Asas Good Corporate Governance

2. Asas

Good Corporate Governance Dalam pedoman umum Good Corporate Governance Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance KNKG, 2006, ada 5 asas yang harus diterapkan pada setiap aspek bisnis dan disemua jajaran perusahaan, yaitu: 1 Transparansi Transparency Informasi keuangan harus disajikan secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan haknya . Untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditor dan pemangku kepentingan lainnya. 2 Akuntabilitas Accountability Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu suatu entitas harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. 3 Responsibilitas Responsibility Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. 4 Independensi Independency Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. 5 Kesteraraan dan Kewajaran Fairness Menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham, termasuk hak- hak pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing, serta menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor. Menurut Amin Wijaya Tunggal 2003, pada dasarnya GCG tidak dapat berdiri begitu saja tanpa ada pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Adapun pihak- pihak yang terlibat dalam penerapan GCG yaitu: 1 Pemegang Saham Pemegang Saham adalah orang atau individu-individu atau suatu institusi yang mempunyai hak dan kewajiban akan suatu perusahaan sesuai dengan saham yang disetornya. 2 Dewan Komisaris Dewan Komisaris adalah suatu mekanisme mengawasi dan mekanisme untuk memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan. Oleh karena itu maka peran Dewan Komisaris adalah menilai sistem penetapan penggajian pejabat pada posisi kunci, memonitor dan mengatasi masalah benturan kepentingan pada tingkat manajemen, anggota dewan komisaris dan direksi, memonitor pelaksanaan governance, dan mengadakan perubahan jika perlu, dan memantau proses keterbukaan dan efektifitas komunikasi perusahaan. 3 Direksi Direksi bertugas untuk mengelola perseroan agar dapat mencapai tujuan perusahaan, dan direksi wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada pemegang saham melalui RUPS. 4 Komite Audit Komite Audit bertugas untuk memberikan pendapat profesional yang independen kepada Dewan Komisaris serta mengidentifikasikan hal-hal yang memerlukan perhatian Dewan Komisaris mengenai pelaksanaan audit internal di perseroan. 5 Sekretaris Perusahaan Fungsi sekretaris perusahaan harus dilaksanakan oleh salah seorang direktur perusahaan tercatatat atau pejabat perusahaan tercatat yang khusus ditunjuk untuk menjalankan fungsi tersebut. Sekretaris perusahaan harus memiliki akses terhadap informasi material dan relevan berkaitan dengan perusahaan tersebut dan menguasai peraturan perundang-undangan pasar modal khususnya yang berkaitan dengan masalah keterbukaan. 6 Manajer dan Karyawan Manajer menempati posisi yang strategik karena pengetahuan mereka dan pengambilan keputusan dari hari ke hari. Manajer profesional biasanya mengambil peran penting dalam organisasi besar, sumber kekuasaan manajer dari kombinasi manajerial dan tanggung jawab organisasional yang diberikan untuk melaksanakan pekerjaan yang diperlukan. Karyawan khususnya yang diwakili serikat pekerja atau mereka memiliki saham dalam perusahaan dapat mempengaruhi kebijakan tata kelola perusahaan tertentu. 7 Auditor Internal Auditor Internal bertanggung jawab kepada direktur utama dan memiliki akses langsung ke Komite Audit. Hal ini memberikan ruang gerak yang lebih fleksibel kepada auditor internal dalam melaksanakan tugasnya. Auditor internal membantu manajemen senior dalam menilai risiko- risiko utama yang dihadapi perusahaan dan mengevaluasi struktur pengendalian. 8 Auditor Eksternal Auditor Eksternal bertanggung jawab memberikan opini atau pendapat terhadap laporan keuangan perusahaan. Laporan auditor independen adalah ekspresi dari opini profesional mereka mengenai laporan keuangan. Meskipun laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen, auditor eksternal bertanggung jawab untuk menilai kewajaran pernyataan manajemen dalam laporan keuangan perusahaan. 9 Stakeholders lainnya Pemerintah terlibat dalam corporate governance melalui hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku terutama mengenai kewajiban perusahaan dalam hal perpajakan. Kreditor yang memberikan pinjaman memungkinkan juga mempengaruhi kebijakan perusahaan.

D. Peran Komite Audit dalam Mewujudkan Good Corporate Governance

Dokumen yang terkait

Persepsi akuntan publik, akuntan pendidik, mahasiswa akuntansi dan karyawan bagian akuntansi terhadap etika profesi akuntan

0 15 123

ANALISIS PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI

1 25 193

Persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap Independensi penampilan akuntan publik

0 6 127

PERSEPSI ETIKA MAHASISWA AKUNTANSI, AUDITOR DAN AKUNTAN PENDIDIK DALAM SITUASI DILEMA ETIS AKUNTANSI

0 2 91

Persepsi Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi terhadap Etika Bisnis dan Etika Profesi Akuntan.

0 0 10

PERSEPSI AKUNTAN PENDIDIK, AKUNTAN PUBLIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP KODE ETIK IKATAN PERSEPSI AKUNTAN PENDIDIK, AKUNTAN PUBLIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA (SURVEI DI SURAKARTA).

0 1 13

PERSEPSI PEMAKAI LAPORAN KEUANGAN, AKUNTAN PENDIDIK DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP PERSEPSI PEMAKAI LAPORAN KEUANGAN, AKUNTAN PENDIDIK DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP EXPECTATION GAP DALAM ISU PERAN AUDITOR DAN ATURAN SERTA LARANGAN PADA KANTOR AKUNTAN

0 1 15

PERSEPSI AKUNTAN PENDIDIK DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA PERSEPSI AKUNTAN PENDIDIK DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA (Survey PTS di Kota Surakarta).

0 0 12

PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK Persepsi Akuntan Publik, Akuntan Pendidik Dan Mahasiswa Akuntansi (Ums) Terhadap Etika Bisnis Dan Etika Profesi Akuntan.

0 0 14

. PERSEPSI AKUNTAN PENDIDIK, AKUNTAN PUBLIK, DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA

0 0 1