Modul Produk Cake Berbasis PBL Problem Based Learning

30 c. Penyelidikan kelompok Pada tahap ketiga ini pembelajaran berbasis masalah yaitu penyelidikan kelompok, peserta didik melakukan diskusi bersama teman sekelompok untuk menyelidiki atau mencari tahu serta mengumpulkan informasi untuk dapat menjawab permasalahan yang berorientasi pada cake. d. Pengembangan dan penyajian hasil karya Pada tahap pengembangan dan penyajian hasil karya, guru membantu siswa untuk mengembangkan dan menyajikan hasil diskusinya yang berkaitan dengan pengembangan produk cake yang berorientasi pada jasa. Sedangkan peran siswa yaitu menganalisis data hasil yang telah dikembangkan. e. Pengevaluasi hasil penyelidikan Tahap terakhir pada pembelajaran berbasis PBL Problem Based Learning yaitu mengevaluasi hasil penyelidikan. Pada tahap ini peserta didik akan mempresentasikan hasil diskusi dari masing-masing kelompok. Modul produk cake berbasis PBL Problem Based Learning dilengkapi dengan tes formatif pada setiap akhir subbab bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mempelajari materi tentang produk cake yang berorientasi pada jasa dan pemecahan masalah yang harus di jawab oleh peserta didik sebelum mengawali pembelajaran produk cake. Berdasarkan paparan penjelasan diatas dapat digambarkan tentang kerangka pengembangan modul produk cake berbasis PBL Problem Based Learning pada Gambar 1. 31 Gambar 1. Kerangka Pengembangan Modul Produk Cake Berbasis PBL Problem Based Learning

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dilakukan oleh Al Widayati 2014 berjudul “ Pengembangan Modul Pembelajaran Pengetahuan Bahan Makanan Siswa Kelas X SMK Neger 6 Yogyakarta” . Uji produk dan instrumen dilakukan kepada 32 siswa. I nstrumen yag digunakan yaitu wawacara, observasi, angket dan tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan modul pengetahuan bahan makanan melalui 3 tahap yaitu tahap define, tahap design, tahap develop. Kelayakan modul pengetahuan bahan makanan dengan kategori sangat layak sebesar 71,86 dan kategori layak sebesar 18,14 . Hasil ini menunjukkan Menyampaikan tujuan pembelajaran, penyajian masalah terkait dengan bahan-bahan yang digunakan dalam proses pengolahan, metode pembuatan dan konsep cake berdasarkan klasifikasinya Membagi peserta didik dalam beberapa kelompok 5-6 anggota dan menyuruh siswa menjawab pertanyaan terkait masalah yang disajikan. Pertanyaaan-pertanyaan tersebut ada dikolom Ayo Cari Tahu Terdapat kolom “ Ayo Diskusi” berisi tujuan yang telah dipaparkan dan petunjuk diskusi mengamati, menanya, mengupulkan data, mengasosiasi dan mengkomunikasikan hasil terkait dengan bahan-bahan yang digunakan dalam proses pengolahan, teknik pengolahan dan konsep cake berdasarkan klasifikasinya Pada setiap akhir subbab dilengkapi dengan tes formatif serta dilengkapi dengan pedoman penilaian. Tes formatif tersebut berkaitan dengan bahan-bahan, metode pembuatan dan konsep cake berdasarkan klasifikasinya. 32 bahwa modul layak digunakan untuk pembelajaran peserta didik kelas X SMK Negeri 6 Yogyakarta Penelitian yang dilakukan oleh Ratih Tiaraningrum 2015 berjudul “ Pengembangan Modul Pengolahan Pagan Dan Sayuran Pada Mata Pelajaran Prakarya Kelas VI di SMP Negeri 1 Piyungan Yogyakarta” . Uji coba produk dan instrumen dilakukan kepada 24 siswa. I nstrumen yang digunakan yaitu observasi, wawancara dan angket. Hasil penelitian menunjukkan kelayakan modul pengolahan pangan dan sayuran pada mata pelajaran prakarya dengan kategori sangat layak sebesar 58,33 dan kategori layak sebesar 41,67 . Hasil ini menunjukkan bahwa modul sangat layak digunakan untuk pembelajaran peserta didik kelas VI di SMP Negeri 1 Piyungan. Penelitian yang dilakukan oleh Tri Amallia Seftriana 2015 berjudul “ Pengembangan Modul Kimia Berbasis Problem Based Learning Pada Materi Koloid Sebagai Sumber Belajar Mandiri Siswa” . Uji coba produk dan instrumen dilakukan kepada 24 responden. I nstrumen yang digunakan yaitu observasi, dokumentasi, angket dan tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modul kimia berbasis PBL dengan kriteria layak sebesar 3,64 dan kriteria baik sebesar 3,15 . Hasil ini menunjukkan bahwa modul kimia berbasis PBL Problem Based Learning pada materi koloid layak dan efektif diterapkan dalam proses pembelajaran kimia.

C. Kerangka Pikir

Proses pembelajaran produk cake merupakan pembelajaran yang melibatkan kreativitas dan inovasi dalam mengembangkan produk cake yang berorientasi pada jasa. Akan tetapi, pada kenyataan proses pembelajaran produk 33 cake selama ini rata-rata siswa tidak memiliki kreativitas dan inovasi dalam mengembangkan produk cake yang dapat berorientasi pada jasa. Siswa hanya mengembangkan produk cake yang diberikan oleh guru saja dan tidak mempunyai imajinatif untuk mengembangkan produk cake yang dapat berorientasi pada jasa. Pembelajaran produk cake diharapkan dapat memberikan pengalaman langsung dalam proses pembelajarannya. Proses pembelajaran tersebut memperlukan suatu sumber yang dapat digunakan sebagai alat bantu peserta didik untuk membentuk pemahaman dan meningkatnya aspek psikomotor. Salah satu sumber belajar yang dibutuhkan dalam pembelajaran tersebut adalah modul. Modul sebagai pedoman kegiatan peserta didik yang dapat digunakan sebagai alat bantu yang dapat meminimalkan penjelasan guru sebagai satu-satunya sumber pengetahuan bagi siswa namun guru hanya sebagai fasilator. Modul tidak terlepas dari model pembelajaran yang digunakan oleh guru, sehingga diperlukan model pembelajaran yang dapat melatih peserta didik memperoleh pemahaman secara langsung dengan panduan modul. Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam memecahan masalah dalam kehidupan nyata. Selain itu, langkah-langkah pemecahan masalah dalam PBL Problem Based Learning dapat melatih peserta didik untuk mengembangkan ket rampilan tangan dan kemampuan berpikir siswa. Berdasarkan alasan diatas maka penulis memcoba membuat modul yang dapat membantu peserta didik terlibat secara langsung dalam mengembangkan produk cake yang dapat berorientasi pada jasa, melalui modul produk cake