BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks, yang berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula
pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri tapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah
atau kesehatan tersebut. Status kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagaimana yang dikemukakan oleh Blum 1974 yaitu faktor keturunan, faktor
pelayanan kesehatan, faktor perilaku dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap status kesehatan
Notoatmodjo, 2003. Manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, melakukan aktivitas
memproduksi makanan minuman dan barang lain. Selain menghasilkan barang- barang yang akan dikonsumsi, setiap aktivitas yang dilakukan selalu menghasilkan
bahan buangan yang tidak digunakan lagi yang disebut dengan sampah Sarudji dan Keman, 2010.
Sampah menurut WHO adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi
dengan sendirinya. Salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah sampah adalah jumlah penduduk dan kepadatan penduduk. Semakin padat penduduk, sampah
Universitas Sumatera Utara
semakin menumpuk karena tempat untuk menampung sampah kurang dan semakin meningkat aktivitas penduduk, sampah yang dihasilkan semakin banyak Chandra,
2007.
Sampah apabila tidak dilelola dengan baik, maka akan memberikan pengaruh yang besar terhadap kesehatan. Pengaruh tersebut bisa secara langsung maupun tidak
langsung. Pengaruh langsung disebabkan karena adanya kontak langsung antara manusia dengan sampah tersebut. Sedangkan pengaruh tidak langsung umumnya disebabkan oleh
adanya vektor yang membawa kuman penyakit yang berkembang biak di dalam sampah dan menularkannya kepada manusia Adnani, 2011.
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk lebih dari 200 jiwa, masalah kesehatan lingkungan menjadi sangat kompleks terutama
di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, Yogyakarta dan Semarang. Salah satu masalah kesehatan tersebut berkaitan dengan sampah. Sampah
diidentifikasi sebagai salah satu faktor penyebab timbulnya eksternalitas negatif terhadap kegiatan perkotaan. Hampir setiap tempat di Indonesia, sistem pembuangan
sampah dilakukan secara open dumping yaitu sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di lapangan atau jurang tanpa ada pengolahan lebih lanjut. Sistem pembuangan
seperti itu menyebabkan pencemaran pada udara, tanah, dan air selain lahannya juga dapat menjadi tempat perkembangbiakan agent penyakit menular Sudradjat, 2006.
Penyakit bawaan sampah sangat luas dan dapat berupa penyakit menular dan tidak menular. Penyakit tersebut berupa gangguan pernafasan karena adanya
pembusukan sampah oleh mikroorganisme yang menghasilkan gas hidrogen sulfida
Universitas Sumatera Utara
H
2
S dan gas metan CH
4
yang bersifat racun bagi tubuh, gangguan pada pencernaan seperti diare yang disebabkan oleh adanya vektor yang membawa kuman
penyakit dan penyakit kulit yang disebabkan beberapa jenis jamur mikroorganisme patogen yang hidup dan berkembang biak di dalam sampah Soemirat, 2009.
Keluhan utama yang muncul pada gangguan sistem pernafasan adalah batuk, sesak nafas dan nyeri dada. Batuk merupakan gejala utama pada penyakit sistem
pernafasan. Sesak nafas dispnea merupakan suatu persepsi terhadap kesulitan untuk bernafas atau nafas pendek. Nyeri dada adalah salah satu keluhan rasa tidak nyaman
yang merupakan gejala suatu penyakit yang berhubungan dengan jantung dan paru- paru Somantri, 2009.
Penyakit dan gangguan sistem pencernaan bervariasi, namun biasanya memiliki gejala yang sama kemudian mengarah ke salah satu jenis penyakit. Salah
satu gangguan sistem pencernaan adalah diare. Diare adalah buang air besar lebih dari tiga kali sehari dengan tinja berbentuk cair. Diare perlu diwaspadai karena diare dapat
merupakan salah satu gejala penyakit yang serius seperti kanker usus dan usus buntu appendicitis Aesculapius, 2002.
Penyakit kulit merupakan penyakit pada bagian tubuh paling luar dengan gejala berupa gatal-gatal dan kemerahan yang disebabkan oleh berbagai macam
penyebab misalnya bahan kimia, sinar matahari, virus, imun tubuh yang lemah, mikroorganisme, faktor kebersihan diri dan lain-lain Budiono, 2011.
Pemulung adalah orang yang bekerja mengambil barang-barang bekas atau sampah tertentu untuk proses daur ulang. Dilihat dari sudut pandang kesehatan,
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan seorang pemulung memiliki risiko yang sangat tinggi untuk tertularnya penyakit karena pemulung bekerja di lingkungan yang tidak kondusif. Selain itu
dipengaruhi juga dengan gizi yang kurang serta akses pelayanan kesehatan yang rendah Junaedi, 2007.
Pemulung mempunyai jam kerja yang sangat panjang, bahkan tidak mengenal waktu. Pemulung menghabiskan waktunya di Tempat Pembuangan Akhir Sampah
TPAS, pada pukul 06.00 WIB pemulung sudah pergi ke TPA untuk mencari sampah sampai pukul 12.00 WIB kembali ke gubuk untuk istirahat makan siang,
selanjutnya kembali bekerja 13.00-17.00 WIB bahkan ada yang kembali lagi pukul 19.00 WIB dan bekerja sampai malam hingga pagi selama mereka masih merasa
sehat dan mempunyai tenaga Sinaga, 2008. Faktor yang dapat menimbulkan suatu penyakit terdiri atas agent penyakit,
manusia dan lingkungannya seperti yang dikemukakan oleh Gordon 1950 bahwa agent adalah penyebab penyakit seperti bakteri, virus, parasit dan jamur yang
merupakan penyebab penyakit infeksius. Agent dapat berupa zat kimia dan radiasi atau panas. Sedangkan manusia adalah sebagai tempat persinggahan penyakit, dan
lingkungan merupakan segala sesuatu yang mengelilingi dan juga kondisi luar manusia atau hewan yang menyebabkan atau memungkinkan penularan penyakit
Timmreck, 2004. Menurut Achmadi 2011, kejadian penyakit merupakan hasil hubungan
interaktif antara manusia dan perilakunya serta komponen lingkungan yang memiliki bibit penyakit atau agent penyakit yang berpotensi menimbulkan penyakit. Perilaku
Universitas Sumatera Utara
hidup tidak sehat dapat disebut sebagai faktor risiko kesehatan dan komponen lingkungan yang tidak baik merupakan faktor risiko terjadinya penyakit. Lingkungan
yang memiliki potensi bahaya penyakit apabila dalam komponen lingkungan tersebut mengandung satu atau lebih agent penyakit seperti mikroorganisme, senyawa kimia
maupun energi yang diradiasikan. Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir Sampah TPAS adalah suatu areal
yang menampung sampah dari hasil pengangkutan di Tempat Pembuangan Sementara TPS maupun langsung dari sumbernya dengan tujuan akan mengurangi
permasalahan kapasitas atau timbunan sampah yang ada di masyarakat umumnya. Permasalahan terjadi karena sampah tidak diproses atau diolah dengan baik dan
dianggap selesai dengan cara open dumping Suyono dan Budiman, 2010. Hasil penelitian Meirinda 2008, pada titik 0 meter TPA sampah Terjun
Kecamatan Medan Marelan diperoleh konsentrasi polutan gas SO
2
, H
2
S, NH
3
dan CH
4
yang melebihi baku mutu. Hal ini didukung oleh penelitian Sianipar 2009, tentang risiko paparan hidrogen sulfida H
2
S rata-rata konsentrasi H
2
S udara ambien melebihi baku mutu yaitu 0,0290 mgm
3
dan standar Integrated Risk Information Sistem IRIS serta memiliki risiko terhadap gangguan kesehatan pada masyarakat
yang tinggal di TPA sampah Terjun Kecamatan Medan Marelan. Selain faktor lingkungan tempat pembuangan akhir sampah, yang menjadi
masalah lainnya adalah personal hygiene kebersihan perorangan dan IMT. Kebanyakan seseorang yang memiliki gangguan kesehatan karena tidak
terpeliharanya personal hygiene dengan baik. Untuk mempertahankan hidup dan
Universitas Sumatera Utara
melakukan pekerjaan, setiap orang membutuhkan tenaga yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi. Apabila banyaknya makanan yang dikonsumsi setiap hari
tidak seimbang dengan tenaga yang dikeluarkan maka tubuh akan mengalami gangguan kesehatan Isro’in dan Andarmoyo, 2012.
Hasil penelitian Kurniawati 2006 tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian tinea pedis jamur pada kaki mengatakan bahwa, faktor lingkungan
yaitu penggunaan sumber
air untuk keperluan sehari-hari dan praktik kebersihan diri mempengaruhi kejadian tinea pedis pada pemulung sampah di TPA
Jatibarang
Semarang. Provinsi sumatera utara, lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah TPAS
tersebar pada 26 Kabupaten dan Kota. TPA sampah tersebut berstatus sebagai TPA sampah lokal yang melayani pengelolaan sampah di masing-masing Kabupaten atau
Kota. Berdasarkan jumlah kabupaten atau kota, maka jumlah TPA sampah di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 26 unit. Identifikasi di lapangan menunjukan berdasarkan TPA
sampah yang dijadikan sampel yang dipantau yaitu TPA Terjun dan TPA Namo Bintang dengan jumlah pemulung sebanyak 10.400 orang yang tersebar pada kedua TPA sampah
tersebut. Risiko kesehatan dan kecelakaan kerja pemulung sangat tinggi, hal ini terlihat dari pola kerja yang dilakukan oleh pemulung belum sepenuhnya memahami pentingnya
alat perlindungan kerja dan alat perlindungan tubuh untuk mengatasi risiko terganggunya kesehatan. Di sisi lain tempat tinggal pemulung hanyalah gubuk yang menyebabkan
pemulung pada umumnya rentan terhadap risiko kesehatan Sinaga, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan survai pendahuluan yang dilakukan penulis di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan, penulis memperoleh data pada tanggal 16 Februari 2012
bahwa tahun 2011 ada 3 jenis penyakit yang berhubungan dengan sampah yaitu Infeksi Saluran Pernafasan Akut ISPA sebagai penyakit yang terbesar di Puskesmas
Terjun yaitu sebanyak 2778 kasus, diare yang merupakan urutan nomor 2 dari 10 penyakit terbesar sebanyak 1661 kasus dan penyakit kulit sebanyak 117 kasus yang
merupakan penyakit urutan ke 9 dari 10 penyakit terbesar. Selain itu penulis melakukan survai lapangan ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah TPAS di
Kelurahan Terjun Kecematan Medan Marelan diketahui bahwa jumlah pemulung yang datang bekerja sebanyak 203 orang dengan karakteristik umur yang beraneka
ragam dan kebiasaan pola hidup yang tidak sehat seperti tidak mencuci tangan sebelum makan. Selain itu pada saat wawancara mengenai keluhan penyakit, keluhan
yang sering dirasakan adalah batuk, nyeri dada, sesak nafas, diare, gatal-gatal dan kulit kemerahan.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh lingkungan tempat pembuangan akhir
sampah, personal hygiene dan Indeks Massa Tubut IMT terhadap keluhan kesehatan di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2012.
1.2. Permasalahan