rata-rata 80 gF, begitu juga bila dibandingkan dengan standar bakto agar, kontrol, dan yang tanpa perlakuan kitosan,sehingga perlakuan 0,1 kitosan dapat dipilih
sebagai perlakuan yang paling efisien untuk diaplikasikan sebagai agar media.
Gambar 27 Histogram kekuatan gel agar-agar dengan perlakuan kitosan Kekuatan gel dari suatu agar media dipengaruhi oleh besar kecilnya polimer
agar penyusun media tersebut serta kemurniannya. Hal ini berarti kerapatan dan kemurnian agar hasil penelitian sudah setara dengan agar bakto sebagai standar.
Apabila dibandingkan secara visual, agar hasil perlakuan kitosan 0,1 sedikit lebih rendah dari standar. Hal tersebut dapat diperbaiki dengan meningkatkan
konsentrasi agar.
4.3.5 Kadar garam agar
Kadar garam agar-agar yang mengalami perlakuan kitosan, menunjukkan nilai yang hampir sama antar perlakuannya dan apabila dibandingkan dengan
standar sudah memenuhi ketentuan standar. Apabila dibandingkan dengan kontrol, perlakuan kitosan dapat dikatakan mampu menurunkan kadar garam dari
0,064 menjadi 0,021. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam pemurnian agar-agar, kitosan mempunyai kemampuan mengabsorbsi komponen garam
selama ekstraksi dengan kapasitas absorpsi garam mencapai 50, karena itu kitosan sangat mungkin digunakan dalam pemurnian komponen primer rumput
240 250
260 270
280 290
300 310
Kontrol 0.1
0.5 1
1.5 2
Konsentrasi Kitosan
291.02±1.24 275.68±0.11
261.26±1.00 287.62±-4.74
297.78±3.18 279.02±0.71
laut untuk mereduksi garam, dengan asumsi bahwa molekul-molekul garam mempunyai kecocokan muatan dan ukuran dengan pori-pori kitosan.
4.3.6 Nilai proksimat agar
Nilai proksimat agar hasil penelitian Gambar 28 hampir sama dengan agar bakto di semua parameter uji Tabel 13 kecuali kadar air yang sedikit lebih
tinggi, karena waktu dan metode pengeringannya yang berbeda. Kadar air yang tinggi akan berhubungan erat dengan viskositas medium, yaitu akan menyebabkan
viskositas menjadi lebih rendahpada konsentrasi media yang sama dengan kadar air yang lebih rendah. Perbaikan metode ekstraksi menambah waktu absorbsi
pengotor oleh kitosan dan waktu pengeringan produk agar, akan diperoleh mutu agar yang lebih baik dengan viskositas yang lebih tepat untuk aplikasinya.
Sementara metode produksi agar yang sudah ada memerlukan biaya yang lebih besar dan lebih rumit akibat penggunaan bahan kimia pada tahap ekstraksi dan
tahap koagulasi.
Gambar 28 Histogram proksimat agar-agar dengan perlakuan kitosan.
4.4 Aplikasi Absorben Kitosan dalam Pemurnian Karagenan
Aplikasi absorbsi pada ekstraksi karagenan menghasilkan karagenan non kimiawi yang dapat diaplikasikan untuk produk organik. Karagenan yang
dihasilkan dikarakterisasi mutu fisikokimia dan gugus fungsinya yang meliputi nilai proksimat, kekuatan gel, viskositas, gugus fungsi dan karakteristik
komponen unhidrogalaktosa.