukan kebutuhan pemuas, kebutuhan rohani untuk berkembang dengan baik. Manusia perlu belajar dan diajar. Belajar merupakan aktivitas belajar bagi setiap individu, dan tidak selamanya dapat berjalan dengan lancar. Begitu juga dalam semangat belajar anak, terkadang menurun dan terasa sulit untuk berkonsentrasi dalam belajar. Kenyataan diatas menimbulkan pertanyaan dalam masalah belajar apakah yang dimasud dengan kesulitan belajar ? untuk menjawab hal tersebut perlu diketahui terlebih dahulu mengenai arti kesulitan dan arti belajar. “Dalam kamus bahasa Indonesia kesulitan adalah sulit atau suatu yang sulit”. 6 “Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia belajar adalah berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”. 7 Setelah mengetahui pengertian kedua istilah tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, jadi kondisi dimana siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan belajar tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi, akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non-intelegensi, dengan demikian IQ yang tinggi belum tentu terjamin keberhasilan belajar yang sesuai dengan yang diharapkan. Kesulitan-kesulitan belajar yang dialami siswa dalam proses belajarnya tidak dapat dibiarkan begitu saja, melainkan harus segera ditangani dan dipecahkan. Hal demikian merupakan tugas para guru, orang tua dan pembimbing sehingga dengan adanya suatu penanganan yang diberikan sehingga tujuan pembelajaran dapat tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan memuaskan. 6 Tim Penyusun Kamus Besar Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka, 1988.Cet.I, h. 866. 7 Tim Penyusun Kamus Besar Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia …., h. 13. Untuk mendapatkan pengertian yang jelas mengenai kesulitan belajar, akan “dikemukakan oleh Alisuf Sabri, menurutnya kesulitan belajar yang dialami siswa adalah kesukaran siswa dalam menerima dan menyerap pelajaran di sekolah”. 8 Kesulitan belajar yang dirasakan oleh anak didik bermacam-macam, sehingga dapat dikelompokkan menjadi empat macam: 1 Dilihat dari jenis kesulitan belajar a. ada yang berat b. ada yang sedang 2 Dilihat dari bidang studi yang dipelajari a. ada yang sebagian bidang studi b. ada yang keseluruhan bidang studi 3 Dilihat dari sifat kesulitannya a. ada yang sifatnya permanen atau menetap b. ada yang sifatnya hanya sementara 4 Dilihat dari segi faktor penyebabnya a. ada yang faktor intelegensi b. ada yang faktor non intelegensi” 9 Dalam proses belajar mengajar guru atau pendidik sering menghadapi masalah adanya peserta didik yang tidak dapat mengikuti pelajaran dengan siswa yang memperoleh prestasi belajar meskipun telah diusahakan untuk belajar dengan sebaik-baiknya. Dengan kata lain guru atau pendidik sering menghadapi dan menemukan peserta didiknya atau siswanya mengalami kesulitan belajar. Sebagai implementasinya siswa jadi terkesan lambat melakukan tugas yang berhubungan dengan kegiatan belajar. Mereka tampak pemalas dan mudah putus asa, terkadang disertai sikap menentang orang tua, guru, atau siapa saja yang mengarahkan mereka pada kegiatan belajar. Mereka tersinggung. Senada dengan itu “menurut Surya dalam Hallen, ada beberapa ciri tingkah laku yang merupakan manifestasi dari gejala kesulitan belajar, antara lain: a. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok kelas. b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Mungkin murid yang selalu berusaha dengan giat tapi nilai yang dicapai selalu rendah. 8 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan ...., h. 88 9 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, Cet. V, h.230 c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar, ia selalu tertinggal dari kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang tersedia. d. Menujukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dan dusta. e. Menujukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam dan di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, mengasingkan diri, tersisih, dan tidak mau bekerja sama. f. Menujukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu, misalnya dalam menghadapi nilai rendah tidak menunjukkan sedih atau menyesal”. 10 Selain gejala-gejala seperti yang disebutkan diatas, Burton dalam Makmun mengidentifikasi kasus seorang siswa dapat diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan mengalami kegagalan tertentu dalam mencapai tujuan tujuan-tujuan belajarnya. “Kegagalan belajar diidentifikasi oleh Burton sebagai berikut: a Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan level of mastery minimal dalam pelajaran tertentu, seperti yang telah ditetapkan oleh orang dewasa atau guru criterion referenced. b Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya berdasarkan ukuran tingkat kemampuannya: intelegensi dan bakat. c Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasuk penyesuaian sosial sesuai dengan pola organismiknya his organismic pattern pada fase perkembangan tertentu, seperti yang berlaku bagi kelompok sosial dan usia yang bersangkutan norm-referenced. d Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan level of mastery yang diperlukan sebagai prasyarat prerequisite bagi kelanjutan continuity pada tingkat pelajaran berikutnya”. 11 Bagi kesulitan yang ditingkatnya ringan, masalah tidak rumit dan pemecahannya pun sederhana. Begitu pula yang tingkatannya sedang, tetapi bagi kesulitan belajar yang berat, pemecahannya pun lebih berat, bahkan tidak jarang 10 Hallen, Bimbingan Konseling, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, Cet.I, h.129 11 Abin Syamsuddin Makmum, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran ModulI, Bnadung: Remaja Rosdakarya, 2005,Cet. VIII, h. 308 terjadi bahwa perbaikan yang diusahakan mengalami kegagalan. Oleh karena itu kesulitan-kesulitan belajar yang dialami siswa dalam proses belajarnya tidak dapat dibiarkan begitu saja, melainkan harus segera ditangani dan dipecahkan. Pemahaman dari guru dan para orang tua tentang kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didiknya atau siswanya merupakan dasar dalam usaha memberikan bantuan yang tepat sehingga dengan adanya suatu penanganan yang diberikan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan memuaskan.

2.2. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar