Struktur Kelembagaan Lokal Masyarakat

nagari dengan pemerintahan kecamatan maupun kabupaten. Apapun kegiatan dan program pembangunan yang akan dilakukan di nagari harus sepengetahuan pemerintahan nagari dan masyarakat. Dalam pelaksanaan tugasnya Wali Nagari harus bisa menjalin kerjasama yang baik dengan KAN sebagai lembaga masyarakat adat yang diakui dan memiliki pengaruh yang kuat ditengah masyarakat beserta aturan-aturan adat yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari.

4.5 Sarana dan Prasarana Pendidikan di nagari Simanau

Sarana dan Prasarana Pendidikan yang terdapat di Nagari Simanau adalah 3 buah PAUD Pendidikan Anak Usia Dini, 2 buah Sekolah Dasar dan satu buah Sekolah Menengah Pertamasederajat. Di Nagari Simanau juga terdapat lembaga pendidikan agama mengaji yang sifatnya non-formal sebanyak 6 buah.

4.6 Penduduk dan Mata Pencaharian

Berdasarkan data statistik nagari tahun 2012, tercatat jumlah penduduk Nagari Simanau adalah 1 345 orang, yang terdiri dari 669 orang laki-laki dan 676 orang perempuan. Dengan jumlah kepala keluarga 372 KK, maka setiap rumah tangga rata-rata terdiri dari 3 ─4 orang. Jika dibandingkan dengan luas kenagarian Simanau yang 47 km² maka kepadatan penduduk Nagari Simanau adalah 28 orang per km². Penduduk Nagari Simanau bersifat homogen, hampir seluruhnya beretnis Minangkabau yang terdiri atas 5 suku yaitu suku Melayu, Caniago, Panai, Melayu Aie Abang dan Caniago Lasi. Seluruh penduduk Nagari Simanau 100 beragama Islam. Komposisi penduduk Nagari Simanau menurut umur dapat dilihat pada Tabel 4.2 Tabel 4.2 Komposisi penduduk Nagari Simanau menurut umur No Kelompok Umur Jumlah orang Persentase 1 0─15 454 33.75 2 16─29 289 21.49 3 30─49 361 26.84 4 50─64 170 12.64 5 65─74 56 4.16 6 ≥ 75 15 1,11 Sumber : Diolah dari profil Nagari Simanau tahun 2012 Komposisi penduduk Nagari Simanau menurut umur termasuk penduduk muda. Penduduk yang berusia dibawah 29 tahun berjumlah 743 orang 55.24, sedangkan yang berusia diatas 65 tahun adalah 71 orang 5.28. Penduduk yang termasuk tenaga kerja yang berumur antara 16─64 tahun sebesar 820 orang 22 60. 97, sedangkan yang termasuk kategori bukan tenaga kerja 0─15 tahun sebesar 454 orang 33.75. Berdasarkan jenis mata pencahariannya, mayoritas penduduk Nagari Simanau 85.24 bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Nagari Simanau merupakan masyarakat agraris yaitu bertani di sawah, ladang dan kebun serta menjadi buruh tani. Menanam padi di sawah merupakan pekerjaan utama, hasilnya dipergunakan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi keluarga dan sebagian disimpan sebagai cadangan bahan makanan, kalau masih berlebih biasanya dijual kepada pedagang maupun di pasar nagari dan pasar kecamatan. Selain memiliki sawah sebagian masyarakat Simanau mendapatkan penghasilan tambahan dari beternak sapi, kerbau, kambing, ayam, dan itik sebanyak 2.95 dan hasil perkebunan terutama kopi, karet, coklat, cengkeh, dan kulit manis. Mata pencaharian masyarakat Nagari Simanau lainnya adalah sebagai buruh 7.20, Pegawai Negeri Sipil 2.36, dan pekerjaan lainnya 2.24. Komposisi penduduk berdasarkan mata pencahariannya disajikan pada Tabel 4.3 Tabel 4.3 Komposisi penduduk Nagari Simanau berdasarkan mata pencaharian No Jenis Pekerjaan Jumlah orang Persentase 1 Petani 722 85.24 2 Peternak 25 2.95 3 Buruh 61 7.20 4 PNS 20 2.36 5 Lain-lain 19 2.24 Jumlah 847 100 Sumber: Diolah dari Profil Nagari Simanau Tahun 2012

4.7 Aksesibilitas

Untuk mengunjungi Nagari Simanau dapat menggunakan jasa ojek motor atau mobil angkutan sewa pribadi. Tidak ada mobil bus maupun mobil angkutan umum resmi yang melayani jalur tersebut. Simanau sendiri sering disebut sebagai pintu gerbang bagi nagari-nagari sekitarnya karena jalan yang melalui Nagari Simanau tersebut merupakan jalan utama sebelum masuk ke nagari-nagari lainnya yang termasuk dalam Kecamatan Tigo Lurah. Terdapat jalan penghubung dari Nagari Sirukam ke Simanau sepanjang 32 Km, tetapi 24 Km diantaranya rusak berat. Jarak antara Nagari Simanau dari Ibukota Kabupaten Solok adalah 80 Km. Kemudian berturut-turut Jarak Nagari Simanau dengan nagari lainnya adalah, 10 Km ke Rangkiang Luluih, 15 Km ke Ibukota kecamatan Batu Bajanjang, 25 Km ke Simiso, dan 40 Km ke Garabak. Jalan menuju Nagari Simanau sebagian besar dalam kondisi rusak berat sehingga sangat menyulitkan kelancaran transportasi di nagari tersebut.

4.8 Kegiatan Ekonomi Masyarakat

Aktifitas ekonomi utama pada masyarakat Nagari Simanau adalah bertani. Hal ini bisa dilihat dari penggunaan jumlah luasan lahan pertanian, dimana seluruh kepala keluarga memiliki lahan pertanian dan perkebunan. Menanam padi di sawah yang dilakukan oleh masyarakat merupakan kegiatan utama mereka, hasil panen padi tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, apabila bersisa dapat digunakan sebagai cadangan bahan pangan ataupun dijual, sehingga uang yang didapat dari penjualan padi tersebut bisa ditabung. Selain menanam padi di sawah, sebagian besar masyarakat Nagari Simanau hidup dengan mengandalkan hasil perkebunan terutama kopi, cengkeh, karet, dan kulit manis. Sedangkan aktifitas dan kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan ekonomi lainnya adalah adanya pasar nagari sekali dua minggu yang diadakan setiap hari Rabu. Pasar nagari tersebut merupakan tempat terjadinya jual beli kebutuhan maupun hasil panen masyarakat setempat. Pasar nagari sering juga didatangi oleh para pedagang dari nagari sekitar maupun dari ibukota Kabupaten Solok. Di Nagari Simanau juga terdapat satu buah koperasi, satu kelompok usaha simpan pinjam dan 7 kelompok julo-julo atau arisan. Aktifitas ekonomi masyarakat Simanau lainnya walaupun sedikit adalah kegiatan penambangan emas di Batang Palangki yang berjarak sekitar 15 km dari Nagari Simanau, biasanya masyarakat membentuk kelompok-kelompok penambang emas dengan anggota 10─15 orang per kelompoknya. 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kelembagaan Penguasaan dan Pengelolaan Sumber Daya Hutan

Sumber daya hutan di Nagari Simanau dikelola oleh nagari melalui Niniak Mamak yang ada di nagari dengan tujuan untuk kesejahteraan masyarakatnya. Masyarakat nagari menyadari bahwa hutan sangat bermanfaat bagi mereka, baik secara ekonomi, sosial dan ekologi. Bagi masyarakat Nagari Simanau, hutan merupakan bagian penting yang tidak bisa dipisahkan dari keberlangsungan hidup dan hak ulayat mereka. Hak ulayat merupakan kepemilikan tertinggi masyarakat terhadap sumber daya alamnya baik itu tanah, hutan, dan air. Ulayat bersifat turun temurun, di wariskan dari genarasi ke generasi berikutnya menurut garis keturunan ibu matrilineal. Jadi status penguasaan ulayat dan sumber daya alam di Nagari Simanau adalah penguasaan kelompokkomunal communal property yang dipimpin oleh para pemangku adat atau panghulu-panghulu suku. Walaupun hak penguasaan tersebut bersifat komunal tetapi terdapat beberapa hak penguasaan individu private property yang berdasarkan sistem kekerabatan dan kepemimpinan adat setempat. Pembagian status hak penguasaan ulayat di Nagari Simanau adalah sebagai berikut : 1. Ulayat Nagari, adalah seluruh wilayah yang dimiliki semua masyarakat nagari dan dikuasai oleh seluruh suku penghulu-penghulu yang ada di nagari. Ulayat ini biasanya berupa rimbo hutan, maupun tanah yang sudah pernah 24 diolah tetapi kemudian ditinggalkan dalam jangka waktu yang sangat lama, ataupun tanah yang berasal dari hak kullah yaitu tanah yang berasal dari ulayat suku yang menurut garis keturunan matrilinealnya telah punah, yang disebut juga dengan istilah samparono habis. 2. Ulayat Suku, merupakan wilayah yang dikuasai oleh semua anggota suku yang dipimpin oleh panghulu andiko. Ulayat suku berasal dari ulayat nagari yang ditaruko oleh anggota suku. Ulayat suku ini juga diwariskan secara turun temurun. 3. Ulayat Kaum, adalah wilayah yang dimiliki dan dikuasai oleh suatu kaum, bersifat turun temurun dan dipimpin oleh seorang penghulu atau mamak suatu kaum. Ulayat kaum berasal dari ulayat nagari yang ditaruko oleh anggota kaum. 4. Ulayat Paruik, biasanya berupa sebidang tanah yang dikuasai oleh suatu paruik. Tanah ini berasal dari ulayat kaum, maupun dari pencaharian. 5. Ulayat Keluarga Inti, adalah wilayah yang biasanya berupa sebidang tanah yang dikuasai oleh keluarga inti mamak, kemenakan, ibu atau saudara perempuan yang diperoleh dari taruko, maupun dari harta pencaharian. Status penguasaan komunal ini kemudian membentuk ikatan kekerabatan matrilineal dalam penguasaan ulayat, mulai dari paruik, kaum, suku, dan nagari. Sehingga aturan nagari tidak membolehkan perpindahan dan pelepasan hak kepemilikan bersamakomunal menjadi kepemilikan individu. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup diberikan hak ganggam bauntuak bagi anggota kaum, suku atau nagari, tetapi hak ini hanya memperbolehkan mengolah dan memanfaatkan saja, kepemilikannya tetap milik bersama seluruh anggota kaum dan suku. Sebagai hutan adat atau hutan nagari, pengelolaan sumber daya hutan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pola penguasaan ulayat. Karena hutan nagari merupakan kesatuan ekosistem hutan yang berada di atas ulayat, maka timbulah istilah hutan ulayat nagari, hutan ulayat suku dan hutan ulayat kaum. Sedangkan pada ulayat paruik dan ulayat keluarga inti lebih banyak fungsinya sebagai lahan pekarangan, perumahan, persawahan ataupun lahan pertanian yang secara ekologi sudah tidak berupa hutan lagi. Berdasarkan pola pengelolaan sumber daya hutan, masyarakat Nagari Simanau membagi hutan atas 3 tiga kategori, yaitu : 1. Hutanrimbo larangan, adalah hutan yang tidak boleh atau dilarang untuk dikelola, baik untuk pemanfaatan kayu secara langsung, maupun untuk dibuka dan diolah menjadi parak dan ladang. Larangan ini merupakan salah satu bentuk perlindungan masyarakat terhadap daerah sekitarnya. Tujuannya adalah untuk melindungi dan menjaga sumber mata air yang sangat dibutuhkan sebagai sumber air bersih maupun untuk pengairan sawah dan pertanian. 2. Hutan simpanan merupakan hutan yang dipersiapkan sebagai cadangan bagi generasi yang akan datang. Bisa dimanfaatkan apabila hutan olahan telah habis. tetapi harus mendapatkan izin dari panghulu suku yang kebetulan tanah ulayat tersebut berada pada hutan simpanan tersebut 3. Hutan ulahanolahan, adalah wilayah hutan yang dapat dikelola untuk tujuan pemenuhan kebutuhan warga masyarakat. Hasil hutan yang bisa diolah adalah hasil hutan kayu maupun hasil hutan non-kayu. Hutan olahan ini juga bisa