Persiapan lahan Audit energi pada proses produksi CPO (Crude Palm Oil) di PMKS PT. Condong Garut, Jawa Barat
7 dan listrik. Peran energi langsung sangat besar dalam suatu proses produksi yang
padat energi. Hal ini terkait dengan kebutuhan listrik dan bahan bakar yang cukup tinggi.
Tabel 3. Input energi untuk beberapa operasi pertanian Operasi
Energi MJha Membajak kedalaman 0.2
1180 Mengolah tanah tahap kedua
390 Mengolah tanah dengan rotary
1430 Mengolah tanah ringan
240 Membuat alur
240 Sumber: Leach 1976 dalam Pimentel 1980 dalam Wibowo 2008
Bahan bakar yang umum digunakan pada proses produksi CPO adalah bahan bakar minyak BBM dan biomassa. BBM berupa bensin dan solar
digunakan untuk alat dan mesin budidaya, transportasi, sarana pendukung serta pembangkit tenaga diesel. Sedangkan biomassa berupa cangkang dan serat
digunakan sebagai bahan bakar ketel uap. Cangkang dan serat merupakan hasil sampingan dari pengolahan kelapa sawit Mutiara, 2003.
Tabel 4. Nilai kalor per unit satuan beberapa jenis bahan bakar Sumber energi
Unit satuan
Nilai kalor MJunit
Input Produksi
MJunit Nilai kalor
total MJunit
Gasolia liter
32.24 8.08
40.32 Minyak diesel
liter 38.66
9.12 47.78
LPG liter
26.10 6.16
32.26 Gas alam
m
3
41.38 8.07
49.45 Batubara keras
kg 30.23
2.36 32.59
Batubara lunak kg
30.29 2.37
32.76 Kayu keras
kg 19.26
1.44 20.70
Kayu lunak kg
17.58 1.32
18.90 Listrik
kWh 3.60
8.39 11.99
Sumber : Cervinca 1980 dalam Nuryanto 1998 2.
Energi tidak langsung Energi tidak langsung merupakan energi yang digunakan untuk
memproduksi suatu masukan produksi, seperti bahan kimia pupuk, pestisida, alat dan mesin pertanian serta bahan pembantu.
Jumlah energi langsung dan tidak langsung yang digunakan untuk memproduksi suatu barang disebut embodied energy. Menurut Doering 1978
dalam Wibowo 2008 embodied energy yang digunakan secara tidak langsung pada produksi pertanian, dalam hal ini yaitu energi untuk memproduksi mesin,
peralatan, pupuk, pestisida, bangunan dan bahan pendukung lainnya. Selain pupuk dan pestisida, dalam industri pertanian juga digunakan beberapa jenis bahan kimia
pembantu untuk menunjang proses produksi, yaitu pada proses penanganan air water treatment.
8 Operasi di bidang pertanian tidak bisa terlepas dari peran tenaga manusia.
Pengeluaran energi manusia dapat ditinjau dari segi pengeluaran total tubuh laju metabolisme dan pengeluaran tenaga mekanisnya. Kemampuan mengeluarkan
tenaga mekanis seseorang tergantung dari lama bekerja, usia, jenis kelamin, ukuran tubuh, tingkat konsumsi makan dan oksigen, iklim dan faktor lingkungan.
Kebutuhan energi manusia di berbagai kegiatan pertanian disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Kebutuhan energi biologis tenaga manusia pada kegiatan pertanian Kegiatan
kkalmenit MJjam
Pra panen Membersihkan semak
6,1 1,532
Penanaman manual 3,2
0,803 Pemanenan manual
4,9 1,230
Aplikasi pestisida 6,9
1,733 Pengolahan tanah secara mekanis
4,2 1,055
Pengolahan tanah secara manual 6,9
1,733 Memupuk manual
6,9 1,733
Mengukur 2,0
0,502 Pembuatan drainasejalan
6,1 1,532
Wiping 6,1
1,532
Pasca panen Semua kegiatan yang berhubungan
dengan pengolahan di pabrik 1,4
0,725 Sumber: Stout 1990 dalam Rahmat 2002
Perhitungan jumlah input tenaga manusia untuk proses produksi CPO, nilai energi biologis tenaga manusia menggunakan Tabel 5 dikarenakan
kurangnya data terbaru. Namun, untuk perhitungan input energi manusia pada tahapan pemuatan buah di loading ramp dan penyusunan lori di stasiun
penebahan menggunakan nilai energi kerja manusia berdasarkan penelitian yang dilakukan Fazriansyah 2008 di PT. Aneka Inti Persada, Minamas Plantation,
Teluk Siak Estate, Riau. Fazriansyah 2008 mengukur nilai kerja tenaga manusia atau WEC Work Energy Cost yang merupakan energi seseorang hanya saat
melakukan kerja atau dengan kata lain respon energi dari tubuh kita terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang. WEC didapatkan dari TEC Total
Energy Cost dikurangi dengan BME Basal Metabolic Energi. BME Basal Metabolic Energy adalah konsumsi energi yang diperlukan oleh manusia untuk
menjalankan aktivitas fungsi basal organ tubuhnya. Nilai energi kerja manusia pada tahapan pemuatan buah di loading ramp dan penyusunan lori di stasiun
penebahan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Kebutuhan energi kerja manusia pada tahapan pemuatan buah di loading
ramp dan penyusunan lori di stasiun penebahan
Kegiatan kkalmenit
MJjam Pemuatan buah di loading ramp
0.52 0.130
Penyusunan lori 0.24
0.060 Sumber: Fazriansyah 2008
9 Perhitungan jumlah input energi manusia untuk proses penyiangan secara
manual, nilai energi kerja manusia menggunakan Tabel 7 berdasarkan penelitian yang dilakukan Pramana 2009.
Tabel 7. Kebutuhan energi kerja manusia pada tahapan penyiangan
Penyiangan secara manual kkalmenit
MJjam Laki-laki
0.32 0.079
Perempuan 0.84
0.210 Rata-rata
0.57 0.144
Sumber: Pramana 2009
Metode Audit Energi
Menurut Abdullah 1998 audit energi merupakan bentuk analisa energi untuk menghitung jumlah energi yang digunakan dalam setiap tahap di dalam
suatu sistem secara keseluruhan. Langkah-langkah dalam audit energi adalah: 1.
Pengumpulan data awal mengenai produksi dan energi yang digunakan dalam proses produksi.
2. Evaluasi awal, yaitu perhitungan mengenai konsumsi energi spesifik suatu
produk dan membandingkannya dengan data konsumsi energi secara internasional atau sesuai dengan pengalaman yang lalu untuk menentukan jenis
energi dan tahapan proses mana yang perlu diteliti.
3. Pelaksanaan pengukuran energi, data diperoleh melalui pengukuran variabel
secara detail dan dilakukan dengan sistem akuisisi data. 4.
Evaluasi hasil pengukuran, untuk konversi energi didasarkan pada perbandingan antara data hasil pengukuran sesunggguhnya, sehingga dapat
dihasilkan rekomendasi cara penghematan energi. 5.
Realisasi penghematan energi melalui penataan, modifikasi atau pergantian proses energi sesuai dengan bagian yang perlu direnovasi dan sesuai
kemampuan industri sehingga pemborosan energi dapat diatasi. 6.
Kontrol unjuk kerja, untuk mencocokkan potensi penghematan energi yang sudah dihitung sebelumnya.
Metode audit energi terdiri dari dua tahapan utama yaitu audit energi awal preliminary energy audit berupa pengumpulan data awal dan analisis
pendahuluan, serta audit energi rinci detailed energy audit antara lain melakukan pengukuran terhadap peralatan yang dipakai dalam suatu pabrik dan melakukan
analisis alat.
Sedangkan menurut Fluck 1992 dalam Rahmat 2002 metode audit energi yang umum digunakan adalah:
1. Menentukan batasan proses, operasi, sistem dan lain-lain yang akan dianalisis,
sehingga semua input dan output yang termasuk dalam batasan akan teridentifikasi.
2. Mengidentifikasi dan menghitung semua input yang termasuk dalam batasan,
dengan mengacu pada selang waktu atau unit output tertentu. 3.
Menentukan energi yang dibutuhkan untuk semua input. 4.
Mengidentifikasi dan menghitung semua output.