Stasiun pengolahan air Audit energi pada proses produksi CPO (Crude Palm Oil) di PMKS PT. Condong Garut, Jawa Barat

10 5. Menghubungkan antara total energi input dengan output. 6. Menerapkan hasil analisis energi yang didasarkan pada total konsumsi energi atau produktivitas energi. Hasil-hasil penelitian audit energi pada proses produksi CPO Tahun 2002 Rahmat telah melakukan audit energi di perkebunan kelapa sawit unit usaha UU Rejosari PTP. Nusantara VII Lampung Selatan. Audit energi meliputi kegiatan budidaya tanaman sawit, pemanenan, pengangkutan buah, pengolahan TBS menjadi CPO dan kegiatan yang berlangsung pada sarana pendukung produksi. Dalam audit ini terdapat 2 macam energi primer yaitu energi langsung dan energi tidak langsung. Energi langsung berupa tenaga manusia, energi uap, energi dari solar dan energi dari biomassa. Sedangkan energi tidak langsung berupa energi pupuk dan pestisida. Besarnya konsumsi energi primer untuk menghasilkan 1 kg CPO di UU Rejosari tanpa menghitung masukan energi pestisida dan bahan kimia pembantu sebesar 15.7550 MJkg CPO. Fadly 2003 melakukan penelitian tentang audit energi pada proses pengolahan TBS menjadi CPO di PKS Kwala Sawit PTPN II persero Medan, Sumatera Utara. Hasil audit energi tersebut adalah energi tenaga manusia sebesar 0.00745 MJkg CPO, energi listrik sebesar 0.32309 MJkg CPO, energi solar sebesar 0.21746 MJkg CPO dan energi biomassa sebesar 12.62 MJkg CPO. Penelitian tentang audit energi pada produksi CPO juga dilakukan oleh mutiara 2003 di PMKS PT. Condong Garut, Jawa Barat. Hasil audit energi yang dilakukan yaitu konsumsi energi untuk pengolahan TBS menjadi CPO sebesar 14.7011 MJkg CPO. Sebelumnya, Alfra 1999 telah melakukan penelitian audit energi di PMKS PT. Condong Garut, Jawa Barat dengan analisis kebutuhan energi pada produksi CPO sebesar 37.320 MJkg CPO. Tahun 2008 Wibowo melakukan penelitian tentang audit energi di tempat yang sama yaitu di PMKS PT. Condong Garut, hasil analisis kebutuhan energi diperoleh sebesar 23.815 MJkg CPO. Tabel 8. Hasil-hasil audit energi pada proses produksi CPO di Indonesia Nama Peneliti Tahun penelitian Tempat penelitian Hasil penelitian Energi spesifik Konsumsi energi Rahmat 2002 UU Rejosari 15.755 MJkg CPO Fadly 2003 PKS Kwala Sawit 13.167 MJkg CPO Alfra 1999 PT. Condong Garut 37.320 MJkg CPO Mutiara 2003 PT. Condong Garut 14.701 MJkg CPO Wibowo 2008 PT. Condong Garut 23.815 MJkg CPO PROSES PRODUKSI CPO DI PT. CONDONG GARUT PT. Condong Garut merupakan perkebunan terbesar di Jawa Barat, berada di daerah pesisir pantai selatan Garut, Jawa Barat dengan luas areal perkebunan 3600 ha. Pabrik pengolahan kelapa sawit mulai didirikan pada tahun 1977, 11 dibangun di atas area seluas 3.024 ha dengan kapasitas 20 ton TBSjam, 160 tonhari dengan rendemen 20.08 dengan peralatan buatan Stork Belanda. Budidaya Kelapa Sawit Kegiatan budidaya sawit dimulai dari pembibitan, pembukaan dan penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, serta pemanenan. Budidaya yang baik menentukan kualitas kelapa sawit yang akan diperoleh. Gambar 3. Diagram alir kegiatan budidaya kelapa sawit di PT. Condong Garut

1. Pembibitan

Sistem pembibitan di PT. Condong Garut dengan menggunakan sistem pembibitan tahap ganda yang terdiri dua kali tahapan yaitu pembibitan awal pre nursery dan pembibitan utama main nursery. Pembibitan awal pre nursery dilaksanakan selama 3 bulan sedangkan pembibitan utama main nursery dilaksanakan selama 9 bulan di dalam polybag besar. Pada kegiatan ini membutuhkan input energi berupa solar untuk penyiraman, tenaga manusia, pupuk, serta pestisida.

2. Pembukaan dan penyiapan lahan

PT. Condong Garut sejak tahun 2003 telah melakukan kegiatan penanaman kembali atau replanting. Hal ini dilakukan karena tanaman kelapa sawit telah berumur 25 tahun sehingga produktivitas TBS menurun. Karena dilakukan dengan secara manual, maka input energi yang dibutuhkan berupa tenaga manusia.

3. Penanaman

PT. Condong Garut menggunakan jarak tanam 9mx9mx9m dengan kerapatan tanamanha sebanyak 143 tanaman. Penanaman dilakukan secara manual sehingga input energi yang digunakan berupa tenaga manusia serta pupuk untuk menyuburkan tanaman.

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman kelapa sawit terdiri dari 2 periode yaitu pemeliharaan TBM tanaman belum menghasilkan dan pemeliharaan TM tanaman menghasilkan. Kegiatan pemeliharaan diantaranya: Pemeliharaan Pemanenan TBS Pembibitan Pembukaan dan penyiapan lahan Penanaman 12 a. Pemeliharaan TBM Kegiatan-kegiatan TBM terdiri dari babadan, chemist piringan, eradikasi ilalang, kastrasi, serta pemupukan. b. Pemeliharaan TM Kegiatan-kegiatan TM umumnya sama dengan TBM. Namun ada beberapa kegiatan yang tidak dilaksanakan seperti kastrasi, chemist piringan, dan sebagainya. Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam pemeliharaan dibutuhkan input energi berupa tenaga manusia, pupuk dan pestisida.

5. Pemanenan dan Pengangkutan ke Pabrik

Alat yang digunakan unutk pemanenan berupa dodos atau egrek. Dalam proses pemanenan dibutuhkan input energi berupa tenaga manusia. Setelah TBS dipanen selanjutnya TBS diangkut dengan menggunakan truk dan traktor sehingga dibutuhkan solar sebagai bahan bakar untuk transportasi. Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi CPO Pengolahan kelapa sawit menjadi CPO di PT. Condong Garut terdiri dari beberapa tahap yakni penerimaan buah, penimbunan di loading ramp, perebusan, penebahan, pelumatan, pengempaan, penyaringan, pemurnian dan penyimpanan CPO. Diagram alir proses pengolahan TBS menjadi CPO dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Diagram alir proses pengolahan TBS menjadi CPO dan PKO TBS CPO Penerimaan TBS Penebahan TBS Pelumatan dan pengempaan TBS Penimbunan di loading ramp TBS Perebusan TBS Pemurnian minyak Tandan kosong Gumpalan ampas Ampas biji Boiler Pengolahan biji PKO 13

1. Penerimaan buah

Kegiatan penerimaan buah terdiri dari penimbangan TBS dan penyimpanan TBS sementara di loading ramp. Stasiun penimbangan merupakan stasiun yang digunakan untuk mengetahui berat TBS yang masuk dan juga mengetahui berat produk CPO yang keluar pabrik. Penimbangan dilakukan di jembatan timbangan. Jembatan timbangan berupa plat besi dengan ukuran 9x3 m 2 yang dihubungkan dengan timbangan yang ada di dalam pabrik tersebut. Proses penimbangan TBS di jembatan timbang dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Penimbangan TBS di jembatan timbang

2. Penimbunan di Loading Ramp

Loading ramp merupakan tempat penimbunan TBS sementara sebelum diolah dan sebagai saluran pemindahan TBS ke dalam lori. TBS yang telah ditimbang di jembatan timbang selanjutnya dibongkar di loading ramp dengan menuang langsung dari truk. Loading ramp terdiri dari 6 kompatemen yang dilengkapi dengan pintu-pintu untuk memasukan TBS ke dalam lori. Loading ramp berupa landasan miring dengan sudut kemiringan 35 o . Untuk pengoperasian Loading ramp menggunakan sumber tenaga listrik dari turbin uap. Gambar 6. Proses Penimbunan TBS di Loading Ramp

3. Perebusan

PT. Condong Garut menggunakan sterilizer tipe horizontal dan terdiri dari dua unit ketel perebusan yang masing-masing mampu menampung kapasitas 6 lori atau sekitar 15 ton TBS setiap kali proses perebusan. Sterilizer dilengkapi dengan pipa pemasukan inlet, pipa pengeluaran outlet, pipa kondensat, dan pipa pengaman. Pengoperasian dimulai pada saat lori sudah masuk ke dalam sterilizer dan pintu telah ditutup rapat. Uap masuk melalui pipa pemasukan yang diatur buka tutupnya oleh seorang operator. Uap panas yang digunakan berasal dari boiler. Pengisian uap ke dalam sterilizer dilakukan hingga mencapai tekanan 3 kgm 2 . Suhu yang digunakan mencapai 130 o C. Perebusan berlangsung selama 90 menit 14 dengan 45 menit pertama terjadi pemasukan uap hingga mencapai tekanan 3 kgcm 2 , kemudian 45 menit berikutnya untuk menjaga tekanan tetap konstan. Proses perebusan di sterilizer dapat dilihat pada Gambar 7.

4. Penebahan threshing

TBS yang telah direbus ditarik oleh capstand keluar dari sterilizer. Kemudian lori diangkut satu persatu ke atas dengan menggunakan hoisting crane. TBS dituang ke mulut bunch hopper secara kontinu. Untuk pengoperasian semua alat dan mesin di stasiun ini menggunakan sumber tenaga listrik dari turbin uap. Alat penebahan kelapa sawit yaitu thresher, berfungsi untuk memisahkan brondolan dari tandan yang telah direbus. TBS yang telah direbus dimasukkan ke dalam drum penebahan yang disebut rotary drum stripper. Setelah melewati rotary drum stripper, tandan kosong akan terbawa menuju empty bunch conveyor untuk dibawa ke kebun, sedangkan brondolan akan lolos melalui celah kisi-kisi drum perontok dan ditampung oleh sebuah screw conveyor transfer menuju fruit elevator. Brondolan dari fruit elevator akan dibawa ke mesin pelumat digester. a. Bunch hopper b. Pemindahan lori dengan hoisting crane Gambar 8. Stasiun penebahan

5. Pelumatan

Pelumatan buah dilakukan di dalam digester. Dalam digester buah akan dipotong-potong, ditekan dan dengan bantuan pemanasan steam Naibaho, 1998. Digester berbentuk silinder yang berdiri tegak yang di dalamnya terdapat pisau- pisau pencacah yang tegak lurus pada as sumbu putar dengan diameter 10 cm. Dalam prosesnya as berputar dengan kecepatan 12-13 rpm dan panas yang diberikan pada suhu 90 o C. PT. Condong Garut memiliki 2 unit digester. Semua alat atau mesin-mesin di stasiun pelumatan, menggunakan tenaga listrik sebagai masukan energi. Tenaga listrik berasal dari mesin engine atau turbin uap. Digester dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 7. Proses Perebusan di Sterilizer 15 Gambar 9. Mesin pelumat digester

6. Pengempaan

Brondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar melalui bagian bawah digester sudah berupa ‘bubur’. Hasil cacahan tersebut langsung masuk ke alat pengempaan yang berada di bagian bawah digester. Alat yang digunakan untuk melakukan pengempaan disebut presser. PT. Condong Garut memiliki 2 unit presser. Jenis presser yang digunakan adalah screw press dengan kecepatan putar mesin sebesar 12 rpm dan kapasitas olahan sebanyak 10 ton TBSjam. Untuk pengoperasiannya, menggunakan sumber tenaga listrik dari turbin uap. Kegiatan pengempaan oleh mesin presser dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Mesin pengempa presser

7. Penyaringan

Proses penyaringan bertujuan untuk memisahkan kotoran pada minyak kelapa sawit hasil pengepresan yang masih mengandung serabut fibre, lumpur, batu, dan bahan-bahan lain yang tidak diinginkan. Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan dialirkan menuju saringan getar vibrating screen. Vibrating screen terdiri dari dua lapis yaitu lapisan atas dengan ukuran 20 mesh dan lapisan bawah dengan ukuran 40 mesh. Minyak kasar yang telah disaring melalui vibrating screen akan ditampung dalam crude oil tank COT yang berkapasitas 3.5 ton. Di dalam COT terjadi pemanasan minyak pada suhu 95 o C yang bertujuan agar tidak membeku selama perjalanan. Selanjutnya, minyak dari COT akan dipompa menggunakan crude oil pump menuju ke stasiun pemurnian. Alat-alat atau mesin-mesin pengempaan dalam pengoperasiaannya menggunakan tenaga listrik sebagai masukan energi.