Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru sebagai tenaga pendidik dan pengajar di sekolah dituntut mampu berperan aktif dalam peningkatan kualitas pendidikan Indonesia. Dalam menjalankan tugasnya tersebut, sayangnya banyak guru belum menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan metode dan media pembelajaran yang tepat guna mendukung proses pembelajaran. Dampaknya siswa yang diajarnya tidak mudah mengerti dan memahami materi pelajaran. Cara-cara tersebut, juga menyebabkan siswa memiliki motivasi yang rendah selama mengikuti proses belajar mengajar. Menurut Uno 2007:1, motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karenanya, motivasi dalam belajar dapat diartikan sebagai kekuatan atau daya penggerak yang mendorong diri seorang siswa untuk belajar. Sebagai salah satu bentuk penanda bahwa seseorang termotivasi dalam belajar adalah adanya hasrat atau keinginan dan kesadaran untuk belajar. Guru idealnya mampu menarik kembali perhatian siswa dengan cara menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan metode dan media pembelajaran yang tepat dan menyenangkan. Harapannya dengan hal tersebut siswa termotivasi untuk belajar. Tetapi banyak fakta menunjukkan bahwa motivasi siswa sering tidak muncul ketika siswa mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini disebabkan banyak guru masih menggunakan metode ceramah saja dalam menyampaikan materi pelajaran. Meskipun tidak ada yang salah dengan penggunaan metode tersebut, akan tetapi metode tersebut dalam situasi tertentu tidak tepat. Umumnya, banyak siswa merasa bosan ketika siswa harus mendengarkan dan memperhatikan materi pelajaran yang sedang dijelaskan oleh guru. Pemerintah sudah memberlakukan Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK pada tahun 2004. Pada tahun 2006, kurikulum tersebut diubah menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006:3. Salah satu prinsip pelaksanaan KTSP adalah kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan lima pilar belajar, yaitu: a belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b belajar untuk memahami dan menghayati; c belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif; d belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain; dan e belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22, 2006:5. Berdasarkan prinsip tersebut, proses pembelajaran idealnya menyenangkan dan mendorong siswa terlibat aktif di dalamnya. Guru selanjutnya bertindak sebagai fasilitator pembelajaran. KTSP sudah diterapkan di berbagai sekolah, termasuk di dalamnya SMK BOPKRI 1 Yogyakarta. Pada setiap mata pelajaran kurikulum disusun berdasarkan standar isi SI yang mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu dan standar kompetensi lulusan SKL yang merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Meskipun kurikulum sudah disusun berdasarkan SI dan SKL, akan tetapi implementasi pada proses belajar mengajarnya belum sesuai dengan salah satu prinsip KTSP karena proses pembelajaran belum menyenangkan dan siswa tidak sepenuhnya terlibat dalam proses pembelajaran tersebut. Para guru di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta umumnya belum menggunakan metode dan media pembelajaran yang dapat menumbuhkan keterlibatan seluruh siswa. Sebagian besar siswa memiliki perhatian yang rendah terhadap proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan tidak dimilikinya hasrat dan kebutuhan untuk belajar. Karena masih dijumpai dalam kelas terdapat beberapa siswa yang bersikap acuh tak acuh, tidur-tiduran, bermain HP, ataupun asyik membicarakan hal-hal lain dengan teman di luar materi pelajaran pada saat guru menjelaskan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa masih rendah. Berdasarkan fenomena tersebut di atas, guru idealnya merubah metode mengajar yang dirasa kurang efektif. Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa tipe, salah satunya adalah tipe teams games tournament TGT. TGT adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan yang menyenangkan Slavin, 1995:84. Dalam pembelajaran ini terdapat lima komponen yaitu: 1 presentasi kelas berupa penyampaian materi kepada siswa; 2 pembagian kelompoktim untuk mendalami materi; 3 games yang dirancang untuk pembelajaran dalam bentuk permainan yang menyenangkan; 4 turnamen yang bertujuan untuk menciptakan kompetisi yang sehat antar siswa; dan 5 penghargaan bagi kelompok yang mendapatkan prestasi terbaik. Diharapkan dengan menggunakan metode TGT ini akan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dikarenakan pembelajaran dilakukan dalam kelompok. Siswa akan berdiskusi dengan teman-temannya dan penilaian hasil belajar menggunakan sistem permainan akademik sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas, yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament TGT dan menyelidiki dampaknya terhadap motivasi belajar siswa. Penelitian ini selanjutnya dituangkan dalam judul “Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament TGT pada Mata Pelajaran Akuntansi”. Penelitian ini akan dilaksanakan pada siswa kelas X jurusan Akuntansi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta.

B. Batasan Masalah

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Peningkatan hasil belajar kimia siswa dengan mengoptimalkan gaya belajar melalui model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) penelitian tindakan kelas di MAN 11 Jakarta

0 27 232

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMK Sanjaya Pakem kelas X pada mata pelajaran akuntansi.

0 0 196

Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) guna meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi : penelitian dilaksanakan pada siswa kelas X SMA Bopkri 2 Yogyakarta.

0 0 352

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMK Sanjaya Pakem kelas X pada mata pelajaran akuntansi

0 7 194

Upaya peningkatkan motivasi belajar siswa melalui metode pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) pada mata pelajaran akuntansi : studi kasus siswa kelas X Jurusan Akuntansi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta - USD Repository

0 0 197