Pendidikan Hasil Belajar PENGARUH MINAT BELAJAR DAN FASILITAS LABORATORIUM KETRAMPILAN TATA BUSANA TERHADAP HASIL BELAJAR TATA BUSANA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BRANGSONG KENDAL 2012

10 BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkunganya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan bagi dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara ide kuat dalam kehidupan masyarakat. Hamalik, 2001: 79. UU Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadaian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang perlu didirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Definisi UU Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1 maka dapat kita simpulkan bahwa tugas utama pendidikan adalah menolong peserta didik untuk mengembangkan kemampuan dan potensi yang ada serta sikap dan bentuk tingkah laku ke arah yang lebih baik sebagai sumber daya manusia sehingga ia dapat didayagunakan sebagai modal pembangunan dan berguna bagi perserta didik dalam menghadapi masalah yang terjadi.

2.2 Minat Belajar

2.2.1 Pengertian Minat Belajar

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh Slameto 2002:180. Menurut kamus besar bahasa Indonesia 2003:744 minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap suatu keinginan. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dalam lingkungan Slameto, 2002:2. Pendapat di atas, dapat di simpulkan minat belajar adalah suatu perasaan tertarik terhadap suatu objek tertentu. Seseorang dapat dikatakan berminat terhadap suatu objek apabila ia menyatakan perasaannya tertarik pada objek tersebut. Adapun minat belajar dalam penelitian ini adalah suatu rasa ketertarikan siswa dalam belajar tata busana Slameto 2002:180. Seseorang memiliki minat belajar tinggi untuk mempelajari mata pelajaran, maka ia akan mempelajari pada waktu jangka tertentu. Misalnya seseorang yang tidak memiliki minat belajar maka seseorang tersebut tidak akan mencapai proses hasil belajar yang baik. Karena dia belajar tidak atas keinginan sendiri tetapi karena paksaan orang lain. Tetapi sebaliknya jika seseorang mempunyai minat untuk belajar meski ada yang mempengaruhinya, tetapi minat itu akan melekat pada dirinya dan belajarnya akan berhasil. Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang efektif untuk membangkitkan minat belajar pada suatu objek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Misalnya siswa menaruh minat belajar pada pelajaran tata busana yaitu menjahit. Sebelum mengajarkan menjahit pengajar dapat menarik perhatian siswa dengan menceritakan sedikit mengenai cara menjahit yang baru saja berlangsung. Kemudian sedikit demi sedikit diarahkan ke materi yang sesungguhnya. Disamping pemanfaatan minat belajar yang telah ada tener 1995 menyarankan agar para pengajar juga membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Misalnya saja dengan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang.

2.2.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi minat belajar

Pelajaran muatan lokal tata busana sebagai kumpulan kajian dan pelajaran tentang dasar-dasar menjahit dengan memperhatikan estetika dan etika berbusana, mata pelajaran muatan lokal tata busana dalam pelaksanaannya harus didasari minat agar siswa bersungguh-sungguh untuk mengikuti mata pelajaran tata busana sehingga di harapkan mata pelajaran tersebut berguna bagi masa depan siswa. Saat ini mata pelajaran muatan lokal tata busana berdasarkan survey hanya diminati oleh siswa putri sedangkan siswa putra kurang berminat hal tersebut dipengaruhi oleh rendahnya motivasi, perasaan tidak senang materi yang di pelajari, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat yang kurang mendukung. Singgih Dirgogunaso dalam Endang Tri Astuti, 1990 : 108 dalam pengantar psikologi mengatakan perhatian di pengaruhi oleh kuat lemahnya rangsang, gerakan, pengulangan, kesediaan dan harapan. Pendapat tersebut mengatakan bahwa minat di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor psikis dan faktor kondisi fisik. Faktor fisik yang di maksud adalah kondisi fisik dari individu. Misalnya cacat tubuh, mudah lelah dan sebagainya. Siswa yang berminat dalam pelajaran muatan lokal tata busana tetapi kondisi fisikmya lemah dengan demikian akan menghambat minat untuk belajar muatan lokal tata busana. Faktor psikis antara lain meliputi motif, perasaan, perhatian dan kondisi lingkungan. Faktor -faktor yang mempengaruhi minat yaitu: a. Motif Saat ini mata pelajaran muatan lokal tata busana berdasarkan survey hanya diminati oleh siswa putri sedangkan siswa putra kurang berminat hal tersebut dipengaruhi oleh rendahnya motif. Menurut natawidjaja 1979:87 motif adalah dorongan yang membuat seseorang berminat melakukan sesuatu. Motif merupakan suatu tenaga dorongan,alasan,kemauan dari dalam diri yang mnyebabkan kita berbuat atau bertindak yang mana tindakan itu diarahkan kepada tujuan tertentu yang hendak dicapai. b. Perasaan Menurut Winkel 1984:31 perasaan adalah aktifitas psikis yang didalamnya subyek menghayati nilai-nilai suatu obyek. Perasaan senang akan menimbulkan minat pula, yang diperkuat lagi oleh sikap yang positif. Hubungan perasaan dalam mencapai minat adalah digambarkan sebagai brikut: Perasaan Sikap Minat Perasaan senang merupakan suatu keadaan jiwa akibat adanya peristiwa yang datang pada subyek yang bersangkutan. Jika seorang senang terhadap sesuatu akan berdampak terhadap minatnya terhadap minatnya tersebut. c. Perhatian Menurut Kartini 1996:111 perhatian merupakan reaksi umum dari organisme dan kesadarannya yang menyebabkan bertambahnya aktifitas, daya kosentrasi dan pembatasan kesadaran terhadap satu objek. Perhatian akan menimbulkan minat seseorang jika subyek mengalami keterlibatan dalam obyek. d. Kondisi lingkungan Kondisi lingkungan yang mempengaruhi minat adalah lingkungan keluarga, Lingkungan sekolah, dan masyarakat. Lingkungan tersebut merupakan lingkungan , tingkah laku, karakter dan minat terhadap sesuatu. Didalam keluarga setiap individu belajar menggali bakat dan potensi yang ada dalam diri individu sehingga dapat berkembang dengan optimal. Lingkungan sekolah disamping sebagai tempat untuk tempat blajar juga dapat mempengaruhi perkembangan jiwa khususnya minat terhadap sesuatu. Disekolah diajarkan bagaimana menumbuhkan pengetahuan dan keterampilan yang nantinya dapat memunculkan minat terhadap sesuatu. Lingkungan masyarakat adalah lingungan disekitar tempat tinggal, tempat dimana seseorang berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain. Lingkungan masyarakat akan mempengaruhi minat e. Kondisi fisik Kondisi seseorang akan sangat berpengaruh terhadap minat. minat belajar pada saat mempelajari pelajaran muatan lokal tata busana. Orang yang memiliki fisik yang sehat tentu saja akan berbeda minatnya dibandingkan dengan orang yang lemah dan mempunyai cacat tubuh. Kondisi fisik adalah kemampuan fisik seseoarng untuk mengerjakan kegiatan tertentu. seseorang yang tinggal didalamnya. disekitar individu yang sangat mempengaruhi minatnya. Lingkungan keluarga merupakan peletak dasar pola pemikiran Suatu pekerjaaan yang relatif berat membutuhkan kondisi yang baik. Faktor fisik merupakan pendukung utama setiap aktivitas yang dilakukan.

2.2.3 Macam

–macam minat belajar menurut Dewa Ketut Sukardi 1989:105 ada 3 yaitu: 2.2.3.1 Minat yang di ekspresikan eksprsed interest Seseorang dapat mengungkap minat atau pilihannya dengan kata-kata tertentu. 2.2.3.2 Minat yang diwujudkan manifest interest Seseorang dapat mengespresikan minat bukan melalui kata, tetapi melalui tindakan atau perbuatan, ikut berperan aktif dalam aktifitas tertentu

2.2.3.3 Minat yang di investarikan inventeroid interest

Seseorang menilai minatnya dapat diukur dengan menjawab terhadap sejumlah pertanyaan tertentu atau antar pilihannya 7 kelompok aktifitas tertentu. Dapat dilakukan dengan angket. Mata pelajaran muatan lokal tata busana dalam pelaksanaannya harus didasari minat agar siswa bersungguh-sungguh untuk mengikuti pelajaran tata busana, sehingga diharapkan mata pelajaran tersebut berguna bagi masa depan siswa. Saat ini pelajaran muatan lokal tata busana berdasarkan survai hanya diminati oleh siswa putri sedangkan siswa putra kurang berminat. Hal tersebut di pengaruhi oleh rendahnya motivasi, perasaan tidak senang materi yang diajarkan, kurangnya harapan mempelajari materi, kurangnya perhatian materi yang dipelajari, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat yang mendukung. Adanya faktor penghambat diatas diharapkan baik pihak sekolah dan orang tua dapat membantu menumbuhkan minat siswa dalam mengikuti mata pelajaran muatan lokal tata busana. Dengan motivasi pada siswa akan manfaat ilmu yang diperoleh dapat menumbuhkan minat siswa mengikuti mata pelajaran muatan lokal tata busana. Adanya motivasi tersebut membuat perasaan senang pada materi yang diajarkan. Sehingga harapan untuk mempelajari keterampilannya membuat siswa mempunyai perhatian terhadap mata pelajaran muatan tata busana. Hal lain yang berpengaruh pada minat siswa adanya dukungan dari orang tua juga lingkungan tempat tinggal yang dapat memperkuat minat siswa untuk mengikuti mata pelajaran muatan lokal tata busana.

2.3 Fasilitas Laboratorium Ketrampilan Tata Busana

2.3.1 Pengertian Fasilitas Laboratorium Ketrampilan Tata Busana

Menurut Sumarjo, 2005:2 laboratorium pendidikan adalah sarana dan tempat untuk mendukung proses pemebalajaran yang di dalamnya terkait dengan pengembangan, pemahaman, keterampilan dan inovasi bidang ilmu sesuai dengan bidang pekerjaan yang ada pada bidang studi tata busana. Sedangkan dalam penelitian ini yang dimaksud laboratorium ketrampilan tata busana adalah sarana atau tempat untuk mendukung pembelajaran praktek menjahit Sumarjo, 2005:2. Menurut Sumarjo 2005:3 fungsi laboratorium seperti tercantum dalam peraturan pemerintah nomor 5 tahun 1990 pasal 27 yaitu bahwa laboratorium merupakan sarana penunjang jurusan dalam pembelajaran ipteks tertentu sesuai program studi yang bersangkutan. Pembelajaran ipteks tidak hanya terbatas pada ilmu pengetahuan alam atau teknologi. Fasilitas laboratorium ketrampilan tata busana terdiri dari ruang desain, ruang pola, ruang menjahit, ruang mengepas, ruang penyimpanan, Ruang praktek busana. Menurut Euis Ratna Dewi 2000 :11, ruang praktek laboratorium ketrampilan tata busana terdiri dari : 1 Ruang desain adalah tempat untuk merancang atau mendesain sebuah busana. Alat bahan dan perlengkapan desain seperti pensil, pensil warna, kertas gambar dan meja gambar tersedia secara khusus diruangan tersebut. 2 Ruang pola adalah tempat meja pembuatan pola sekaligus meja potong kain sebagai bahan pembuatan busana dan alat-alat yang mendukung proses tersebut 3 Ruang menjahit adalah ruang untuk melaksanakan proses menjahit sampai dengan proses penyelesaian. Dalam ruangan ini terdapat mesin jahit meja, setrika dan lemari penyimpanan atau penataan. 4 Ruang mengepas adalah sebuah ruangan untuk mencoba atau mengepas busana yg dijahit dan di lengkapi dengan cermin rak baju dan tempat gantungan baju. 5 Ruang penyimpaanan adalah sebuah ruangan untuk menyimpan alat dan bahan untuk pembuatan busana yaitu berupa rak atau lenmari pakaian. 6 Ruang praktek busana adalah ruang dimana siswa melakukan kegiatan untuk membuat busana dengan mempergunakan alat dan perlengkapannya. Untuk mencapai keberhasilan tersebut ada beberapa yang harus diperhatikan dalam pengelolaan laboratorium. Tabel. 2.1 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Standar Prasarana Ruang Praktik Program Keahlian Tata Busana No Jenis Rasio Deskripsi 1 Ruang praktik pola 4 m²peserta didik Kapasitas untuk 8 peserta didik. Luas minimum adalah 32 m². Lebar minimum adalah 4 m. 2 Ruang praktik menjahit manual 4 m²peserta didik Kapasitas untuk 8 peserta didik. Luas minimum adalah 32 m². Lebar minimum adalah 4 m. 3 Ruang praktik menjahit masinal 4 m²peserta didik Kapasitas untuk 8 peserta didik. Luas minimum adalah 32 m². Lebar minimum adalah 4 m. 4 Ruang praktik peragaan busana 15 m²peserta didik Kapasitas untuk 8 peserta didik. Luas minimum adalah 120 m². Lebar minimum adalah 6 m. 5 Ruang penyimpanan dan instruktur 4 m²instruktur Luas minimum adalah 48 m². Lebar minimum adalah 6 m. Tabel 2.2 Ruang praktik Tata Busana dilengkapi sarana Standar Sarana pada Ruang Praktik Pola No Jenis Rasio Deskripsi 1 Perabot 1.1 Meja kerja 1 setruang Untuk minimum 8 peserta didik pada pekerjaan membuat desain, pola dan memotong. 1.2 Kursi kerjastool 1.3 Lemari simpan alat dan bahan 2 Peralatan 2.1 Peralatan untuk pekerjaan membuat pola. 1 setruang Untuk minimum 8 peserta didik pada pekerjaan membuat desain, pola dan memotong. 3 Media pendidikan 3.1 Papan tulis 1 buahruang Untuk mendukung minimum 8 peserta didik pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang bersifat teoritis. 4 Perlengkapan lain 4.1 Kotak kontak Minimum 2 buahruang. Untuk mendukung operasionalisasi peralatan yang memerlukan daya listrik. 4.2 Tempat sampah Minimum 1 buahruang. Tabel 2.3 Standar Sarana pada Ruang Praktik Menjahit Manual No Jenis Rasio Deskripsi 1 Perabot 1.1 Meja kerja 1 setruang Untuk minimum 8 peserta didik pada pekerjaan menjahit secara manual. 1.2 Kursi kerjastool 1.3 Lemari simpan alat dan bahan 2 Peralatan 2.1 Peralatan untuk pekerjaan menjahit manual. 1 setruang Untuk minimum 8 peserta didik pada pekerjaan menjahit secara manual. 3 Media pendidikan 3.1 Papan tulis 1 buahruang Untuk mendukung minimum 8 peserta didik pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang bersifat teoritis. 4 Perlengkapan lain 4.1 Kotak kontak Minimum 4 buahruang. Untuk mendukung operasionalisasi peralatan yang memerlukan daya listrik. 4.2 Tempat sampah Minimum 1 buahruang. Tabel 2.4 Standar Sarana pada Ruang Praktik Menjahit Masinal No Jenis Rasio Deskripsi 1 Perabot 1.1 Meja kerja 1 setruang Untuk minimum 8 peserta didik pada pekerjaan menjahit secara masinal. 1.2 Kursi kerjastool 1.3 Lemari simpan alat dan bahan 2 Peralatan 2.1 Peralatan untuk pekerjaan menjahit masinal. 1 setruang Untuk minimum 8 peserta didik pada pekerjaan menjahit secara masinal. 3 Media pendidikan 3.1 Papan tulis 1 buahruang Untuk mendukung minimum 8 peserta didik pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang bersifat teoritis. 4 Perlengkapan lain 4.1 Kotak kontak Minimum 4 buahruang. Untuk mendukung operasionalisasi peralatan yang memerlukan daya listrik. 4.2 Tempat sampah Minimum 1 buahruang. Tabel 2.5 Standar Sarana pada Ruang Praktik Peragaan Busana No Jenis Rasio Deskripsi 1 Perabot 1.1 Meja kerja 1 setruang Untuk minimum 8 peserta didik pada pekerjaan memperagakan berbagai produk busana. 1.2 Kursi kerjastool 1.3 Lemari simpan alat dan bahan 2 Peralatan 2.1 Peralatan untuk pekerjaan peragaan busana. 1 setruang Untuk minimum 8 peserta didik pada pekerjaan memperagakan berbagai produk busana. 3 Media pendidikan 3.1 Papan tulis 1 buahruang Untuk mendukung minimum 8 peserta didik pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang bersifat teoritis. 4 Perlengkapan lain 4.1 Kotak kontak Minimum 8 buahruang. Untuk mendukung operasionalisasi peralatan yang memerlukan daya listrik. 4.2 Tempat sampah Minimum 1 buahruang. Sumber : Standarisasi Prasarana Ruang Praktik Program Keahlian Tata Busana

2.3.3 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan laboratorium

ketrampilan tata busana : 2.3.3.1 Letak bangunan laboratorium Laboratorium mesin jahit sebaiknya terpisah dari ruanagan untuk pembelajaran teori, sehingga pada waktu pembelajaran teori siswa tidak terganggu suara bising dari mesin jahit di laboraturium. Laboratorium sebaiknya berdekatan dengan gudang dan kamar kecil sehingga akan menghemat waktu dan tenaga siswa, hal ini karena bekerja dilaboratorium memerlukan waktu yang cukup lama dan menguras tenaga.

2.3.3.2 Luas laboratorium

Luas laboraturium mesin jahit sebaiknya di sesuaikan dengan jumlah siswa dan jenis kegiatan. Luas ruanagan yang dapat di gunakan sebagai pedoman untuk laboratorium mesin jahit adalah 3,21 m2 untuk tiap siswa, jadi untuk menentukan kebutuhan seluruh ruangan yang di butuhkan dengan cara mengalihkan jumlah siswa yang akan di tampung yaitu contoh 20 x 3,21 m2= 64,20 m2 atau dengan ukuran 9x7 meter Jemina Siregar 1984;19 di usahakan juga ruangan laboraturium mesin jahit berbentuk empat segi panjang dengan perbandingan antara panjang dan lebar 3:2 Soenarto,2005:10.

2.3.3.3 Keberhasilan dan kesehatan laboratorium

Usahakan agar laboratorium selalu dalam keadaan bersih dan rapi keberhasilan dapat di peroleh dengan melakukan perawatan baik sebelum dan sesudah praktek contoh menyapu dan mengepel sebelum sebelum dan sesudah praktek: untuk menjaga kesehatan sebaiknya pergantian udara dan penerangannya langsung dari sinar matahari juga di perhatikan, jika ruangan tidak ber AC sebaiknya perlu di buat ventilasi yang cukup dan sesuai dengan luas ruangan. Tempat sampah sebaiknya juga tersedia minimal 1 buah untuk satu ruangan tetapi alangkah baiknya jika 1 unit kerja tersedia tempat sampah. Sedangkan di SMP 1 brangsong tidak ber AC namun untuk pertukaran udara dan cahaya sudah cukup baik karena dalam ruangan terdapat jendela yang cukup untuk penggantian udara dan penerangan langsung dari sinar matahari juga ditambah dengan lampu.

2.3.3.4 Keamanan laboratorium

Keamanan adalah hal terpenting bagi siswa dalam melaksanakan kegiatan praktek di laboratorium. Hal - hal yang harus di perhatikan dalam keamanan antara lain : dinding yang tidak sepenuhnya terbuat dari tembok tetapi merupakan perpaduan antara tembok dan jendela agar cahaya terang dapat masuk ke dalam ruangan jadi pada saat praktek nenjahit siswa tidak terluka terkena jarum, lantai laboratorium sebaiknya terbuat dari ubin yang tidak licin serta rata, hal ini bertujuan agar siswa merasa aman saat praktek menjahit. Siswa sebaiknya juga memperhatikan alas kaki saat bekerja di laboraturium. Contohnya: tidak menggunakan sandal atau sepatu yang berhak tinggi. Perhatikan juga pemasangan instalansi listrik pada tempat yang tidak membahayakan. Peralatan laboratorium sebaiknya di atur dengan dengan baik dan sesuai tahap-tahap praktek menjahit, sehingga tidak mengganggu lalu lintas kerja dan memberi kesan teratur.

2.3.3.5 Keindahan dan Kelengkapan laboratorium

Laboratorium merupakan ruangan praktek untuk bekerja meskipun begitu keindahan dan kelengkapan juga harus di perhatikan. Keindahan dapat di peroleh dengan memperhatikan beberapa hal antara lain : warna dinding, tirai, gambar- gambar yang terpasang, sebaiknya warna yang di pilih jangan terlalu kontras, karena warna cukup mempengaruhi perasaan seorang dalam bekerja. Serta kelengkapan dapat di peroleh dengan memperhatikan barang – barang yang ada di dalam laboratorium.

2.3.3.6 Tata letak peralatan laboraturium ketrampilan tata busana

Beberapa hal yang harus di perhatikan dalam penataan barang di dalam ruang laboratorium ketrampilan tata busana menurut euis ratna dewi 2000:13 adalah 1. Mesin jahit dan meja potong sebaiknya berdekatan sehingga waktu proses menjahit mudah di jangkau tanpa banyak waktu terbuang. 2. Mesin obras dan mesin jahit sebaiknya di tempatkan berdekatan sehingga waktu pemakaiannya mudah di jangkau. 3. Papan setrika sebaiknya di letakkan dekat tempat aliran listrik sehingga jika di pergunakan tidak perlu memindahkannya. 4. Lemari dan alat bahan sebaiknya penempatannya tidak mengganggu aktifitas siswa dan mudah tanpa banyak mengeluarkan tenaga dan waktu. 5. Lalu lintas ruangan laboratorium mesin jahit Peralatan di dalam laboratorium sebaiknya di atur dengan baik. Sehingga tidak mengganggu siswa dalam praktek menjahit dan tidak mengganggu guru dalam mengawasi siswanya. Agar lalu lintas praktek menjahit siswa maupun guru tidak saling terganggu sebaiknya meja praktek satu dengan yang lainnya memiliki jarak ±1 meter. Beberapa hal yang harus di perlukan dalam lalu lintas ruang kerja menurut euis ratna dewi 2000:13 adalah a. Jarak penempatan satu dengan yang lainnya minimal 40 cm atau 2 kali lipat lebar badan seseorang b. Sebaiknya penempatan alat tidak ada yang rapat kedinding jika minimal 20 cm. c. Untuk jalur lalu lintas ruangan sebaiknya tidak terjadi dua arah sehingga terhindar dari tabrakan. d. Efesiensi laboratorium mesin jahit. e. Efesiensi hal ini tercapai jika peralatan kerja teratur sesuai urutan. Berikut gambar laboraturium busana menurut Euis Ratna Dewi, 2000:14. Gambar 2.1 Laboratorium Busana

2.4 Hasil Belajar

Menurut Morgan etal 1986:140 menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif yang terjadi karena hasil dari praktek atau pengalaman. Belajar merupakan proses penting bagi perubahan manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang diperkirakan dan di kerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan bahkan persepsi manusia. Oleh karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar belajar, seseorang mampu memahami bahwa aktifitas belajar itu memegang peranan penting dalam psikologis. Menurut Gagne 1984 konsep tentang belajar terdapat 3 unsur utama: 1. Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku untuk mengukur apakah seseorang telah belajar. Maka di perlukan perbandingan antara perilaku sebelum dan sesudah mengalami kegiatan belajar. Apabila terjadi perbedaan perilaku, maka dapat di simpulkan bahwa seseorang telah belajar. 2. Perubahan perilaku itu terjadi karena di dahului oleh proses pengalaman. perubahan perilaku karena pertumbuhan dan kematangan fisik seperti tinggi dan berat badan kekuatan fisik tidak di sebut sebagai hasil belajar. 3. Perubahan perilakau karena belajar bersifat relatif permanen, namanya perubahan perilaku yang terjadi pada diri seorang adalah sukar untuk di ukur. Biasanya perubahan perilaku dapat berlangsung selama satu hari, satu minggu, satu bulan atau bahkan bertahun-tahun. Belajar merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat berbagai unsur yang saling kait mengkait sehingga menghasilkan perubahan perilaku Gagne. Beberapa unsur yang di maksud adalah sebagai berikut: 1. Pembelajar dapat berupa peserta didik, pembelajar dapat berupa warga belajar dan peserta pelatihan pembelajaran memiliki organ penginderaan yang di gunakan untuk mentranformasikan hasil penginderaan kedalam memori yang komplek dan syarat atau otot yang di gunakan untuk menampilkan kinerja yang menunjukkan apa yang telah di pelajari. 2. Rangsangan stimulus yang diterima oleh pembelajar kemudian di organisir dalam bentuk kegiatan syarat beberapa rangsangan itu di simpan di dalam memorinya. Kemudian memori tersebut di terjemahkan ke dalam merespon sesuatu di rangsangan stimulus. Peristiwa yang merangsang penginderaan pembelajar di situasi stimulus dalam kehidupan seseorang terdapat banyak stimulus yang berada di lingkungannya suara, sinar, warna, panas, dingin, tanaman, gedung dan orang adalah stimulus yang selalu berada di lingkungan seseorang. Agar pembelajar mampu belajar optimal ia harus memfokuskan pada stimulus tertentu. 3. Memori, memori pembelajar berisi berbagai kemampuan yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap dari aktifitas belajar sebelumnya. 4. Respon, tindakan yang di hasilkan dari aktualisasi memori di sebut respon. Pembelajar yang sedang mengamati stimulus, maka memori yang ada dalam dirinya kemudian memberikan respon terhadap stimulus tersebut. Respon dalam pembelajaran di amati pada akhir proses pembelajaran yang di sebut perubahan perilaku atau perubahan kinerja performent Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang di peroleh pembelajaran setelah mengalami aktifitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang di pelajari oleh pembelajar oleh karena itu apabila pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep maka perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang di pelajari oleh pembelajar oleh karena itu apabila pembelajar mempelajari pengetahuan terhadap konsep. Dalam pembelajaran perubahan perilaku yang akan di capai oleh pembelajar setelah melaksanakan aktifitas belajar di rumuskan dalam tujuan pembelajaran Katarina Tri Ani 2004:5. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Katarina Tri Ani 2004:11 adalah kondisi internal dan eksternal pembelajar. Kondisi internal mencakup kondisi fisik seperti kesehatan organ tubuh. Kondisi psikis seperti kemampuan intelektual, emosional. minat, kondisi sosial seperti kemampuan bersosialisasi dalam lingkungan, kesempurnaan dan kualitas kondisi internal yang di miliki pembelajar akan berpengaruh terhadap kesiapan proses hasil belajar. Faktor-faktor internal ini dapat berbentuk sebagai akibat dari pertumbuhan, pengalaman belajar dan perkembangan. Beberapa faktor eksternal: variasi dan derajat, kesulitan materi stimulus yang di pelajari di respon tempat belajar, iklim, suasana lingkungan dan budaya belajar masyarakat akan mempengaruhi kesiapan proses dan hasil belajar. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah dari hasil tes yang diberikan melalui tes teori sedangkan hasil belajar praktek yang diperoleh dari dokumen guru pengajar muatan lokal tata busana, hasil tersebut selanjutnya dirata-rata. Tabel 2.6 Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar Mata Pelajaran Tata Busana di SMP sumber : buku paket muatan lokal tata busana kelas VIII Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Mengkomunikasikan tentang disain busana anak dan mempraktekan pembuatan seragam sekolah. 2. Mengkomunikasikan penggunaan pola untuk membuat pakain 1.1 Mendiskripsikan tentang pemahaman disain busana yang sesuai untuk berbagai kesempatan 2.1 Mendiskripsikan penggunaan pola untuk membuat pakain 2.1.1 Mendiskripsikan tentang penerapan dan cara mengambil ukuran badan anak putra dan putri. 2.1.2 Mendeskripsikan tentang cara membuat pola konstruksi 2.1.3 Mendiskripsikan tentang cara membuat pola seragam smp dengan ukuran sebenarnya

2.4 Mata Pelajaran Muatan Lokal Tata Busana

Dokumen yang terkait

PERENCANAAN LABORATORIUM TATA BUSANA PADA KELAS UNGGULAN PROGRAM KEAHLIAN TATA BUSANA DI SMK NEGERI 3 MAGELANG

1 11 200

HUBUNGAN FASILITAS BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR MENJAHIT BLUS PADA SISWA KELAS X JURUSAN TATA BUSANA DI SMK N 1 KENDAL

2 46 141

TINGKAT KEPUASAN SISWA TATA BUSANA PADA KECUKUPAN FASILITAS BELAJAR BUSANA BUTIK SMK NEGERI 1 KENDAL

0 13 160

HUBUNGAN PENGETAHUAN MENGHIAS BUSANA DENGAN HASIL BELAJAR HIASAN SULAM PITA SISWA KELAS XI TATA BUSANA SMK PENCAWAN MEDAN.

2 14 27

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MEMBUAT POLA BUSANA WANITA PADA SISWA KELAS XI JURUSAN TATA BUSANA SMK NEGERI 1 KISARAN.

0 3 26

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN KEHADIRAN SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP Pengaruh Minat Belajar Dan Kehadiran Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Mojosongo.

0 2 15

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN KEHADIRAN SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP Pengaruh Minat Belajar Dan Kehadiran Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Mojosongo.

0 2 14

PENERAPAN HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN PADA PENGELOLAAN USAHA BUSANA OLEH ALUMNI PENDIDIKAN TATA BUSANA.

0 2 21

HUBUNGAN MINAT BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PENGANTAR PARIWISATA PADA SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN TATA BUSANA DI SMK NEGERI 1 WONOSARI.

6 41 174

Pengaruh Hasil Belajar Matematika Terhadap Hasil Belajar Pembuatan Pola Busana Siswa Kelas XI Di SMKN1 Pogalan Jurusan Tata Busana - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 6 206