-
Peraturan yang ditetatpan oleh suatu badan legislatif
-
Anggaran atau ukuran prestasi yang ditetapkan oleh manajemen
-
Prinsip Akuntansi Berterima Umum PABU di Indonesia 6. Penyampaian hasil atestasi, dimana penyampaian hasil dilakukan secara
tertulis dalam bentuk laporan audit audit report. 7. Pemakai yang berkepentingan, pemakai yang berkepentingan terhadap
laporan audit adalah para pemakai informasi keuangan, misalnya pemegang saham, manajemen, kreditur, calon investor, organisasi buruh
dan kantor pelayanan pajak Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa audit
adalah kegiatan pengumpulan, pengevaluasian bahan bukti yang dilakukan oleh seorang yang independen dan kompeten dengan tujuan untuk meningkatkan
tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan dengan kriteria yang telah ditetapkan, yang akan berguna bagi pihak yang berkepentingan.
2.1.2 Jenis Audit
Menurut Mulyadi 2002 : 30 audit terdiri dari tiga golongan yaitu “ audit laporan keuangan financial statement audit, audit operasional operasional
audit dan audit kepatuhan compliance audit”.
2.1.2.1 Audit Laporan Keuangan Financial Statement Audits
Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan wajar, sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria
tertentu tersebut adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum. Prinsip akuntansii
yang berlaku umum di Indonesia dimuat dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia IAI.
Menurut Mulyadi 2002 : 72 “Asersi assertion adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen laporan keuangan”. Asersi dari
laporan keuangan ini merupakan informasi yang ada dalam laporan keuangan. Bukti audit yang tersedia dapat berupa dokumen, catatan dan bahan bukti yang
berasal dari sumber-sumber diluar perusahaan. Hasil akhir audit dalam bentuk opini auditor, yang dihasilkan oleh akuntan publik sebagai auditor independent.
Adapun pengguna laporan keuangan yang dihasilkan oleh akuntan independent tersebut biasanya untuk pihak ekstrrem perusahaan, seperti analisis keuangan,
kreditor, supplier, investor, dan pemerintah. Didalam laporan keuangan dapat terjadi kemungkinan adanya
“information risk”, resiko ini menunjukkan kemungkinan informasi yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan usaha tidak tepat. Resiko
informasi tersebut disebabkan karena adanya kemungkinan tidak akuratnya laporan keuangan organisasi yang bersangkutan. Selain itu kondisi masyarakat
yang kompleks menjadi penyebab terdapat kemungkinan pemngambil keputusan memperoleh informasi yang tidak dapat dipercaya dan tidak dapat diandalkan.
Menurut Rahayu dan Suhayati 2009 : 5 “penyebab information risk adalah jauhnya sumber informasi, motif penyedia informasi, banyaknya data,
kompleksitas transaksi dan perbedaan kepentingan”. 1. Jauhnya sumber informasi
Jauhnya sumber informasi yang diperoleh pengambil keputusan sulit didapatkan secara langsung dari partner usaha, biasanya diperoleh dari
pihak lain, hal ini akan menimbulkan ketidak tepatan informasi. Keterbatasan akses terhadap data akuntansi bagi pemakai laporan
keuangan meliputi kendala waktu, ketelitian dan tenaga. Pemakai laporan keuangan kemudian lebih mempercayakan kepada pihak auditor
independen untuk memeriksa laporan keuangan. 2. Motif penyedia informasi
Adanya motif penyedia informasi tertentu yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari penyajian informasinya. Penyebab dari hal
ini adalah karena adanya kepercayaan yang sangat tinggi mengenai harapan masa depan dan juga karena adanya unsur kesengajaan memberi
kesan baik kepada pihak lain. Hal tersebut menjadikan informasi tidak benar, ketidakakuratan ini dapat berupa mark-up angka, dan penjelasan
tidak memadai. 3. Banyaknya data
Luasnya usaha organisasi membuat semakin kompleks dan banyaknya transaksi usaha. Jika setiap depatrtemen yang ada dalam organisasi
tersebut tidak memiliki prosedur yang tepat dalam menjalankan usahanya, kemungkinan kesalahan baik kecil, maupun besar tidak dapat
terderdeteksi, sehingga menyebabkan menumpuknya kesalahan yang akan berefek pada ketidaktepatan pencatatan informasi dalam pembukuan. Hal
ini kan membuat ketidakakuratan laporan keuangan.
4. Kompleksitas transaksi Perkembangan perusahaan yang pesat membuat transaksi keuangan
semakin kompleks, dan semakin sulit untuk dicatat dengan baik. Peraturan akuntansi yang bersinggungan dengan entitas lain membuat masalah
menjadi penting dan sulit. Penyajian laporan keuangan yang semakin kompleks karena dunia bisnis yang selalu berkembang pesat
mengakibatkan semakin tingginya resiko kesalahan interprestasi dan penyajian laporan keuangan. Masalah ini tentunya akan mempengaruhi
pemakai laporan keuangan yang semakin sulit dalam mengevaluasi kualitas laporan keuangan. Oleh karena itu audit laporan keuangan
diperlukan untuk memastikan kualitas laporan keuangan yang telah dibuat manajemen.
5. Perbedaan kepentingan Manajemen akan berusaha agar laporan keuangan memperlihatkan kinerja
yang baik, dengan meningkatkan laba dengan mengubah perlakuan akuntansi. Para pemakai laporan keuangan memiliki kepentingan lain yang
berbeda dengan manajemen, dimana pemegang saham mengharapkan deviden besar, tapi kreditur lebih senang jika tidk ada pembagian deviden.
Sehingga dibutuhkan kepastian laporan keuangan yang bebas dari konflik kepentingan. Laporan keuangan perlu di audit untuk menentukan
kewajaran laporan keuangan. Audit laporan keuangan diperlukan untuk meningkatkan keyakinan pemakai laporan keuangan.
2.1.2.2 Audit Operasional Operational Audits