manajemen senior dan dewan, sehingga mereka akan mendapatkan kerja sama dari pihak yang diperiksa dan dapat menyelesaikan
pekerjaannya secara bebas dari berbagai campur tangan pihak lain.
2. Objektivitas Merupakan sikap mental independen yang harus dimiliki oleh auditor
internal dalam melaksanakan suatu pemeriksaan. Auditor internal ini tidak boleh menempatkan penilaian yang lebih rendah apabila
dibandingkan dengan penilaian yang dilakukaan oleh pihak lain. Dengan kata lain penilaian tidak boleh berdasarkan hasil penilaian
yang dilakukan oleh pihak lain. Sikap objektif auditor internal mengharuskan pelaksanaan pemeriksaan dengan suatu cara, sehingga
mereka akan yakin dengan hasil pemeriksaan yang telah dilaksanakan dan tidak akan membuat penilaian dengan kualitias yang tidak benar
atau meragukan. Auditor internal tidak boleh ditempatkan dalam keadaan yang membuat mereka tidak dapat membuat penilaian yang
objektif dan profesional.
Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal 2004 : 8, menyatakan bahwa : “Fungsi audit internal harus ditempatkan pada posisi yang
memungkinkan fungsi tersebut memenuhi tanggung jawabnya. Independensi akan meningkat jika fungsi audit internal memiliki akses komunikasi yang memadai
terhadap pimpinan dan dewan pengawas organisasi.”
2.2.7 Karakteristik Audit Internal Yang Baik
Dalam menganalisa karakteristik pengawasan internal yang baik, perlu terlebih dahulu untuk mengetahui pengertian dan tujuan pengawasan internal,
standar pengawasan internal, karakteristik atau ciri-ciri pengawasan internal yang baik serta keterbatasan pengawasan internal.
Struktur pengawasan internal dapat mempunyai pengertian yaitu struktur pengawasan internal dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti luas,
system pengawasan internal dapat dipandang sebagai system sosial social system yang mempunyai wawasan dan makna khusus yang berada dalam organisasi
perusahaan.
Sistem tersebut terdiri dari kebijakan, teknik, prosedur, alat-alat listrik, dokumentasi, orang-orang yang berinteraksi satu sama lain diarahkan untuk
melindungi harta, menjamin terhadap terjadinya hutang yang tidak layak, menjamin ketelitian dan dapat dipercayainya data akuntansi, dapat diperolehnya
operasi yang efisien dan menjamin ditaatinya kebijakan perusahaan. Standar pengawasan internal dalam buku Sawyer 2005 : 23 terdapat
Statement on Internal Auditing Standard SIAS atau pernyataan atas standar audit internal, berisi :
1. Kontrol : konsep dan tanggung jawab, 2. Mengkomunikasikan hasil,
3. Pencegahan, pendeteksian, investigasi, dan pelaporan kecurangan, 4. Keyakinan kualitas,
5. Hubungan auditor internal dengan auditor luar yang independen, 6. Kertas kerja audit,
7. Komunikasi dengan Dewan Direksi, 8. Prosedur audit analitis,
9. Penentuan resiko, 10. Evaluasi pencapaian tujuan dan sasaran operasi atau program,
11. Pernyataan Omnibus 1992, 12. Perencanakan penugasan audit,
13. Menindaklanjuti laporan audit, 14. Daftar kata,
15. Pengawasan, 16. Ketaatan audit terhadap kebijakan, rencana, prosedur, hukum, regulasi
dan kontrak, 17. Penilaian kinerja auditor eksternal,
18. Penggunaan penyedia jasa dari luar.
2.2.8 Ruang Lingkup Audit Internal
Menurut Tugiman 2001 : 17 : “Lingkup pekerjaan pemeriksaan internal harus meliputi pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan serta efektivitas sistem
pengendalian internal yang dimiliki organisasi dan kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan”.
Menurut Guy dkk 2002 : 410 : “Ruang lingkup audit internal meliputi pemeriksaan dan evaluasi yang memadai serta efektifitas sistem pengendalian
internal organisasi dan kualitas kinerja dalam melaksanakan tanggungjawab yang dibebankan”.
2.3 Sistem Pengendalian Intern