1.1. Latar Belakang
Pada dasarnya, manusia sebagai makhluk hidup dihadapkan pada dua kebutuhan utama, yaitu kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder.
Kebutuhan primer sendiri dapat diurai lagi menjadi tiga kebutuhan yang lebih spesifik, yaitu kebutuhan manusia akan pangan, sandang dan papan.
Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari kebutuhannya akan makanan. Kebutuhan ini menjadi elemen pokok bagi seseorang untuk
mempertahankan hidup. Namun dewasa ini, keinginan manusia untuk mengkonsumsi makanan lain disamping makanan pokok cukup besar. Hal
ini dapat dilihat dari penurunan pengeluaran rata-rata per kapita sebulan untuk makanan pokok cukup signifikan. Persentase pengeluaran rata-rata per
kapita sebulan menurut sub kelompok makanan Indonesia tahun 1993, 1996, 1999 dan 2004 dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :
Tabel 1. Persentase pengeluaran rata-rata per kapita sebulan menurut sub kelompok makanan Indonesia tahun 1993, 1996, 1999 dan 2004
Jenis Pengeluaran 1993 1996 1999 2004
Makanan Pokok beras 25,8
24,3 27,9
18,7 Makanan Protein Tinggi susu dan telur
19,5 19,8
17,1 20,1
Makanan Jadi makanan siap saji 13,5
15,4 15,1
18,8 Makanan lainnya sayuran dan buah-buahan
41,2 40,5
39,9 42,3
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional 1993, 1996, 1999,2004
Pengeluaran untuk makanan pokok mengalami penurunan yang berarti yaitu 25,8 persen tahun 1993 menjadi 18,7 persen tahun 2004, sebaliknya
pengeluaran untuk makanan jadi meningkat dari 13,5 persen tahun 1993 menjadi 18,8 persen pada tahun 2004. Demikian pula pengeluaran untuk
makanan berprotein mengalami peningkatan dari 19,5 persen tahun 1993 menjadi 20,1 persen pada tahun 2004. Gambaran ini memperlihatkan
pergeseran pola konsumsi makanan penduduk sebagai cerminan gaya hidup modern modernisasi.
mengalami peningkatan tiap tahunnya, seperti industri makanan atau restoran di Indonesia mulai menunjukkan adanya perubahan. Pada awalnya
industri tersebut hanya terdiri dari beberapa perusahaan makanan lokal atau tradisional, namun pada awal tahun 1970-an industri ini mulai diramaikan
dengan masuknya sebuah perusahaan makanan dari luar negeri. Perusahaan tersebut menawarkan kekhasan produknya yaitu siap saji fast food yang
berupa ayam goreng, french fries, dan hamburger. Ciri khas perusahaan tersebut tidak hanya terlihat pada produk tetapi juga pada sistem manajemen
perusahaan. Perusahaan asing ini menggunakan sistem waralaba franchise yang pada waktu itu belum dikenal luas di Indonesia.
Perkembangan teknologi dan informasi yang semakin sempurna mengarah pada suatu peningkatan persaingan. Manusia dituntut untuk lebih
kreatif dan mempunyai semangat untuk bekerja keras. Pengaruh yang signifikan ini terlihat pada perkembangan gaya hidup masyarakat Indonesia.
Perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia yang cenderung konsumtif yang disertai peningkatan daya beli masyarakat menyebabkan bergesernya
pola konsumsi yang mengarah kepada peningkatan intensitas masyarakat dalam membeli makanan dan minuman di restoran. Pergeseran gaya hidup
ini terlihat pula dalam pergaulan sehari-hari. Konsumen lebih mementingkan gengsi prestige sehingga mereka lebih bangga membeli atau menggunakan
produk luar negeri dibandingkan dengan produk dalam negeri. Adanya
sinyal-sinyal yang
menguntungkan tersebut
segera dimanfaatkan oleh perusahaan makanan siap saji fast food untuk masuk ke
dalam pasar Indonesia. Sejalan dengan masuknya perusahaan-perusahaan fast food
sejenis menyebabkan perebutan pangsa pasar market share dalam industri makanan. Persaingan akan memberikan dorongan bagi perusahaan
untuk berusaha menciptakan kualitas produk dan layanan sebaik mungkin untuk memuaskan dan memenuhi harapan konsumen. Oleh sebab itu,
perusahaan dituntut memiliki strategi yang efektif untuk mempertahankan posisinya di dalam pasar.
memiliki strategi khusus untuk memasuki persaingan industri makanan cepat saji. Strateginya adalah menawarkan produk yang berbeda dengan
pesaing usaha makanan cepat saji lainnya yaitu semua jenis makanan yang dijual dan disajikan dalam bentuk ditusuk seperti sate dan untuk
menikmatinya, cukup dengan dicelupkan ke dalam kuah mendidih, digoreng atau dikukus. Setelah itu disiram dengan beragam jenis sambal yang telah
disajikan. Makanan pun disajikan dengan tataan rapi di atas satu mobil yang didesain khusus. Dengan strategi tersebut, diharapkan dapat menguasai
pangsa pasar di Indonesia dan mampu bersaing dengan pesaing makanan cepat saji lainnya.
Mr. Celup’s memiliki empat gerai di Bogor dan memiliki franchisee diberbagai wilayah yaitu Semarang, Jakarta, Bandung, Pekalongan, Serpong,
Depok, Tangerang, Surabaya, Yogyakarta, Lampung, Surakarta, Malang, Tasikmalaya, Cibinong, Bekasi, Solo, Kediri, Balikpapan, Pekanbaru,
Cirebon, Tegal, Salatiga, Cilandak, Purwokerto, Samarinda, Batam, Makasar dan Purwakarta. Dan memiliki konsep tempat makanan yang unik
dan pertama di Indonesia, maka Mr. Celup’s menjadi market leader di dalam pangsa pasarnya.
Namun seiring berjalannya waktu, timbul beberapa masalah yang dihadapi oleh CV.Celup Mitra Saudara diantaranya adalah : muncul pesaing-
pesaing baru yang menjadi follower yaitu Stick ’n celup dan C’lup-C’lup dengan menerapkan konsep strategi pemasaran yang sama, dan terjadinya
pergeseran strategi pemasaran oleh Supplier bahan bakunya. Hal tersebut mengakibatkan perusahaan mengalami penurunan penjualan secara
signifikan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Data penjualan CV.Celup Mitra Saudara
Bulan Penjualan
Juli’04 238.102.000
Agustus’04 179.862.000
September’04 131.770.500
Oktober’04 123.736.500
November’04 150.570.000
Desember’04 136.240.000
Januari’05 103.311.500
Februari’05 88.460.500
Maret’05 74.723.500
April’05 70.284.000
Mei’05 66.336.500
Juni’05 60.774.000
Juli’05 67.819.500
Agustus’05 71.436.000
September’05 47.285.000
Oktober’05 45.423.000
November’05 53.188.000
Desember’05 72.481.000
Sumber : CV.Celup Mitra Saudara Oleh karena itu, perusahaan harus mencari dan menganalisis alternatif
strategi yang tepat dan efektif agar dapat bersaing dengan para pesaingnya dan mempertahankan posisinya di dalam pasar. Disamping itu, untuk
memperkuat pemilihan alternatif strategi penulis mengadakan wawancara dengan beberapa konsumen. Berdasarkan hal tersebut, penulis mengambil
topik pemasaran dalam penyusunan proposal penelitian dan skripsi yang berjudul “Analisis Strategi Pemasaran Pada CV. Celup Mitra Saudara“.
1.2. Rumusan Masalah