38
3. Sistem Hukum dan Peradilan Nasional a. Pengertian Sistem Hukum Nasional
Sistem adalah kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian yang satu dengan yang lain saling bergantung untuk mencapai tujuan tertentu. Ada juga yang
mengatakan bahwa sistem adalah keseluruhan yang terdiri dari banyak bagian atau komponen yang terjalin dalam hubungan antara komponen yang satu dengan yang
lain secara teratur. Sedangkan hukum nasional adalah hukum atau peratuan perundang-undangan yang dibentuk dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan,
dasar, dan cita hukum suatu negara. Dalam konteks ini, hukum nasional Indonesia adalah kesatuan hukum atau perundang-undangan yang dibangun untuk mencapai
tujuan negara yang bersumber pada Pembukaan dan Pasal-pasal UUD 1945. Dikatakan demikian, karena di dalam Pembukaan dan Pasal-pasal UUD 1945 itulah
terkandung tujuan, dasar, dan cita hukum negara Indonesia. Di dalamnya terkandung nilai-nilai khas budaya bangsa Indonesia yang tumbuh dan berkembang
dalam kesadaran hidup bermasyarakat selama berabad-abad. Dengan demikian, sistem hukum nasional Indonesia adalah sistem hukum
yang berlaku di seluruh wilayah Indonesia yang meliputi semua unsur hukum seperti isi, struktur, budaya, sarana, peraturan perundang-undangan, dan semua
sub unsurnya yang antara satu dengan yang lain saling bergantung dan yang bersumber dari Pembukaan dan pasal-pasal UUD 1945 Mahfud, 2006:21.
b. Unsur-unsur sistem hukum
Ketika menyebut unsur-unsur utama sistem hukum, banyak orang mengacu pada Friedman yang menyebutkan adanya tiga unsur yakni substance
materisubstansi, structure struktur, dan culture budaya. Namun, banyak juga yang kemudian mengembangkannya ke dalam unsur-unsur yang lebih spesifik
sehingga komponennya bukan hanya tiga tetapi lebih dari itu. GBHN-GBHN menjelang masa akhir Orde Baru dalam politik pembangunan hukumnya misalnya
menyebut empat unsur yakni isi, aparat, budaya, dan sarana-prasarana Mahfud, 2006:22.
39
Sebagai pembanding, Sunaryati Hartono merinci unsur-unsur sistem hukum ke dalam 12 unsur yaitu 1 filsafat termasuk asas-asas hukum, 2 substansi atau
materi hukum, 3 keseluruhan lembaga-lembaga hukum, 4 proses dan prosedur hukum, 5 sumber daya manusia brainware, 6 sistem pendidikan hukum, 7
susunan dan sistem organisasi serta koordinasi antarlembaga hukum, 8 peralatan perkantoran lembaga-lembaga hukum hardware, 9 perangkat lunak software
seperti petunjuk pelaksanaan yang tepat, 10 informasi hukum, perpustakaan dan penerbitan dokumen-dokumen serta buku atau website melalui internet, 11
kesadaran hukum dan perilaku masyarakat budaya hukum, dan 12 anggaran belanja negara yang disediakan bagi pelaksanaan tugas-tugas lembaga hukum dan
penyelenggaraan pembangunan hukum yang profesional. Sementara itu, Soerjono Soekanto menyebutkan bahwa masalah-masalah yang dipersoalkan dalam sistem
hukum mencakup lima hal, yaitu 1 elemen atau unsur-unsur sistem hukum, 2 bidang-bidang sistem hukum, 3 konsistensi sistem hukum, 4 pengertian-
pengertian dasar sistem hukum, dan 5 kelengkapan sistem hukum.
c. Peradilan Nasional
Kebebasan lembaga peradilan dari campur tangan dan intervensi kekuatan di luarnya merupakan masalah yang sangat esensial dalam penegakan hukum. Di
Indonesia, masalah ini telah menjadi diskusi resmi di kalangan pendiri Republik Indonesia di BPUPKI dan menjadi diskusi publik sejak awal Orde Baru sampai
sekarang Mahfud, 2006:89. Penjelasan UUD 1945 sendiri menegaskan keharusan kemerdekaan
lembaga peradilan ini, tetapi UUD ini tidak menegaskan prinsip kebebasan itu apakah ke dalam struktur ataukah cukup fungsinya saja. Di berbagai negara yang
penegakan hukumnya sudah relatif bagus, secara struktural memang tidak ada keharusan adanya pemisahan tegas antara lembaga yudikatif dan eksekutif, karena
yang utama adalah fungsinya. Tetapi, untuk Indonesia ada pertimbangan tertentu yang mendorong adanya pemisahan struktural itu.
Salah satu hal yang perlu ditegaskan bahwa negara Indonesia berdasarkan UUD 1945 tidaklah menganut paham Trias Politika sepenuhnya. Ini penting
40
ditegaskan karena seringkali muncul pandangan bahwa negara demokrasi itu harus menganut konsep Trias Politika seperti apa adanya. Namun, pelembagaan berbagai
kekuasaan negara di Indonesia menunjukkan dengan tegas bahwa para perumus UUD 1945 sangat dipengaruhi oleh ajaran Trias Politika. Dikatakan sebagai
dipengaruhi namun tidak menganut Trias Politika karena poros-poros kekuasaan di Indonesia bukan hanya tiga, melainkan semula ada lima yang sejajar, yaitu legislatif
Presiden dan DPR, eksekutif Presiden, yudikatif Mahkamah Agung, auditif BPK, dan konsultatif DPA. Kemudian di atas kelima poros itu ada MPR yang
merupakan lembaga suprematif. Selain itu, poros kekuasaan yang ditentukan UUD 1945 itu tidaklah diletakkan pada posisi yang terpisah secara mutlak melainkan
dijalin oleh satu hubungan kerjasama fungsional. Setelah amandemen atas UUD 1945, lembaga-lembaga negara tetap lebih dari tiga tetapi tidak ada lagi yang lebih
tinggi antara satu dengan yang lain.
1. Kekuasaan Kehakiman Era Orde Lama