Dasar Hukum Sedekah Perbedaan Sedekah dengan Zakat

jamaah dikaitkan dengan ijma’ sebagai sumber hukum yang merupakan hasil ulama dalam suatu masalah yang didalamnya terjadi sidang pendapat. Ketiga, istilah jamaah dikaitkan dengan iman atau pemimpin, yang berarti komunitas kaum muslimin yang dipimpin seorang imam. Istilah jamaah juga diakaitkan dengan shalat, terutam dalam pelaksanaan shalat Jumat harus mencukupi jumlah 40 orang. Sehingga jika jumlah ini tidak terpenuhi, maka shalatnya tidak sah. Mazhab-mazhab lain berpendapat bahwa jika pengertian jamaah telah terpenuhi ditinjau dari segi jumlahnya, tiga orang atau lebih, termasuk imam maka shalatnya sah. Hal ini disebabkan arti dari istilah jamaah itu sendiri, yaitu jamak, banyak atau lebih dari tiga orang. 36 Jamaah ada yang bersifat tetap dan ada pula yang bersifat sewaktu- waktu tidak tetap. Jamaah yang bersifat tetap biasanya jamaah yang mengikuti pengajian yang dilangsungkan di majelis taklik seperti pengajian, pengajian malam Jumat, dan lain sebagainya. Sedangkan jamaah yang tidak tetap adalah jamaah yang hanya mendatangi kegiatan tahunan seperti Maulid Nabi Muhammad SAW. Adapun yang dimaksud dengan jamaah dalam penelitian ini adalah jamaah yang mengikuti kegiatan pengajian. Mereka adalah jamaah yang rutin mengikuti pengajian yang dilangsungkan di majelis taklim Baiturrahaman Bukit Cinere. 36 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Jamaah Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997, jilid ke 2. hal. 310-311 33

BAB III GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Berdirinya Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere

Di daerah Gandul, Cinere, pada tahun 1985 sudah terbentuk “Majelis Taklim Bukit Cinere”, sebagai wadah untuk menyalurkan kegiatan sosial dan keagamaan atas inisiatif ibi-ibu warga pendatang yang bermukim di daerah ini. Di samping Majelis Taklim itu sudah pula terbentuk Paguyuban Jalan Bukit Cinere dan sekitarnya, sebagai wadah antar warga yang teridiri dari berbagai golongan dan Agama. Kegiatan keagamaan yang dilakaukan Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere waktu itu antara lain adalah: pengajian, shalat tarawih berjamaah, shalat Idul Fitri dan Idul Adha, disamping itu juga penerimaan dan penyaluran zakat dan qurban pada fakir miskin, yatiu-piatu dan mengelola anak asuh. Namun cita-cita yang lebih besar dari Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere ini adalah mendirikan sebuah Masjid yang dapat menampung kegiatan beragama yang cukup banyak itu. Untuk mendapatkan legalisasi penggunaan tanah ex Pertamina, panitia pembangunan Masjid Bukit Cinere telah menghubungi Kepala Desa Gandul agar mengizinkan tanah yang berlokasi pada kavling No 150 C itu dapat dimanfaatkan untuk pembangunan Masjid guna menampung kegiatan Majelis Taklim yang saat itu semakin meningkat. Usaha yang telah dirintis panitia pembangunan Masjid Bukit Cinere tidak sia- sia dan akhirnya penguasa tanah itu dapat izin dari, H. Saimin Lurah Gandul pada waktu itu. Dengan suratnya No. 148101X11996, tanggal 18 November 1996.