Pengukuran Lapangan Pengumpulan Data

Analisis performansi hutan dilakukan untuk mengetahui jenis tumbuhan yang terdapat pada masing-masing pola pengelolaan hutan dan untuk mengetahui implikasi kelembagaan lokal dalam mengatur pengelolaan sumber daya hutan nagari yang berbeda-beda. Identifikasi dan komposisi jenis tumbuhan menggunakan analisis vegetasi menurut Soerianegara dan Indrawan 1982. Analisis dilakukan dengan menghitung kerapatan tumbuhan individu per hektar pada tingkat pertumbuhan semai, pancang, tiang, dan pohon pada hutan larangan, hutan simpanan, dan hutan olahan. Jumlah kerapatan tumbuhan individu per hektar pada setiap tingkatan tersebut untuk menduga kecukupan jumlah tumbuhan atau kerapatan tumbuhan. Kemudian yang dianalisis adalah volume per pohon dan volume per kelas diameter pada tingkat pohon. Beberapa rumus yang digunakan dalam perhitungan analisis vegetasi adalah sebagai berikut : a. Kerapatan suatu jenis K ∑ individu suatu jenis K = luas petak contoh b. Kerapatan relatif suatu jenis KR K suatu jenis KR = x 100 K seluruh jenis c. Frekuensi suatu jenis F ∑ Sub - petak ditemukan suatu jenis F = ∑ Seluruh sub - petak contoh d. Frekuensi relatif suatu jenis FR F suatu jenis FR = x 100 F seluruh jenis e. Dominansi suatu jenis D Luas bidang dasar suatu jenis D = Luas petak contoh f. Dominansi relatif suatu jenis DR D suatu jenis DR = x 100 D seluruh jenis g. Indeks Nilai Penting INP INP = KR + FR + DR tiang dan pohon INP = KR + FR pancang dan semai h. Volume, V = ¼ � D². T . f Keanekaragaman spesies dapat digunakan untuk mengukur stabilitas komunitas, yaitu kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun ada gangguan terhadap komponen-komponennya Soegianto 1994;Indriyanto 2005. Suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak spesies. Sebaliknya suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman spesies yang rendah jika komunitas itu disusun oleh sedikit spesies. Keanekaragaman jenis ditentukan dengan menggunakan rumus Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener : 14 dimana : H’= Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener n i = Jumlah individu jenis ke-n N = Total jumlah individu Nilai H’2 menunjukkan keanekaragaman jenis rendah, nilai H’=2–3 menunjukkan keanekaragaman jenis sedang dan nilai H3 menunjukkan keanekaragaman tinggi. Performansi hutan dideskripsikan berdasarkan jumlah jenis, kerapatan, INP, Indeks Keanekaragaman Jenis H’ dan volume pohon per kelas diameter pada masing-masing pengelolaan hutan olahan, simpanan, dan larangan. 4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak dan Kondisi Fisik Nagari Simanau

Secara administratif Nagari Simanau terletak pada Kecamatan Tigo Lurah, Kabupaten Solok. Nagari Simanau terdiri dari 3 tiga Jorong, yaitu : Jorong Tanjuang Manjulai, Jorong Parik Batu dan Jorong Karang Putiah. Batas Nagari Simanau adalah di sebelah utara berbatasan dengan Nagari Supayang dan Nagari Air Luo. Di sebelah timur berbatasan Nagari Tanjuang Balik Simiso. Di sebelah selatan berbatasan dengan Nagari Rangkiang Luluih, dan sebelah barat dengan Nagari Sungai Nanam dan Nagari Sirukam. Nagari Simanau terletak pada jalur pegunungan bukit barisan, dengan topografi berbukit, bergelombang dan curam. Luas keseluruhan wilayah nagari adalah 47 km², dengan ketinggian daerah 900 ─1 000 meter dari permukaan laut. Secara geografis Nagari Simanau berada pada hamparan lembah yang dikelilingi perbukitan yang secara ekologis berupa hutan. Nagari Simanau memiliki sungai- sungai kecil yang barasal dari anak-anak air yang berada disekeliling perbukitan. Sungai-sungai tersebut adalah Batang Simanau, Batang Kapujan dan Batang Kipek. Muara dari sungai-sungai tersebut adalah Batang Palangki. Simanau sendiri sering disebut sebagai pintu gerbang bagi nagari-nagari sekitarnya yang termasuk dalam Kecamatan Tigo Lurah karena sebelum menuju nagari-nagari lainnya harus melalui Nagari Simanau terlebih dahulu. Jarak Nagari Simanau dengan nagari lainnya adalah 10 km ke Rangkiang Luluih, 15 km ke Batu Bajanjang, 25 km ke Simiso, dan 40 km ke Garabak.

4.2 Tata Guna Lahan

Tata guna lahan di Nagari Simanau dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu lahan untuk pemukiman 43 ha, persawahan 157 ha, perkebunan 410 ha, hutan 4 076 ha dan penggunaan lainnya 14 ha. Bentuk dan luas penggunaan lahan pada Nagari Simanau dapat dilihat pada Tabel 4.1.