30 dan diukur pada panjang gelombang 766,5 nm dengan nyala udara-asetilen. Hingga
diperoleh hasil dalam bentuk grafik absorbansi terhadap konsentrasi dan ditentukan persamaan garis regresinya.
3.5.3.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Magnesium
Dipipet sebanyak 5 ml l arutan baku magnesium 1000 μgml, dimasukkan ke
dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akua demineralisata konsentrasi 100
μgml. Kemudian dipipet sebanyak 0,5 ml larutan
baku magnesium 100 μgml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akua demineralisata
konsentrasi 1 μgml.
Larutan untuk kurva kalibrasi magnesium dibuat dengan memipet sebanyak
1,25 ml; 2,5 ml; 5 ml; 7,5 ml; dan 10 ml larutan baku 1
μgml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan
akua demineralisata larutan ini mengandung 0,05 μgml; 0,1 μgml; 0,2 μgml; 0,3
μgml; dan 0,4 μgml dan diukur pada panjang gelombang 285,2 nm dengan nyala udara-asetilen. Hingga diperoleh hasil dalam bentuk grafik absorbansi terhadap
konsentrasi dan ditentukan persamaan garis regresinya.
3.5.3.4 Penetapan Kadar Kalsium, Magnesium, dan Kalium dalam Sampel 3.5.3.4.1 Penetapan Kadar Kalsium
Sebanyak 100 ml larutan dari hasil penyiapan sampel air sumur bor, air sumur gali dengan timba, dan air sumur gali dengan mesin pompa dipipet masing-
masing 2,5 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan di cukupkan hingga garis tanda dengan akua demineralisata faktor pengenceran 10 kali diukur
absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 422,7 nm. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang
31 kurva kalibrasi larutan baku kalsium. Konsentrasi kalsium dalam sampel ditentukan
berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi. Kadar kalsium, magnesium, dan kalium dalam sampel dapat dihitung dengan
persamaan regresi Y= aX+ b dengan rumus sebagai berikut:
Vs FP
x V
x X
gml Kadar
=
µ
Persamaan 3.5.3.4.1
Keterangan : X = konsentrasi analit dalam larutan sampel
gml
µ V = volume total larutan sampel yang diperiksa ml
FP = faktor pengenceran dari larutan sampel Vs = volume sampel yang diambil dari larutan sampel ml
3.5.3.4.2 Penetapan Kadar Kalium
Sebanyak 100 ml larutan dari hasil penyiapan sampel air sumur bor, air sumur gali dengan timba, dan air sumur gali dengan mesin pompa dipipet masing-
masing 2,5 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan di cukupkan hingga garis tanda dengan akua demineralisata faktor pengenceran 10 kali diukur
absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 766,5 nm. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang
kurva kalibrasi larutan baku kalium. Konsentrasi kalium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.
Kadar kalsium, magnesium, dan kalium dalam sampel dapat dihitung pada
persamaan 3.5.3.4.1 3.5.3.4.3
Penetapan Kadar Magnesium
Sebanyak 100 ml larutan dari hasil penyiapan sampel air sumur bor, air sumur gali dengan timba, dan air sumur gali dengan mesin pompa dipipet masing-
masing 2,5 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan di cukupkan hingga garis tanda dengan akua demineralisata faktor pengenceran 10 kali diukur