Aksesibilitas Efektifitas Kelembagaan Lokal Dalam Pengelolaan Sumber Daya Hutan Pada Masyarakat Nagari Simanau.
dimanfaatkan menjadi parak atau ladang. Biasanya letak hutan olahan ini tidak jauh dari pemukiman masyarakat.
Jika dikaitkan dengan hak kepemilikan property right, maka hutan larangan dan hutan simpanan dikategorikan termasuk dalam hak milik komunal.
Karena merupakan milik komunal, maka kedua pengelolaan hutan tersebut diatur oleh nagari, sehingga warga tidak bisa bebas memanfaatkannya. Pemanfaatannya
harus sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditentukan nagari dan telah disepakati bersama. Dengan adanya pengaturan pengelolaan oleh nagari tersebut
maka pemanfaatan sumber daya hutan secara berlebihan bisa dihindari. Pada hutan olahan pengelolaannya secara perorangan atau paruik, karena dimiliki oleh
individukeluarga yang mengolah lahan tersebut serta ada batas yang diketahui dan diakui oleh warga.
Pengelolaan sumber daya hutan Nagari Simanau memiliki normaaturan- aturan tertentu yang harus ditaati warga masyarakat. Normaaturan-aturan tersebut
telah ada sejak dahulu dan diwariskan secara turun temurun. Beberapa normaaturan yang berkaitan dengan pengelolaan hutan adalah :
1. Hutan UlahanOlahan :
Gambar 5.1 Hutan olahan Apabila hutan yang akan dibuka merupakan hutan yang masih asli,
belum pernah diolah, maka ketentuan pembagian hasil antara pengelola dengan sukukaum pemilik ulayat adalah ¾ bagian dari
lahan hutan yang dibuka menjadi hak milik pengolah, sementara sisanya yang ¼ lagi tetap menjadi milik kaum atau suku pemilik ulayat.
Namun, apabila yang dibuka atau yang akan diolah merupakan hutan lunak
atau hutan yang sudah pernah diolah sebelumnya, maka dari lahan yang dibuka menjadi hak
pengolah dan lagi tetap menjadi hak pemilik ulayat.
Tanah yang dikelola statusnya hanya sementara, maksudnya menjadi hak yang mengolah tanah tersebut selama pengolah memiliki ahli
waris. Apabila pengolah tidak memiliki ahli waris lagi maka tanah tersebut dikembalikan kepada yang memiliki ulayat tanah tersebut.
Warga yang mengolah lahan wajib menanam perladangan yang terletak di lereng-lereng bukit dengan tanaman berkayu untuk
mencegah terjadinya longsor, misalnya kulit manis, kopi.
26 2.
Hutan Simpanan :
Gambar 5.2 Hutan simpanan Hutan simpanan boleh dibuka dan diolah apabila telah mendapat izin
dari penghulu andiko dari suku yang memiliki tanahulayat Pemanfaatan hutan ini diperbolehkan apabila tidak ada lagi sumber
penghasilan lain, situasi mendesak seperti gagal panen di nagari. Diutamakan untuk pemanfaatan hasil hutan non-kayu, sedangkan hasil
hutan kayu bisa dimanfaatkan, tapi harus mendapatkan izin dari nagari misalnya untuk kebutuhan bahan dasar pembuatan perahu, jika pada
hutan olahan sudah sulit atau tidak lagi ditemukan kayu yang berukuran cukup besar untuk dijadikan sebagai bahan utama
3. RimboHutan Larangan :
Gambar 5.3 Hutan larangan Larangan membuka hutan dan mengolah hutan larangan untuk
tujuan apapun, karena hutan berfungsi sebagai penahan air hujan, sebagai pencegahan banjir dan longsor
Hutan larangan boleh diamanfaatkan untuk mengambil hasil hutan bukan kayu, seperti madu dan buah-buahan tanpa merusak atau
menebang kayu
Pengaturan pola pengelolaan sumber daya hutan akan menentukan bentuk hak akses dan hak pemanfaatan sumber daya hutan nagari. bentuk hak akses dan
hak pemanfaatan tersebut disajikan pada Tabel 5.1