Konsep Kelembagaan Efektifitas Kelembagaan Lokal Dalam Pengelolaan Sumber Daya Hutan Pada Masyarakat Nagari Simanau.

6 3 METODE

3.1 Kerangka Pikir

Kajian efektifitas kelembagaan lokal dalam pengelolaan sumber daya hutan pada masyarakat Nagari Simanau ini menggunakan konsep kelembagaan menurut Uphoff 1986, yang menyatakan bahwa kelembagaan merupakan suatu himpunan atau tatanan norma-norma dan tingkah laku yang biasa berlaku pada suatu periode tertentu untuk melayani tujuan kolektif yang menjadi nilai bersama. Uphoff menjelaskan terdapat 2 dua bentuk kelembagaan, yaitu organisasi dan norma. Organisasi merupakan struktur peran yang telah diakui dan diterima masyarakat, sedangkan norma merupakan nilai-nilai yang hidup didalam suatu kelompok masyarakat. Norma itulah yang digunakan untuk mengatur dan mengontrol perilaku masyarakat dalam komunitasnya. Kapasitas masyarakat digambarkan dari konsep modal sosial, dengan adanya norma, nilai, aturan-aturan yang menjadi pedoman, bahkan memaksa anggotanya untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan Suharjito 2013. Mengacu pada Uphoff 2000 dalam Suharjito 2008 dinyatakan kategori modal sosial ada dua, struktural dan kognitif. Tabel 3.1 Kategori modal sosial Struktural Kognitif Sumber dan manifestasi Peranan role dan aturan rules Norma, nilai Jejaring dan hubungan interpersonal Sikap, kepercayaan belief Prosedur dan preseden Faktor dinamik Keterkaitan vertikal dan horizontal Kepercayaan trust , solidaritas, kerjasama, kedermawanan Sumber : Uphoff 2000 dalam Suharjito 2008 Uphoff 2000 dalam Suharjito 2008 menjabarkan peranan role dan aturan rules mendukung empat fungsi dasar tindakan kolektif yaitu ; pembuatan keputusan, mobilisasi dan pengelolaan sumber daya, komunikasi dan koordinasi, serta resolusi konflik. Hubungan sosial membangun pertukaran exchange dan kerjasama cooperation yang nantinya akan membentuk jejaring networks. Ketiga unsur tersebut peranan, aturan dan jejaring akan memfasilitasi tindakan kolektif yang saling menguntungkan mutually beneficial collective action, MBCA. Norma, nilai, sikap dan kepercayaan belief tersebut saling tergantung sama lainnya dan mendukung MBCA. Orientasi ke empat faktor tersebut ada dua, pertama orientasi kepada pihak lain, bagaimana seseorang berfikir dan bertindak terhadap orang lain. Kepercayaan trust dan balasan reciprocation membangun hubungan sosial dengan tujuan terbentuknya solidaritas. Kepercayaan trust dan solidaritas yang berlandaskan norma, nilai, sikap, dan kepercayaan belief membuat kerjasama dan kedermawanan Uphoff 2000 diacu dalam Suharjito 2008. Kedua, orientasi untuk mewujudkan tindakan action, yaitu bagaimana sesorang itu mau bertindak. Kerjasama cooperation merupakan cara bertindak bersama orang lain dengan tujuan terbentuknya kedermawanan. Kerjasama berlandaskan norma, nilai, sikap, dan kepercayaan belief mengharapkan orang lain mau bekerjasama. Kedermawanan juga dilandasi norma, nilai, sikap, dan kepercayaan belief dengan harapan mendapatkan pahala. Kelembagaan lokal terbukti mampu menjaga kelestarian sumber daya hutan. Dengan adanya norma-norma, nilai, dan lembaga yang dimiliki ternyata mampu mengelola dan memanfaatkan sumber daya hutan dengan baik. Keberlanjutan dan fungsi hutan terjamin dengan adanya pengaturan penggunaan sumber daya alam Ohorella et al. 2011. Krey 2012 menambahkan bahwa kelembagaan yang efektif dipengaruhi oleh kekerabatan, kepercayaan, kepatuhan dan komitmen mereka melaksanakan aturan-aturan. Kemudian Suharjito 1998 menjelaskan bahwa sumber daya alam pada masyarakat Mioko di Papua tetap terpelihara dan dimanfaatkan generasi berikutnya karena adanya kelembagaan pengelolaannya yang berkaitan dengan sistem kekerabatan dan kepercayaan bahwa kelompok keturunan mereka mampu mengelola sumber daya alamnya dengan baik. Masyarakat Nagari Simanau memiliki nilai dan norma yang didapatkan secara turun-temurun dalam pengelolaan sumber daya alamnya. Hal ini menunjukkan adanya interaksi masyarakat nagari dengan sumber daya alamnya yang diwujudkan dalam pola pengelolaan sumber daya hutan di nagari atas tiga kategori, yaitu : hutan olahan, simpanan, dan larangan. Kategorisasi tersebut berhubungan dengan orientasi masyarakat Simanau bahwa hutan memberikan manfaat bagi masyarakat sehingga hutan itu perlu dijaga. Kajian ini menitikberatkan pada norma-normaaturan nagari dalam pengelolaan sumber daya hutan dan implikasinya terhadap performansi hutan. Berdasarkan uraian diatas, maka alur pikir penelitian ini seperti yang disajikan pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Alur pikir penelitian Pengaturan Kelembagaan Lokal Hutan Simpanan Hutan Larangan Hutan Olahan Nilai, Normaaturan Peformansi Hutan Struktur ; kepemimpinan, kekerabatan dan kewenangan Pola pengelolaan sumber daya hutan