input usahatani. Menurut Rahim dan Hastuti 2008, biaya usahatani dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap fixed cost dan biaya variabel variable cost. Biaya
tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap dan harus dikeluarkan walaupun belum berproduksi. Contoh biaya tetap adalah biaya sewa lahan, pajak, dan alat-alat
pertanian. Biaya variabel merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi komoditas yang diperoleh. Contoh biaya variabel adalah biaya benih,
pupuk, upah tenga kerja, dan lain-lain. Selisih antara penerimaan yang didapatkan dengan biaya usahatani disebut pendapatan usahatani.
2.4. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu terkait peternakan sapi perah yang dapat dijadikan referensi adalah penelitian Putra 2004, Widodo 2009, Mandaka dan Hutagaol
2005, dan Heriyatno 2009 yang dapat dilihat pada Tabel 4. Penelitian terdahulu terkait analisis efisiensi adalah Yunus 2009
, Ramadhani 2011,
Puspito 2004, dan Vidiayanti 2004 yang dapat dilihat pada Tabel 5.
2.4.1. Penelitian Terdahulu Terkait Peternakan Sapi Perah
Putra 2004 melakukan penelitan mengenai kondisi teknis peternakan sapi perah rakyat di Kelurahan Pondok Ranggon Kecamatan Cipayung Jakarta Timur.
Metode yang digunakan adalah survey lapangan dengan cara wawancara dengan peternak. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi peternakan sapi
perah Pondok Ranggon secara teknis. Hasil penelitian adalah peternak sapi perah di Kelurahan Pondok Ranggon dalam menjalankan usahanya bersifat tradisional
dan perhatian terhadap masalah pemberian pakan masih kurang. Widodo 2009 melakukan penelitian mengenai karakteristik dan analisis
keuntungan usaha ternak sapi perah di DKI Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik peternakan dan menganalisis keuntungan
peternakan sapi perah. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif untuk mengetahui karakteristik peternakan. Analisis
kuantitatif untuk mengetahui keuntungan yang didapat peternak. Keuntungan per bulan pada peternak kelompok pertama berdasarkan analisis yang dilakukan
sebesar Rp 5 815 121 dan pada peternak kelompok kedua sebesar Rp 21 861 559.
Mandaka dan Hutagaol 2005 melakukan penelitian mengenai analisis fungsi keuntungan, efisiensi ekonomi, dan kemungkinan skema kredit bagi
pengembangan skala usaha peternakan sapi perah rakyat di Kelurahan Kebon Pedes, Kota Bogor. Metode yang digunakan kuantitatif dan kualitatif. Analisis
kuantitatif digunakan untuk mengetahui keuntungan, efisiensi ekonomi, dan skema kredit di peternakan Kebon Pedes.
Heriyatno 2009 melakukan penelitian mengenai analisis pendapatan dan faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi perah di tingkat peternak. Metode
yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif deskriptif digunakan untuk mengkaji proses produksi susu sapi perah. Analisis kuantitatif
digunakan untuk mengkaji faktor produksi dan pendapatan peternak sapi perah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu adalah pakan konsentrat, pakan
hijauan, dan masa laktasi. Nilai RC ratio sebesar 1.11 menunjukkan bahwa peternakan sapi perah menguntungkan.
2.4.2. Penelitian Terdahulu Terkait Analisis Efisiensi
Yunus 2009 melakukan penelitian mengenai analisis efisiensi produksi usaha peternakan ayam ras pedaging pola kemitraan dan mandiri di Kota Palu
Provinsi Sulawesi Tengah. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perbedaan pendapatan rata-rata dan menganalisis tingkat efisiensi. Faktor-faktor produksi
yang mempengaruhi produksi dalam penelitian ini adalah bibit, pakan, vaksin, tenaga kerja, dan bahan bakar. Usaha ternak ayam ras pedaging belum mencapai
tingkat efisiensi. Peternak ayam ras pedaging mandiri memiliki tingkat pendapatan rata-rata yang berbeda dengan peternak pola kemitraan.
Ramadhani 2011 melakukan penelitian mengenai analisis efisiensi, skala dan elastisitas produksi dengan pendekatan Cobb-Douglas dan regresi berganda.
Metode yang digunakan kuantitatif dan deskriptif. Analisis kuantitatif diguanakn untuk mengitung efisiensi dan elastisitas produksi. Berdasarkan perhitungan
didapat bahwa proporsi input yang berpengaruh terhadap proses produksi belum mencapai
tingkat efisien
atau nilainya
lebih dari
satu.