Upaya peningkatkan motivasi belajar siswa melalui metode pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) pada mata pelajaran akuntansi : studi kasus siswa kelas X Jurusan Akuntansi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta.

(1)

xi ABSTRAK

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI

Studi Kasus pada Siswa Kelas X Jurusan Akuntansi SMK BOPKRI 1Yogyakarta

Crescentiana Sri Widiarti Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi dengan pokok bahasan siklus akuntansi perusahaan dagang melalui penerapan metode kooperatif tipe teams games tournament (TGT).

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Dengan subyek penelitian adalah siswa kelas X Jurusan Akuntansi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 yang berjumlah 23 siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus dan masing-masing siklus menggunakan waktu 2 jam pertemuan. Dalam penelitian ini diterapkan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan pokok bahasan siklus akuntansi perusahaan dagang. Komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah presentasi materi, pembagian kelompok, games, turnamen, dan penghargaan kepada kelompok. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) instrumen observasi terhadap guru, (2) instrumen observasi terhadap siswa, (3) instrumen observasi terhadap kelas, (4) kuesioner motivasi, (5) instrumen refleksi oleh guru mitra, dan (6) instrumen refleksi oleh siswa terhadap perangkat dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan sebagai berikut: penerapan pembelajaran kooperatif menunjukkan bahwa dalam hal adanya hasrat dan keinginan berhasil mengalami peningkatan (pra penelitian sebesar 52%, target sebesar 65%, siklus I sebesar 80%, dan siklus II sebesar 90%); dalam hal adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar mengalami peningkatan (pra penelitian sebesar 43%, target sebesar 50%, siklus I sebesar 70%, dan siklus II sebesar 85%); dalam hal adanya harapan dan cita-cita masa depan mengalami peningkatan (pra penelitian sebesar 62%, target sebesar 70%, siklus I sebesar 80%, dan siklus II sebesar 85%); dalam hal adanya penghargaan dalam belajar mengalami peningkatan (pra penelitian sebesar 19%, target sebesar 30%, siklus I sebesar 40%, dan siklus II sebesar 65%); dalam hal adanya kegiatan yang menarik dalam belajar mengalami peningkatan (pra penelitian sebesar 57%, target sebesar 70%, siklus I sebesar sebesar 75%, dan siklus II sebesar 85%); dan dalam hal adanya


(2)

xii

lingkungan belajar yang kondusif juga mengalami peningkatan (pra penelitian sebesar 52%, target sebesar 60%, siklus I sebesar 85%, dan siklus II sebesar 90%). Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran akuntansi dalam penelitian ini sudah dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X Jurusan Akuntansi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta.


(3)

xiii ABSTRACT

AN EFFORT TO IMPROVE STUDENTS’ MOTIVATION BY APPLYING COOPERATIVE LEARNING METHOD OF TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) IN ACCOUNTING A Case Study on Students of The Tenth Grade of Accounting Study Program

at BOPKRI 1 Vocational High School Yogyakarta

Crescentiana Sri Widiarti Sanata Dharma University

Yogyakarta 2009

This research aims to find out the increase of student's motivation in learning Accounting on the topic of the trading company's accounting cycle using the cooperative learning method of Teams-Games-Tournament (TGT).

It is a Classroom Action Research (CAR). The research subjects were 23 students of the tenth grade of Accounting Study Program at BOPKRI 1 Vocational High School Yogyakarta in 2008/2009 academic year. The classroom action research was conducted in two cycles, which every cycle lasts in a two-hour lesson. This research applied a cooperative learning method of TGT to teach the trading company's accounting cycle. The primary components of the research consist of (1) instruments for teacher observation, (2) instruments for student observation, (3) instruments for classroom observation, (4) questionnaires on motivation, (5) instruments for reflection from partner teacher, and (6) instruments for reflection from students about the cooperative learning method of TGT.

The result of the analysis can be concluded that: using the cooperative learning method, there was an increase of a number of learning aspects namely: student's desire to learn (pre-research is 52%, target is 65%, first cycle is 80%, and second cycle is 90%); student's motivation and needs for learning (pre-research is 43%, target is 50%, first cycle is 70%, and second cycle is 85%); student's expectation and their future ideals (pre-research is 62%, target is 70%, first cycle is 80%, and second cycle is 85%); student's appreciation in learning (pre-research is 19%, target is 30%, first cycle is 40%, and second cycle is 65%); the number of interesting learning activities (pre-research is 57%, target is 70%, first cycle is 75%, and second cycle is 85%); the favorable learning atmosphere (pre-research is 52%, target is 60%, first cycle is 85%, and second cycle is 90%). This conclusion indicates that the implementation of the cooperative learning method of TGT in Accounting has been able to increase the learning motivation of students of the tenth grade of Accounting Study Program at BOPKRI 1 Vocational High School Yogyakarta.


(4)

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI Studi Kasus: Siswa Kelas X Jurusan Akuntansi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

CRESCENTIANA SRI WIDIARTI NIM: 051334066

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2009


(5)

i

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI Studi Kasus: Siswa Kelas X Jurusan Akuntansi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

CRESCENTIANA SRI WIDIARTI NIM: 051334066

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2009


(6)

(7)

(8)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

1. My Lord Jesus Christ, yang selalu mengasihiku lebih dari yang aku tahu dan selalu menemaniku serta menguatkanku dalam menghadapi hari-hariku; 2. Bapak Ignatius Suyadi dan Ibu Yustina Murniati, kedua orang tuaku yang

telah memberikan pengorbanan, perhatian dan kasih sayang, serta dukungan dari aku lahir sampai saat ini;

3. Adikku Benediktus Wahyu Widi Arisman, yang memberikan inspirasi kepadaku agar aku bisa jadi kakak yang baik dan bisa menjadi teladan;

4. Pother, yang telah banyak membantu dalam banyak hal, memberikan perhatian, dan selalu sabar menghadapi aku, terima kasih.


(9)

v

MOTTO

Aku berkata kepadamu: ” Engkau hamba-Ku, Aku telah memilih engkau

dan tidak menolak engkau”, janganlah takut, sebab aku menyertai engkau,

janganlah bimbang, sebab aku ini Allahmu, Aku akan meneguhkan, bahkan

akan menolong engkau, Aku akan memegang engkau dengan tangan

kanan-Ku yang membawa kemenangan.

(Yesaya 41:9b-10)

Sebab itu, terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa

Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam

kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan

dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.

(2 Korintus 12:9b-10)

Jalani hidup tanpa ketakutan, hadapi semua masalah dan yakinlah bahwa

kita dapat mengatasi semua itu...


(10)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan karya asli saya yang tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 22 Agustus 2009


(11)

vii

LEMBAR PERYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Crescentiana Sri Widiarti

Nomor Mahasiswa : 051334066

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI”. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 22 Agustus 2009

Yang menyatakan


(12)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih-Nya yang besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TURNAMENT (TGT) PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI”.

Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan skripsi ini tidaklah mungkin terlaksana dengan baik tanpa bantuan, kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta; sekaligus selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan, memberikan nasehat, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

4. Bapak S. Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

5. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

6. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan;

7. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu kelancaran proses belajar selama ini;


(13)

ix

8. Ibu Dra. Indri Pamiyarti selaku Kepala Sekolah SMK BOPKRI 1 Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian; 9. Staf pengajar, tenaga administrasi, dan siswa SMK BOPKRI 1 Yogyakarta,

khususnya untuk kelas X Akuntansi yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian;

10. Seluruh keluargaku: kedua orang tuaku Bapak Ignatius Suyadi dan Ibu Yustina Murniati, adikku Benediktus Wahyu Widi Arisman terima kasih atas segala cinta, kasih sayang, nasehat, pengorbanan serta dukungan baik moril, materiil, maupun spiritual yang telah diberikan selama ini, serta seluruh keluarga besar FX. Hadi Suwignyo danPawiro Utomo;

11. Potherku tercinta terima kasih untuk waktu dan perhatian yang selalu kamu berikan untuk menemaniku hari-hariku selama kurang lebih 3 tahun ini, untuk kesabaran dalam menghadapi aku, serta bantuan yang telah kamu berikan selama ini;

12. Keluarga besar Gatotkaca 9: Om Hepy, Bulek Yekti, Budhe Ria, Mas Yudo terima kasih sudah boleh tinggal selama 3 tahun ini, dan d’ Zita terima kasih atas keceriaan yang selalu kamu berikan, serta Dhita, Sance, Vita, Mba Mety, Mba Ningrum, Rya, Tere, Tetty, Mas Anton, dan Mas Budi terima kasih untuk bantuan, dukungan dan kebersamaan yang telah kita lewati bersama-sama, kalian adalah keluarga keduaku;

13. Teman dan sahabat aku: Andry, Rina, Mba Tya, Mba Rina, Mba Asih, Villa, Ertyn, Wulan, Tithe, Tri, Riri, Mas Eka, Wika, Toshu, Erra, Rini, Vita dan semua teman angkatan 2005 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih untuk kebersamaan selama kurang lebih empat tahun di kampus tercinta, Universitas Sanata Dharma. Hadiah terindah yang penulis terima saat berkenalan, berteman, bersahabat, berbagi, dan memperoleh kenangan indah bersama kalian. Kenangan itu tidak akan pernah terlupakan;

14. Teman-teman kecilku: Dwi Utami dan Radit, Fenty, Vincent, Tri Windarto, Dwi Sadono terima kasih untuk bantuan yang diberikan;

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan mendukung penulis selama penyusunan skripsi.


(14)

x

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan.

Penulis


(15)

xi ABSTRAK

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI

Studi Kasus pada Siswa Kelas X Jurusan Akuntansi SMK BOPKRI 1Yogyakarta

Crescentiana Sri Widiarti Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi dengan pokok bahasan siklus akuntansi perusahaan dagang melalui penerapan metode kooperatif tipe teams games tournament (TGT).

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Dengan subyek penelitian adalah siswa kelas X Jurusan Akuntansi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 yang berjumlah 23 siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus dan masing-masing siklus menggunakan waktu 2 jam pertemuan. Dalam penelitian ini diterapkan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan pokok bahasan siklus akuntansi perusahaan dagang. Komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah presentasi materi, pembagian kelompok, games, turnamen, dan penghargaan kepada kelompok. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) instrumen observasi terhadap guru, (2) instrumen observasi terhadap siswa, (3) instrumen observasi terhadap kelas, (4) kuesioner motivasi, (5) instrumen refleksi oleh guru mitra, dan (6) instrumen refleksi oleh siswa terhadap perangkat dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan sebagai berikut: penerapan pembelajaran kooperatif menunjukkan bahwa dalam hal adanya hasrat dan keinginan berhasil mengalami peningkatan (pra penelitian sebesar 52%, target sebesar 65%, siklus I sebesar 80%, dan siklus II sebesar 90%); dalam hal adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar mengalami peningkatan (pra penelitian sebesar 43%, target sebesar 50%, siklus I sebesar 70%, dan siklus II sebesar 85%); dalam hal adanya harapan dan cita-cita masa depan mengalami peningkatan (pra penelitian sebesar 62%, target sebesar 70%, siklus I sebesar 80%, dan siklus II sebesar 85%); dalam hal adanya penghargaan dalam belajar mengalami peningkatan (pra penelitian sebesar 19%, target sebesar 30%, siklus I sebesar 40%, dan siklus II sebesar 65%); dalam hal adanya kegiatan yang menarik dalam belajar mengalami peningkatan (pra penelitian sebesar 57%, target sebesar 70%, siklus I sebesar sebesar 75%, dan siklus II sebesar 85%); dan dalam hal adanya


(16)

xii

lingkungan belajar yang kondusif juga mengalami peningkatan (pra penelitian sebesar 52%, target sebesar 60%, siklus I sebesar 85%, dan siklus II sebesar 90%). Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran akuntansi dalam penelitian ini sudah dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X Jurusan Akuntansi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta.


(17)

xiii ABSTRACT

AN EFFORT TO IMPROVE STUDENTS’ MOTIVATION BY APPLYING COOPERATIVE LEARNING METHOD OF TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) IN ACCOUNTING A Case Study on Students of The Tenth Grade of Accounting Study Program

at BOPKRI 1 Vocational High School Yogyakarta

Crescentiana Sri Widiarti Sanata Dharma University

Yogyakarta 2009

This research aims to find out the increase of student's motivation in learning Accounting on the topic of the trading company's accounting cycle using the cooperative learning method of Teams-Games-Tournament (TGT).

It is a Classroom Action Research (CAR). The research subjects were 23 students of the tenth grade of Accounting Study Program at BOPKRI 1 Vocational High School Yogyakarta in 2008/2009 academic year. The classroom action research was conducted in two cycles, which every cycle lasts in a two-hour lesson. This research applied a cooperative learning method of TGT to teach the trading company's accounting cycle. The primary components of the research consist of (1) instruments for teacher observation, (2) instruments for student observation, (3) instruments for classroom observation, (4) questionnaires on motivation, (5) instruments for reflection from partner teacher, and (6) instruments for reflection from students about the cooperative learning method of TGT.

The result of the analysis can be concluded that: using the cooperative learning method, there was an increase of a number of learning aspects namely: student's desire to learn (pre-research is 52%, target is 65%, first cycle is 80%, and second cycle is 90%); student's motivation and needs for learning (pre-research is 43%, target is 50%, first cycle is 70%, and second cycle is 85%); student's expectation and their future ideals (pre-research is 62%, target is 70%, first cycle is 80%, and second cycle is 85%); student's appreciation in learning (pre-research is 19%, target is 30%, first cycle is 40%, and second cycle is 65%); the number of interesting learning activities (pre-research is 57%, target is 70%, first cycle is 75%, and second cycle is 85%); the favorable learning atmosphere (pre-research is 52%, target is 60%, first cycle is 85%, and second cycle is 90%). This conclusion indicates that the implementation of the cooperative learning method of TGT in Accounting has been able to increase the learning motivation of students of the tenth grade of Accounting Study Program at BOPKRI 1 Vocational High School Yogyakarta.


(18)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

PERSEMBAHAN... iv

MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

KATA PENGANTAR... vii

ABSTRAK... x

ABSTRACT... xii

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah... 5

C. Rumusan Masalah... 5

D. Tujuan Penelitian... 5

E. Manfaat Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN TEORITIK ... 7

A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)... 7

B. Pengertian Pembelajaran Kooperatif... 11

C. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)... 15

D. Motivasi Belajar Siswa... 19


(19)

xv

BAB III METODE PENELITIAN... 23

A. Jenis Penelitian... 25

B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 25

C. Subjek dan Objek Penelitian... 26

D. Prosedur Penelitian... 26

E. Instrumen Penelitian... 32

F. Analisis Data... 34

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH... 35

A. Sejarah SMK BOPKRI 1 Yogyakarta... 35

B. Visi, Misi, dan Tujuan SMK BOPKRI 1 Yogyakarta... 36

C. Sistem Pendidikan SMK BOPKRI 1 Yogyakarta... 38

D. Kurikulum SMK BOPKRI 1 Yogyakarta... 39

E. Organisasi Sekolah SMK BOPKRI 1 Yogyakarta ... 42

F. Sumber Daya Manusia SMK BOPKRI 1 Yogyakarta... 51

G. Siswa SMK BOPKRI 1 Yogyakarta... 52

H. Kondisi Fisik dan Lingkungan Sekolah SMK BOPKRI 1 Yogyakarta. 52 I. Fasilitas Pendidikan dan Latihan SMK BOPKRI 1 Yogyakarta... 54

J. Majelis Sekolah/Dewan Sekolah/Komite Sekolah SMK BOPKRI 1 Yogyakarta... 55

K. Hubungan SMK BOPKRI 1 Yogyakarta dengan Instansi Lain ... 56

L. Usaha-usaha Peningkatan Kualitas Lulusan SMK BOPKRI 1 Yogyakarta 57 BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN……… 59

A. Deskripsi Penelitian ……….. 59

1. Observasi Pendahuluan……… 59

a. Observasi Guru……….. 60

b. Observasi Siswa………. 63


(20)

xvi

2. Siklus Pertama………. 69

a. Perencanaan……….. 70

b. Tindakan ……… 73

c. Observasi……… 75

d. Tingkat Motivasi Siswa………. 79

e. Refleksi……….. 81

3. Siklus Kedua ……… 86

a. Perencanaan ……….. 86

b. Tindakan ……… 89

c. Observasi……… 91

d. Tingkat Motivasi Siswa………. 95

e. Refleksi……….. 97

B. Komparasi Motivasi Belajar Siswa Sebagai Dampak Penerapan Metode Kooperatif Tipe TGT ... 102

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN... 106

A. Kesimpulan ... 106

B. Keterbatasan Penelitian ... 107

C. Saran... 107

DAFTAR PUSTAKA... 109 LAMPIRAN


(21)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel... 33

Tabel 5.1 Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran ... 62

Tabel 5.2 Kegiatan Siswa dalam Proses Pembelajaran... 64

Tabel 5.3 Analisis Tingkat Motivasi Siswa Pra Penelitian... 64

Tabel 5.4 Kondisi Kelas Selama Proses Pembelajaran... 66

Tabel 5.5 Aktivitas Guru Pada Siklus I... 76

Tabel 5.6 Minat Siswa Pada Pembelajaran TGT Siklus I... 77

Tabel 5.7 Pengamatan Terhadap Kelas... 78

Tabel 5.8 Analisis Tingkat Motivasi Belajar Siswa Siklus I... 80

Tabel 5.9 Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran Dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT... 81

Tabel 5.10 Respon Siswa Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT... 83

Tabel 5.11 Aktivitas Guru Pada Siklus II... 92

Tabel 5.12 Minat Siswa Pada Pembelajaran TGT Siklus II... 94

Tabel 5.13 Pengamatan Terhadap Kelas... 94

Tabel 5.14 Analisis Tingkat Motivasi Belajar Siswa Siklus II... 96

Tabel 5.15 Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran Dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT... 97

Tabel 5.16 Respon Siswa Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT... 99

Tabel 5.17 Indikator Keberhasilan Tingkat Motivasi Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II... 102


(22)

xviii

DAFTAR GAMBAR


(23)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 113 Lampiran 2 Catatan Anekdotal Terhadap Guru dalam Proses Pembelajaran 119

Lampiran 3 Catatan Anekdotal Terhadap Siswa dalam Proses Pembelajaran120 Lampiran 4 Catatan Anekdotal Terhadap Kondisi Kelas dalam Proses

Pembelajaran... 121 Lampiran 5 Instrumen Pengamatan Terhadap Guru dalam Proses

Pembelajaran... 122 Lampiran 6 Instrumen Pengamatan Terhadap Siswa... 123

Lampiran 7 Instrumen Pengamatan Kelas... 124 Lampiran 8 Kuesioner Motivasi Sebelum Pembelajaran... 126 Lampiran 9 Kuesioner Motivasi Setelah Pembelajaran... 127 Lampiran 10 Instrumen Refleksi Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat

Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT 129 Lampiran 11 Instrumen Refleksi Siswa Terhadap Perangkat dan Model


(24)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru sebagai tenaga pendidik dan pengajar di sekolah dituntut mampu berperan aktif dalam peningkatan kualitas pendidikan Indonesia. Dalam menjalankan tugasnya tersebut, sayangnya banyak guru belum menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan metode dan media pembelajaran yang tepat guna mendukung proses pembelajaran. Dampaknya siswa yang diajarnya tidak mudah mengerti dan memahami materi pelajaran. Cara-cara tersebut, juga menyebabkan siswa memiliki motivasi yang rendah selama mengikuti proses belajar mengajar.

Menurut Uno (2007:1), motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karenanya, motivasi dalam belajar dapat diartikan sebagai kekuatan atau daya penggerak yang mendorong diri seorang siswa untuk belajar. Sebagai salah satu bentuk penanda bahwa seseorang termotivasi dalam belajar adalah adanya hasrat atau keinginan dan kesadaran untuk belajar.

Guru idealnya mampu menarik kembali perhatian siswa dengan cara menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan metode dan media pembelajaran yang tepat dan menyenangkan. Harapannya dengan hal tersebut


(25)

siswa termotivasi untuk belajar. Tetapi banyak fakta menunjukkan bahwa motivasi siswa sering tidak muncul ketika siswa mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini disebabkan banyak guru masih menggunakan metode ceramah saja dalam menyampaikan materi pelajaran. Meskipun tidak ada yang salah dengan penggunaan metode tersebut, akan tetapi metode tersebut dalam situasi tertentu tidak tepat. Umumnya, banyak siswa merasa bosan ketika siswa harus mendengarkan dan memperhatikan materi pelajaran yang sedang dijelaskan oleh guru.

Pemerintah sudah memberlakukan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun 2004. Pada tahun 2006, kurikulum tersebut diubah menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006:3). Salah satu prinsip pelaksanaan KTSP adalah kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan lima pilar belajar, yaitu: (a) belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) belajar untuk memahami dan menghayati; (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif; (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain; dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22, 2006:5). Berdasarkan prinsip tersebut, proses pembelajaran idealnya menyenangkan dan mendorong siswa terlibat aktif di dalamnya. Guru selanjutnya bertindak sebagai fasilitator pembelajaran.


(26)

KTSP sudah diterapkan di berbagai sekolah, termasuk di dalamnya SMK BOPKRI 1 Yogyakarta. Pada setiap mata pelajaran kurikulum disusun berdasarkan standar isi (SI) yang mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu dan standar kompetensi lulusan (SKL) yang merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Meskipun kurikulum sudah disusun berdasarkan SI dan SKL, akan tetapi implementasi pada proses belajar mengajarnya belum sesuai dengan salah satu prinsip KTSP karena proses pembelajaran belum menyenangkan dan siswa tidak sepenuhnya terlibat dalam proses pembelajaran tersebut.

Para guru di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta umumnya belum menggunakan metode dan media pembelajaran yang dapat menumbuhkan keterlibatan seluruh siswa. Sebagian besar siswa memiliki perhatian yang rendah terhadap proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan tidak dimilikinya hasrat dan kebutuhan untuk belajar. Karena masih dijumpai dalam kelas terdapat beberapa siswa yang bersikap acuh tak acuh, tidur-tiduran, bermain HP, ataupun asyik membicarakan hal-hal lain dengan teman di luar materi pelajaran pada saat guru menjelaskan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa masih rendah.

Berdasarkan fenomena tersebut di atas, guru idealnya merubah metode mengajar yang dirasa kurang efektif. Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru adalah model pembelajaran kooperatif.


(27)

Pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa tipe, salah satunya adalah tipe teams games tournament (TGT). TGT adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan yang menyenangkan (Slavin, 1995:84). Dalam pembelajaran ini terdapat lima komponen yaitu: (1) presentasi kelas berupa penyampaian materi kepada siswa; (2) pembagian kelompok/tim untuk mendalami materi; (3) games yang dirancang untuk pembelajaran dalam bentuk permainan yang menyenangkan; (4) turnamen yang bertujuan untuk menciptakan kompetisi yang sehat antar siswa; dan (5) penghargaan bagi kelompok yang mendapatkan prestasi terbaik. Diharapkan dengan menggunakan metode TGT ini akan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dikarenakan pembelajaran dilakukan dalam kelompok. Siswa akan berdiskusi dengan teman-temannya dan penilaian hasil belajar menggunakan sistem permainan akademik sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas, yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) dan menyelidiki dampaknya terhadap motivasi belajar siswa. Penelitian ini selanjutnya dituangkan dalam judul “Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode


(28)

Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) pada Mata Pelajaran Akuntansi”. Penelitian ini akan dilaksanakan pada siswa kelas X jurusan Akuntansi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta.

B. Batasan Masalah

Penelitian ini dimaksudkan untuk menyelidiki bagaimana penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament pada upaya meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntasi dengan pokok bahasan siklus akuntansi perusahaan dagang.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka, dirumuskan permasalahan: bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi dengan pokok bahasan siklus akuntansi perusahaan dagang melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi dengan pokok bahasan siklus akuntansi perusahaan dagang melalui penerapan metode kooperatif tipe teams games tournament.


(29)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Peneliti

Penelitian ini tentunya akan sangat bermanfaat bagi peneliti yaitu untuk menambah pengetahuan dan sebagai calon guru dapat memanfaatkan metode pembelajaran kooperatif ini sebagai alternatif penyampaian materi pelajaran sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan berpusat pada siswa.

2. Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru-guru untuk menggunakan variasi metode pembelajaran, salah satunya metode pembelajaran kooperatif tipe TGT sehingga nantinya dapat meningkatkan partisipasi dan minat belajar siswa.

3. SMK BOPKRI 1 Yogyakarta

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan kazanah ilmu pengetahuan dalam mata pelajaran akuntansi di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran.


(30)

BAB II

TINJAUAN TEORITIK

A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian oleh sekelompok guru untuk dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu (Wiriaatmaja, 2007:13). Sedangkan Aqib (2007:12) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas atau yang disebut classroom action research mengandung tiga pengertian yang dapat diterangkan, yaitu: 1. Penelitian

Kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan

Sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

3. Kelas

Sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seseorang guru.

Pendapat lain dikemukakan oleh Susento (2007:1) bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bentuk khusus dari penelitian tindakan. Kekhususannya terletak pada: (1) situasi sosial yang dimaksud adalah situasi kelas, dan (2) tindakan atau praktek yang dimaksud adalah pembelajaran dalam kelas tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konsep penelitian tindakan kelas ditujukan untuk memperbaiki suatu proses pembelajaran untuk dapat


(31)

meningkatkan keaktifan peserta didik, sesuai dengan kurikulum yang ada saat ini. Website PPPG Tertulis Bandung (Susento, 2007:1) menyajikan dua karakteristik dari penelitian tindakan kelas, yaitu:

1. Permasalahan yang diangkat untuk dipecahkan melalui PTK harus selalu berangkat dari persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapi guru. Oleh karena itu, PTK dapat dilaksanakan jika guru sejak awal memang menyadari adanya persoalan yang terkait dengan proses dan hasil pembelajaran yang ia hadapi di kelas. Kemudian dari persoalan itu, guru menyadari pentingnya persoalan tersebut untuk dipecahkan secara profesional.

2. PTK diindikasikan oleh adanya tindakan-tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu, ciri khas PTK terletak pada adanya tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang ada.

Sedangkan dalam DIKTI penelitian tindakan kelas memiliki tiga ciri/karakteristik, yaitu:

1. Inkuiri reflektif

PTK berangkat dari permasalahan pembelajaran riil yang sehari-hari dihadapi oleh guru ataupun dosen. Jadi, kegiatan penelitian didasarkan pada pelaksanaan tugas dan pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

2. Kolaboratif

Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh dosen, tetapi ia harus berkolaborasi dengan guru. Penelitian tindakan kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan. Kolaborasi ini harus ditampilkan dalam keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan tindakan, sampai dengan penyusunan laporan hasil penelitian.

3. Reflektif

Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khusus, yaitu sikap reflektif yang berkelanjutan. Penelitian tindakan kelas lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian secara terus-menerus untuk mendapatkan penjelasan dan justifikasi tentang kemajuan, peningkatan, kemunduran, kekurangefektivan, dan sebagainya dari pelaksanaan sebuah tindakan untuk dapat dimanfaat-gunakan memperbaiki proses tindakan pada siklus kegiatan lainnya.

Dilakukannya sebuah penelitian dikarenakan terdapat suatu problema yang harus dipecahkan dan bukan tidak mungkin tidak ada manfaat yang dapat


(32)

diperoleh. Begitu juga dengan penelitian tindakan kelas. Dalam Website PPPG Tertulis Bandung (Susento, 2007:3) dijelaskan beberapa manfaat dari PTK, yaitu:

1. Inovasi pembelajaran

Dalam inovasi pembelajaran guru perlu selalu mencoba untuk mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar mampu melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelasnya. Dalam konteks ini, guru selalu berhadapan dengan siswa yang berbeda dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, jika guru melakukan PTK dari kelasnya sendiri, dan berangkat dari persoalannya sendiri, dan kemudian menghasilkan solusi terhadap persoalan tersebut, maka secara tidak langsung telah terlibat dalam proses inovasi pembelajaran.

2. Pengembangan kurikulum di sekolah dan di kelas

Untuk kepentingan pengembangan kurikulum pada level kelas, PTK akan sangat bermanfaat sebagai salah satu sumber masukan. Hal ini terjadi karena, proses reformasi kurikulum secara teoritik tidak netral. Sebaliknya proses tersebut akan dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang saling berhubungan mengenai hakikat pendidikan, pengetahuan, dan pengajaran. PTK dapat membantu guru untuk dapat lebih memahami hakikat tersebut secara empirik dan bukan sekedar pemahaman yang bersifat teoritik. 3. Peningkatan profesionalisme guru

Guru yang profesional, tidak akan merasa enggan melakukan berbagai perubahan dalam praktik pembelajaran sesuai dengan kondisi kelasnya. PTK merupakan salah satu media yang dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang terjadi di kelas, dan kemudian meningkatkannya menuju ke arah perbaikan-perbaikan secara profesional. Guru yang profesional perlu melihat dan menilai sendiri secara kritis terhadap praktik pembelajarannya di kelas. Dengan melihat unjuk kerjanya sendiri, kemudian merefleksikan, dan lalu diperbaiki, guru pada akhirnya akan mendapat otonomi secara profesional.

Adapun tujuan dilakukannya penelitian tindakan kelas antara lain (DIKTI):

1. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil pembelajaran

2. Menumbuh-kembangkan budaya meneliti para dosen dan guru agar lebih proaktif mencari solusi terhadap permasalahan pembelajaran

3. Menumbuhkan dan meningkatkan produktivitas meneliti para dosen dan guru, khususnya dalam mencari solusi masalah-masalah pembelajaran 4. Meningkatkan kolaborasi antar dosen-guru dalam memecahkan masalah


(33)

Dalam tahap PTK dilakukan kegiatan-kegiatan yang membentuk siklus. Tiap-tiap siklus terdiri dari empat langkah sebagai berikut (Susento, 2007:5): 1. Perencanaan tindakan

Menyusun rencana tindakan untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan. Rencana tindakan mencakup semua langkah tindakan secara rinci, segala keperluan untuk melaksanakan tindakan, dan berbagai kendala yang mungkin timbul beserta cara mengatasinya.

2. Pelaksanaan tindakan

Melaksanakan semua rencana tindakan dalam proses pembelajaran di kelas.

3. Observasi tindakan

Mengamati pelaksanaan tindakan. Observasi bertujuan untuk mengumpulkan data yang berisi tentang pelaksanaan tindakan dan dampaknya terhadap proses dan hasil pembelajaran. Dalam melaksanakan observasi, guru bisa dibantu oleh pengamat luar (teman sejawat atau orang yang berkompeten).

4. Refleksi terhadap tindakan

Memproses data yang diperoleh dari observasi tindakan. Data yang diperoleh ditafsirkan, dianalisis dan disimpulkan. Refleksi dapat dilakukan guru dengan bantuan pengamat atau orang lain yang berkompeten. Berdasarkan hasil refleksi kemudian dilakukan evaluasi terhadap tindakan, yaitu untuk menilai sejauh mana tindakan telah dapat mengatasi masalah, maka tahap PTK selesai. Jika tindakan belum dapat mengatasi masalah, maka tahap PTK masih dilanjutkan ke siklus kegiatan yang baru.


(34)

Gambar 2.1

Model Penelitiaan Tindakan Kelas

B. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (Solihatin dan Raharjo, 2007:4), cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Sedangkan menurut Anita Lie (2007:12), sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa

Pelaksanaan Tindakan

(Aksi)

Observasi Perencanaan

Tindakan

Refleksi

Pelaksanaan Tindakan

(Aksi)

Observasi Perencanaan

Ulang

Refleksi

SIKLUS I


(35)

dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem “pembelajaran gotong-royong” atau cooperative learning. Dalam sisitem ini, guru bertindak sebagai fasilitator. Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok (Solihatin dan Raharjo, 2007:4). Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang melibatkan kelompok-kelompok kecil terdiri dari dua orang atau lebih yang anggotanya bersifat heterogen, dimana kerja sama kelompok sangat dibutuhkan.

Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan (Anita Lie, 2002:31-35):

1. Saling ketergantungan positif

Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Dalam metode jigsaw, Aronson menyarankan jumlah anggota kelompok dibatasi sampai dengan empat orang saja dan keempat anggota ini ditugaskan membaca bagian yang berlainan. Keempat anggota ini lalu berkumpul dan bertukar informasi. Selanjutnya, pengajar akan mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain berhasil .

2. Tanggung jawab perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penelitian dibuat menurut prosedur model pembelajaran pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok


(36)

adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya. Dalam teknik jigsaw yang dikembangkan Aronson misalnya, bahan bacaan dibagi menjadi empat bagian dan masing-masing siswa mendapat dan membaca satu bagian. Dengan cara demikian, siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah.

3. Tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.

4. Komunikasi antar anggota

Pembelajar perlu diberitahu secara eksplisit mengenai cara-cara berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana caranya menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan orang tersebut. Tidak ada salahnya mengajar siswa beberapa ungkapan positif atau sanggahan dalam ungkapan yang lebih halus.

5. Evaluasi proses kelompok

Waktu evaluasi tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran kooperatif. Format evaluasi bisa bermacam-macam, bergantung pada tingkat pendidikan siswa.

Ada lima tipe pembelajaran kooperatif (Slavin, 1995:5-7): 1. Student Teams Achievement Division(STAD)

STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif dimana pelajar berkelompok mengerjakan soal latihan dalam lembar kerja. Tiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang, yang terdiri dari seseorang yang berkemampuan rendah, seorang berkemampuan tinggi, dan sisanya berkemampuan sedang. Setelah semua kelompok selesai bekerja, pengajar memberi kunci jawaban soal dan meminta mereka memeriksa hasil kerja. Kemudian pengajar mengadakan kuis.

2. Teams Games Tournament(TGT)

Model TGT hampir sama dengan STAD. Siswa dikelompokkan secara hetrogen, setiap kelompoknya terdiri dari 4 sampai 5 orang. Guru memulai


(37)

dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok menuntaskan pelajaran tersebut. Namun kuis dalam STAD diganti dengan turnamen. Dalam turnamen ini siswa bertanding dengan anggota kelompok lain yang mempunyai kemampuan serupa. Dari turnamen inilah tiap anggota kelompok akan mendapat skor yang akan disumbangkan pada kelompoknya. Kemudian skor-skor ini akan dirata-rata untuk menentukan skor kelompok. Skor kelompok yang diperoleh akan menentukan penghargaan kelompok.

3. Jigsaw

Jigsaw merupakan tipe pembelajaran kooperatif dimana kelompok dibentuk secara heterogen yang terdiri dari 5-6 orang, tiap-tiap pelajar mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan bagian itu kepada semua anggota kelompok. Kemudian pengajar mengadakan ulangan/kuis.

4. Learning Together

Tipe learning together merupakan tipe pembelajaran kooperatif dimana pelajar melakukan presentasi bahan kuliah. Setelah itu pelajar dalam kelompok heterogen terdiri dari 4 sampai 5 orang mengerjakan satu lembar kerja. Pengajar menilai hasil kerja kelompok. Pelajar kemudian secara individual mengerjakan kuis yang dinilai oleh pengajar sebagai hasil kerja individual.


(38)

5. Group Investigation

Tipe group investigation merupakan tipe pembelajaran kooperatif dimana tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan materi itu kepada semua pelajar di kelas. Pelajar diharapkan menerima tanggung jawab yang besar untuk menentukan apa yang akan dipelajari, mengorganisasi kelompok mereka sendiri bagaimana cara menguasai materi dan memutuskan bagaimana mengkomunikasikan hasil belajar mereka kepada seluruh kelas.

C. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

Menurut Saco (Suhadi, 2008), dalam TGT siswa memainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka). Menurut Suherman (2008), penerapan model TGT adalah dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah, lembut, dan santun.


(39)

Setelah selesai kerja kelompok, sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas.

Komponen dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai berikut (Slavin 1995:84-88):

1. Presentasi Kelas

Materi yang akan dipelajari dalam kegiatan belajar mengajar diperkenalkan kepada siswa melalui pengajaran secara langsung yang dipandu oleh guru. Selama guru menyampaikan materi, siswa harus memperhatikan. Hal ini akan memudahkan siswa dalam memahami materi dan mengerjakan soal-soal pada kegiatan belajar kelompok. Presentasi materi oleh guru menurut Slavin (1995:77) mencakup tiga hal yaitu pendahuluan, pengembangan dan memandu latihan.

a. Pendahuluan

Dalam pendahuluan guru menyampaikan kepada siswa apa yang akan mereka pelajari hari itu dan mengapa hal itu penting dipelajari.

b. Pengembangan

1) Dalam menyampaikan materi guru tidak menyimpang dari materi yang akan diujikan

2) Guru memperagakan konsep bisa dengan alat peraga

3) Guru menguji pemahaman siswa dengan mengajukan pertanyaan 4) Guru menjelaskan mengapa suatu jawaban benar dan mengapa suatu


(40)

5) Segera berganti konsep jika siswa telah menangkap pengertian dari materi yang disampaikan

c. Memandu latihan

1) Guru mengkondisikan siswa untuk menyiapkan jawaban terhadap pertanyaan yang disampaikan oleh guru

2) Guru memanggil siswa secara acak, hal ini penting agar seluruh siswa menyiapkan jawaban atas pertanyaan guru.

2. Kelompok (Teams)

Kelompok atau tim terdiri dari 4-5 orang siswa yang heterogen berdasarkan kemampuan siswa. Selama kegiatan kelompok berlangsung, masing-masing anggota kelompok bertugas mempelajari materi atau menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru pada lembar latihan dan membantu teman satu kelompok menguasai materi pelajaran tersebut. Sebelum memulai belajar kelompok, guru dapat menjelaskan beberapa sikap yang perlu diterapkan kepada siswa agar kerja sama dalam kelompok dapat berjalan dengan efektif. Pada waktu diskusi, seluruh anggota kelompok hendaknya berbicara dengan suara pelan, tidak boleh meninggalkan tugas selama bekerja dalam kelompok, mendiskusikan jawaban secara bersama-sama, jika ada pertanyaan hendaknya bertanya dahulu pada teman lain dalam kelompok sebelum bertanya pada guru, membantu teman lain yang mengalami kesulitan. Selama siswa belajar dalam kelompok, sebaiknya guru berkeliling kelas, memuji pekerjaan siswa, memonitor pekerjaan siswa dan jalannya belajar kelompok.


(41)

3. Permainan (Games)

Permainan ini dirancang untuk mengetahui pemahaman siswa selama mengikuti kelas presentasi dan belajar dalam kelompok. Dimana permainan ini berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan materi sewaktu guru menyajikan materi dan latihan kelompok. Permainan dilakukan di meja turnamen oleh wakil dari masing-masing kelompok. Permainan adalah berupa pertanyaan yang dinomori pada selembar kertas, seorang siswa mengambil nomor kartu dan mencoba menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor yang diambil itu kemudian mencocokan jawaban bersama-sama dengan teman dalam satu meja turnamen.

4. Turnament (Tournament)

Turnamen dalam hal ini adalah suatu pertandingan antar anggota kelompok yang berbeda. Turnamen diadakan sesudah guru menyajikan materi dan siswa belajar dalam kelompok. Pada awal turnamen, guru menugaskan siswa untuk pindah pada suatu meja turnamen yang sudah ditentukan sebelumnya, penentuan meja turnamen dalam penelitian ini didasarkan pada pengamatan oleh guru kelas dan hasil dari tes sebelumnya. Dalam penelitian ini terdapat 5 meja turnamen yaitu meja I ada 4 siswa dengan kemampuan tinggi, meja II ada 4 siswa dengan kemampuan sedang, meja III ada 4 siswa dengan kemampuan sedang, meja IV ada 3 siswa dengan kemampuan rendah, dan meja V ada 2 siswa dengan kemampuan rendah. Jalannya turnamen adalah sebagai berikut: para siswa yang berada di meja turnamen secara bergantian mengambil


(42)

nomor kartu dan menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor kartu yaitu pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan materi yang telah dipelajari. Apabila siswa yang mengambil nomor kartu tidak bisa menjawab pertanyaan, maka pertanyaan bisa dilempar ke teman lain dalam satu meja turnamen sesuai dengan urutan yang telah disepakati, dan yang benar dalam menjawab pertanyaan berhak menyimpan kartu tersebut. Kartu yang telah didapat nantinya akan dijadikan skor untuk penghargaan kelompok.

5. Penghargaan Kelompok

Kelompok yang telah memenangkan pertandingan akan mendapat sertifikat penghargaan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Pemberian penghargaan tiap kelompok dapat ditentukan berdasarkan skor kelompok yang didapat dengan menjumlah poin yang didapat pada skor lembar permainan setiap anggotanya, dan kemudian dicari skor rata-ratanya.

D. Motivasi Belajar Siswa 1. Pengertian motivasi

Menurut Davies (1987:214), motivasi ialah kekuatan tersembunyi di dalam diri kita, yang mendorong kita untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas. Hal senada dikemukakan oleh Uno (2007:1) yang menyatakan motivasi sebagai dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan dorongan dalam


(43)

dirinya. Pendapat lain diungkapkan oleh Winkel (Uno, 2007:3) yang menyatakan bahwa motivasi berasal dari kata motif yaitu daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa motivasi belajar merupakan kekuatan atau daya penggerak yang mendorong diri seorang siswa untuk belajar.

2. Klasifikasi motivasi

Menurut Uno (2007:4) dari sudut sumber yang menimbulkannya, motif dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a. Motif intrinsik

Motif intrinsik timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya. Motif intrinsik dapat ditimbulkan dengan menumbuhkan dan mengembangkan minat terhadap bidang studi yang relevan. Sebagai contoh, memberitahukan sasaran yang hendak dicapai dalam bentuk tujuan instruksional pada saat pembelajaran akan dimulai yang menimbulkan motif keberhasilan mencapai sasaran.

b. Motif ekstrinsik

Motif ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu, misalnya dalam bidang pendidikan terdapat minat yang positif terhadap kegiatan pendidikan yang timbul karena melihat manfaatnya. Berikut beberapa hal yang dapat menimbulkan motif ekstrinsik, antara lain (Uno, 2007:4):

1). Pendidik memerlukan anak didiknya, sebagai manusia yang berpribadi, menghargai pendapatnya, pikiranya, perasaannya, maupun keyakinannya

2). Pendidik menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan kegiatan pendidikannya

3). Pendidik senantiasa memberikan bimbingan dan juga pengarahan kepada anak didiknya dan membantu apabila mengalami kesulitan, baik yang bersifat pribadi maupun akademis

4). Pendidik harus mempunyai pengetahuan yang luas dan penguasaan bidang studi atau materi yang diajarkan kepada peserta didiknya 5). Pendidik harus mempunyai rasa cinta dan sifat pengabdian kepada


(44)

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.

Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Uno, 2007:10): (a) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (b) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (c) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (d) adanya penghargaan dalam belajar; (e) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; dan (f) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.

3. Peranan motivasi belajar

Menurut Uno (2007:27), ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain:

a. Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.

b. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar

Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu,


(45)

jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak.

c. Motivasi menentukan ketekunan belajar

Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperleh hasil yang baik. Dalam hal itu, tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar.

4. Teknik-teknik motivasi

Beberapa teknik motivasi yang dapat dilakukan dalam pembelajaran sebagai berikut (Uno, 2007:34):

a. Pernyataan penghargaan secara verbal

b. Menggunakan nilai ulangan sebagai pemicu keberhasilan c. Menimbulkan rasa ingin tahu

d. Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa e. Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa

f. Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar g. Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu

konsep dan prinsip yang telah dipahami

h. Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya

i. Menggunakan simulasi dan pemainan

j. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya di depan umum

k. Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar

l. Membuat suasana persaingan yang sehat di antara siswa

E. Kerangka Teoritis

Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan dorongan dalam dirinya (Uno, 2007:1). Menurut Uno (2007:34), ada beberapa teknik untuk meningkatkan motivasi dalam pembelajaran yaitu menggunakan permainan dan membuat suasana persaingan yang sehat di antara siswa. Salah satu indikator dalam


(46)

motivasi belajar adalah adanya penghargaan yang diberikan kepada siswa dalam proses pembelajaran.

Metode kooperatif tipe TGT adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan yang menyenangkan (Slavin, 1995:84). Dalam pembelajaran ini terdapat lima komponen yaitu: (1) presentasi kelas berupa penyampaian materi kepada siswa; (2) pembagian kelompok/tim untuk mendalami materi; (3) games yang dirancang untuk pembelajaran dalam bentuk permainan yang menyenangkan; (4) turnamen yang bertujuan untuk menciptakan kompetisi yang sehat antar siswa; dan (5) penghargaan bagi kelompok yang mendapatkan prestasi terbaik.

Metode kooperatif tipe TGT ini akan diterapkan pada mata pelajaran akuntansi dengan pokok bahasan siklus akuntansi perusahaan dagang. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di tempat penelitian, menunjukkan bahwa motivasi siswa masih rendah dalam mengikuti pembelajaran akuntansi. Terbukti masih dijumpai dalam kelas terdapat beberapa siswa yang bersikap acuh tak acuh, tidur-tiduran, bermain HP, ataupun asyik membicarakan hal-hal lain dengan teman di luar materi pelajaran pada saat guru menjelaskan materi pelajaran. Hal tersebut dapat terjadi karena guru belum menggunakan metode dan media pembelajaran yang menyenangkan, hanya memakai metode ceramah dan latihan soal saja. Dengan kondisi yang seperti ini, metode kooperatif tipe TGT dapat diterapkan


(47)

dalam kelas sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Karena dalam pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe TGT siswa diajak untuk belajar dalam kelompok-kelompok yang memungkinkan mereka dapat saling berdiskusi dan dengan adanya permainan yang menyenangkan, turnamen, serta penghargaan bagi kelompok akan dapat merangsang siswa untuk tertarik terlibat dalam proses pembelajaran sehingga pada akhirnya akan meningkatkan motivasi belajar siswa.


(48)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Ebbut (Wiriaatmadja, 2005:12), PTK adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Dalam penelitian ini PTK diterapkan pada mata pelajaran akuntansi. PTK dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian akan dilaksanakan di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta, Jl. Cik Ditiro No. 37, Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari-Mei 2009.


(49)

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X Jurusan Akuntansi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah peningkatan motivasi belajar siswa melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament pada mata pelajaran akuntansi.

D. Prosedur Penelitian

Secara operasional penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

1. Kegiatan prapenelitian a. Observasi pada guru

Salah satu bentuk instrumen observasi adalah observasi anekdoktal (anecdotal record). Observasi terhadap guru meliputi kegiatan prapembelajaran (melakukan apersepsi dan menyampaikan kompetensi yang akan dicapai), kegiatan inti (penguasaan materi pelajaran, pemanfaatan media/sumber belajar, pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa, penilaian proses dan hasil belajar, penggunaan bahasa), dan kegiatan penutup (melakukan refleksi, rangkuman, dan tindak lanjut setelah pembelajaran).


(50)

b. Observasi pada siswa

Observasi anekdotal terhadap perilaku siswa dapat mengungkapkan berbagai hal yang menarik. Masing-masing individu siswa dapat diamati secara individual atau berkelompok sebelum, saat berlangsung, dan sesudah usai pembelajaran. Perubahan pada setiap individu juga dapat diamati pada saat pembelajaran. Observasi terhadap siswa meliputi kegiatan prapembelajaran (siswa siap mengikuti proses pembelajaran), kegiatan inti (siswa memperhatikan penjelasan guru, siswa menanggapi pembahasan pembelajaran, siswa mencatat hal-hal penting), kegiatan penutup (siswa mengerjakan tugas dengan baik, secara pribadi maupun dalam kelompok).

c. Observasi pada kelas

Pengamatan ini sangat bermanfaat karena dapat mengungkapkan praktik-praktik pembelajaran yang menarik di kelas. Di samping itu, observasi demikian dapat menunjukkan strategi yang digunakan guru dalam menangani kendala dan hambatan pembelajaran yang terjadi di kelas. Observasi anekdotal kelas meliputi deskripsi tentang lingkungan fisik kelas, tata letaknya, dan suasana pembelajaran dalam kelas (kerjasama dan hubungan antar siswa).

2. Siklus pertama

Kegiatan yang dilakukan dalam siklus pertama dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. Kegiatan yang dilakukan meliputi:


(51)

a. Perencanaan

Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa penyiapan pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament, yaitu:

1) Peneliti dan guru menggali data awal karakteristik siswa untuk memetakan para siswa berdasarkan kemampuannya dan selanjutnya membagi siswa ke dalam kelompok secara heterogen. Kelompok ini biasanya terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen dilihat dari prestasi akademik, ras, atau etnik. Beberapa perangkat yang disiapkan dalam tahap ini adalah: rencana pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament, materi presentasi, latihan soal, lembar jawab siswa, meja turnamen dan hadiah sebagai penghargaan.

2) Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi:

a) instrumen untuk mengetahui motivasi belajar siswa berupa kuesioner sebelum dan setelah pembelajaran

b) instrumen untuk mengobservasi kegiatan guru di kelas

c) instrumen observasi terhadap siswa dalam mengikuti proses belajar terkait dengan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT

d) instrumen observasi terhadap kelas e) instrumen refleksi oleh guru mitra f) instrumen refleksi oleh siswa


(52)

b. Tindakan

Pada tahap ini, dilaksanakan implementasi pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament sesuai dengan rencana tindakan, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Presentasi kelas

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi pelajaran dalam presentasi kelas, baik dengan metode ceramah maupun diskusi. Selama guru menyampaikan materi, siswa diharapkan untuk memperhatikan dengan tujuan agar mereka dapat membantu siswa lainnya dalam kerja kelompok.

2) Membagi siswa dalam kelompok

Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa secara heterogen, dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, ras atau etnik. Sebelum penelitian guru membagi siswa dalam empat kelompok dengan cara meranking siswa berdasarkan kemampuan akademik. Golongan pertama adalah siswa yang memiliki prestasi akademik tinggi, golongan kedua adalah siswa yang memiliki prestasi akademik sedang, golongan ketiga adalah siswa yang memiliki prestasi akademik rendah, dan golongan keempat adalah siswa yang memiliki prestasi akademik sangat rendah.


(53)

3) Permainan (games)

Permainan ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran dengan tujuan untuk menguji pengetahuan siswa dalam presentasi kelas oleh guru dan belajar kelompok. Games ini berisi pertanyaan sederhana bernomor. Salah satu siswa dari setiap kelompok diharapkan mengambil kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor tersebut.

4) Turnamen

Turnamen dilakukan pada akhir siklus atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Setiap kelompok akan bertanding dalam meja turnamen dan akan dipertandingkan kemampuannya. Setiap kelompok yang benar dalam menjawab pertanyaan akan mendapat skor.

5) Penghargaan kelompok

Berdasarkan skor yang diperoleh dalam turnamen, guru akan mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim akan mendapat sertifikat penghargaan sesuai skor yang didapatkan. c. Observasi

Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan atas hasil atau dampak pelaksanaan tindakan, yaitu meliputi: pengamatan terhadap guru, pengamatan terhadap siswa, dan pengamatan terhadap kelas.


(54)

Pengamatan juga dilakukan menggunakan perekaman dengan video camcorder.

d. Refleksi

Pada tahap ini dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan penyimpulan hasil observasi terhadap minat belajar siswa. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif. Ada dua macam refleksi yang dilakukan, yaitu:

1). Refleksi segera setelah suatu pertemuan berakhir, digunakan untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran dan pemecahannya untuk perbaikan dalam pertemuan berikutnya (penyesuaian rencana pembelajaran atau instrumen yang perlu disempurnakan).

2). Refleksi pada akhir siklus pertama, digunakan untuk mengetahui apakah target yang ditetapkan sesuai indikator keberhasilan tindakan telah tercapai. Secara teknis peneliti melakukan self-reflection dahulu terkait dengan keterampilan kooperatif siswa dalam kegiatan masing-masing fase, kemudian dilakukan refleksi dan diskusi bersama guru untuk penyempurnaan tindakan dalam siklus kedua.

2. Siklus kedua

Tahap-tahap dan kegiatan-kegiatan pada siklus kedua pada dasarnya sama dengan siklus pertama, hanya tindakannya yang berbeda. Tindakan pada


(55)

siklus kedua ini pada dasarnya adalah perbaikan siklus pertama dan didasarkan atas refleksi siklus pertama.

E. Instrumen Penelitian

Beberapa instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: 1. Instrumen prapenelitian

a. instrumen untuk mengobservasi kegiatan guru di kelas (catatan anekdotal, lampiran 2)

b. instrumen observasi terhadap siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas (catatan anekdotal, lampiran 3)

c. instrumen observasi terhadap kelas (catatan anekdotal, lampiran 4) 2. Siklus pertama

a. Perencanaan

Dalam tahap perencanaan dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa persiapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan menggunakan instrumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP ini disusun oleh peneliti untuk menetapkan langkah-langkah apa saja yang akan dilakukan guru dalam pembelajaran, seperti materi pelajaran dan strategi pembelajaran serta kegiatan-kegiatan apa saja yang harus dilakukan siswa dalam rangka implementasi tindakan perbaikan yang direncanakan.


(56)

b. Tindakan

Tindakan ini merupakan implementasi pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament yang telah direncanakan. Instrumen yang diperlukan meliputi: instrumen untuk mengobservasi guru (lampiran 5), instrumen untuk mengobservasi perilaku siswa (lampiran 6), instrumen untuk mengobservasi kelas (lampiran 7) dan instrumen motivasi belajar siswa menggunakan kuesioner sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TGT (lampiran 8&9).

Tabel 3.1 Operasionalisasi variabel

Variabel Indikator Nomor butir

Positif Negatif Motivasi belajar 1.adanya hasrat dan

keinginan berhasil

2.adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3.adanya harapan dan

cita-cita masa depan

4.adanya penghargaan dalam belajar

5.adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

6.adanya lingkungan belajar yang kondusif

1, 7, 10 2, 12, 13 3, 6 15, 16, 17 5, 20 9, 18

4, 8, 11

14

19

Untuk mengukur motivasi ini menggunakan skala Likert dengan empat alternatif jawaban yang diberi tanda (V) pada lembar yang telah disediakan yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Bobot yang diberikan untuk alternatif jawaban adalah: sangat setuju (SS) diberi skor 4, setuju (S) diberi skor 3, tidak setuju (TS) diberi skor 2, dan sangat tidak setuju (STS) diberi skor 1.


(57)

c. Refleksi

Refleksi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah dan belum terjadi, apa yang dihasilkan, kenapa hal tersebut terjadi demikian, dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Komponen-komponen refleksi dapat digambarkan sebagai berikut:

Analisis pemaknaan penjelasan penyimpulan tindak lanjut. Instrumen yang digunakan adalah lember refleksi guru dan lembar refleksi siswa (lampiran 10&11).

F. Analisis Data

Dalam menganalisis data digunakan analisis deskriptif yaitu dengan pemaparan (deskripsi) data/informasi tentang suatu gejala yang diamati dalam proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan tingkat keberhasilan dari metode kooperatif tipe TGT sebagaimana adanya dalam bentuk paparan naratif maupun tabel.


(58)

BAB IV

GAMBARAN UMUM SEKOLAH

A. Sejarah SMK BOPKRI 1 Yogyakarta

1. Pada tanggal 19 Januari 1967 SMEA BOPKRI Yogyakarta didirikan oleh Pengurus Yayasan BOPKRI Yogyakarta. Semula menempati gedung di Jl. Jendral Sudirman No. 57 Yogyakarta, sekarang untuk SMPS BOPKRI Yogyakarta.

2. Pada tahun 1968 pindah di Jl. Jendral Sudirman No. 24 Yogyakarta 3. Pada tahun 1974 mendapat status Berbantuan.

4. Pada tanggal 1 Maret 1974 SMEA BOPKRI Yogyakarta pindah tempat di Jalan Wardani No. 2 Kotabaru Yogyakarta.

5. Pada tanggal 28 Desember 1977 mendapat status Bersubsidi.

6. Pada tahun 1986 status atau jenjang akreditasinya Disamakan, berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah tertanggal 6 Januari 1986 Nomor : 01/C/Kep/I.86

7. Mulai bulan Juli 1997 pindah di Jl. Cik Di Tiro No.37 Yogyakarta. Namanya diganti menjadi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta.

8. Pada tahun 1991 akreditasi yang kedua statusnya tetap sama yaitu Disamakan.

9. Pada 1998 akreditasi yang ketiga statusnya tetap sama yaitu Disamakan. 10.Pada tahun 2006 akreditasi untuk jurusan Akuntansi dengan peringkat Gol.

A.


(59)

B. Visi, Misi, dan Tujuan SMK BOPKRI 1 Yogyakarta 1. Visi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta

Menjadi SMK unggul yang menghasilkan lulusan cerdas, terampil, mandiri, berani berkompetisi, dan berdasarkan kasih.

2. Misi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta

a Melaksanakan proses belajar mengajar secara optimal dalam iklim yang kondusif berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi

b Mengembangakan etos kerja yang produktif dan efisien c Mengembangkan sekolah dengan instansi lain

d Mengembangkan sarana dan prasarana sekolah 3. Tujuan SMK BOPKRI 1 Yogyakarta

a Tujuan Umum

1) Mengembangkan sistem pembelajaran dan keterampilan kerja praktik

2) Meningkatkan kualifikasi dan kompetensi guru

3) Meningkatkan budaya kerja yang sesuai dengan dunia kerja

4) Memberikan bekal sikap mental, perilaku luhur, dan kepribadian yang kuat

5) Menumbuhkan semangat bersaing dan berkompetisi

6) Meningkatkan hubungan yang baik dengan DU/DI dan instansi lain 7) Memperbaiki ruang kelas, laboratorium, dan perpusatakaan yang

memadai


(60)

b Tujuan Program Keahlian Akuntansi

Menyiapkan peserta didik agar memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang kompeten dalam:

1) Menyelesaikan siklus akuntansi perusahaan jasa 2) Menyelesaikan siklus akuntansi perusahaan dagang 3) Menyelesaikan siklus akuntansi perusahaan

c Tujuan Program Keahlian Administrasi Perkantoran

1) Menerapkan dan mengembangkan kemampuan berkomunikasi baik lisan maupun tertulis kepada relasi dengan memperhatikan norma dan lingkungan masyarakat

2) Menerapkan dan mengembangkan kemampuan teknologi informasi untuk melaksanakan tugas secara efektif dan efisien

3) Menerapkan dan mengembangkan kemampuan untuk merencanakan, melaksanakan, mengorganisasi, dan mengevaluasi tugas menjadi tanggung jawabnya

4) Menerapkan dan mengembangkan kemampuan dalam mengelola surat/dokumen sesuai dengan standar operasi dan prosedur untuk mendukung tugas pokok lembaga

5) Menerapkan dan mengembangkan pelayanan terhadap relasi sehingga diperoleh manfaat bagi masing-masing pihak

6) Menerapkan dan mengembangkan kemampuan mengelola administrasi keuangan sehingga segala aspek keuangan dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan


(61)

C. Sistem Pendidikan SMK BOPKRI 1 Yogyakarta

Tujuan pendidikan tingkat satuan Pendidikan di SMK BOPKRI 1 Yogyakarta mengacu pada tujuan umum Pendidikan yaitu:

Tujuan Pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

Konsekuensi dari tujuan tersebut sekolah harus memberikan bekal keilmuan untuk studi lebih lanjut dan mempersiapkan lulusan menjadi tenaga kerja yang handal dan sesuai dengan kebutuhan Dunia Usaha/Industri/Kerja (DU/DI/DK), maka SMK BOPKRI 1 Yogyakarta melaksanakan Pendidikan Sistem Ganda (PSG), yaitu pendidikan yang dilaksanakan di dua tempat yaitu di sekolah dan di dunia industri, dunia usaha, dan dunia kerja. Bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematis dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di Dunia Usaha/Industri/Kerja.

Perlu diketahui bahwa mulai tahun pelajaran 1996/1997 SMK BOPKRI 1 Yogyakarta (saat itu bernama SMEA BOPKRI 1) telah melaksanakan Praktik Industri bagi siswa sesuai yang digariskan dalam Kurikulum 1994, walaupun kurikulum terus-menerus mengalami perubahan dan perkembangan, yaitu kurikulum 1999, kurikulum 2004, dan saat ini menggunakan kurikulum edisi 2006, siswa-siswi SMK BOPKRI 1 tetap melaksanakan Praktik Industri.


(62)

Sekolah menjadwalkan Praktik Industri setiap tahunnya pada bulan April sampai dengan bulan Juli tahun yang bersangkutan dengan total waktu 4 bulan, kecuali apabila DU/DI/DK yang menghendaki jadwal tersendiri. Sedangkan siswa yang mengikuti Praktik Industri adalah siswa kelas XI program keahlian Administrasi Perkantoran dan Akuntansi.

D. Kurikulum SMK BOPKRI 1 Yogyakarta

Kurikulum merupakan seperangkat rencana kegiatan dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Kurikulum dimaksudkan untuk memperlancar proses kegiatan belajar mengajar dan membina pengembangan program studi untuk mempersiapakan lulusan yang cakap dan terampil sesuai dengan tuntutan kurikulum.

SMK BOPKRI 1 Yogyakarta saat ini sudah menggunakan Kurikulum 2006 atau yang disebut dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP merupakan pengembangan kurikulum 2004 (KBK) dan merupakan kurikulum operasional yang disusun oleh dan dikembangkan di masing-masing satuan Pendidikan dan Komite Sekolah, yang berisi: Tujuan Satuan Pendidikan, Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Kalender Pendidikan, dan Silabus. KTSP ini sudah mulai diterapkan pada tahun pelajaran 2006/2007 mulai kelas X sampai dengan kelas XII. Berikut hal-hal yang berkaitan dengan KTSP:


(63)

1. Struktur Program sesuai dengan Standar Isi, yang meliputi: a Kelompok mata pelajaran Agama dan akhlak mulia

b Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian c Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan alam dan teknologi d Kelompok mata pelajaran estetika

e Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan f Muatan lokal

g Pengembangan diri (diarahkan ke bimbingan karier dan pengembangan kreativitas)

2. Standar ketuntasan belajar

a Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam satu kompetensi dasar berkisar antara 0–100%. Kriteria ketuntasan ideal untuk masing-masing indikator 75%

b SMK BOPKRI 1 Yogyakarta menggunakan kentutasan belajar minimal untuk kelompok mata pelajaran normatif dan adaptif 6,00 dan untuk kelompok mata pelajaran produktif 7,00

3. Standar kelulusan

a Menyelesaikan seluruh program pembelajaran

b Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan alam dan teknologi, kelompok mata pelajaran estetika, kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.


(64)

c Lulus ujian sekolah d Lulus ujian nasional

1) Nilai ujian nasional untuk 3 mata pelajaran minimum 4,25 2) Nilai ujian produktif minimum 7,00

3) Rata-rata ketiga nilai tersebut ditambah nilai ujian produktif minimum 5,25.


(65)

E. Organisasi Sekolah SMK BOPKRI 1 Yogyakarta

STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH SMK BOPKRI 1 YOGYAKARTA

Pengurus Yayasan BOPKRI Yogyakarta

Komite Sekolah Kepala Sekolah

Kantor Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta

Koordinator BP/BK - BKK Wakil Kep.Sek Urusan - Kurikulum

- Humas/Hubin

Guru/Wali Kelas

Wakil Kep.Sek Urusan - Kesiswaan

- Sarana Prasarana

Ketua Jurusan Akuntansi

Guru/Wali Kelas

Siswa SMK BOPKRI 1 Yogyakarta

Ketua Jurusan Admin.Perkantoran Kepala Tata Usaha


(66)

Tugas Kepala Sekolah, Guru, dan Karyawan adalah sebagai berikut: 1. Kepala Sekolah.

Kepala Sekolah SMK BOPKRI 1 yang sekarang dibantu oleh Wakil Kepala Sekolah, mempunyai tugas merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan, mengawasi, dan mengevaluasi seluruh kegiatan pendidikan di sekolah ini dengan perincian sebagai berikut: a Program tahunan, semesteran berdasarkan kalender pendidikan.

b Jadwal pelajaran pertahunan, persemesteran termasuk penetapan jenis mata pelajaran/diklat/kompetensi/bidang pengembangan/bidang studi/bidang pengajaran/keterampilan dan pembagian tugas guru.

c Program RPP berdasarkan buku kurikulum.

d Pelaksanaan Jadwal RPP menurut alokasi waktu yang telah ditentukan berdasarkan kelender pendidikan.

e Pelaksanaan ulangan/test/hasil evaluasi belajar untuk kenaikan dan UN.

f Penyusunan kelompok murid/siswa berdasarkan norma penjurusan. g Penyusunan norma penilaian.

h Penetapan kenaikan kelas.

i Laporan kemajuan hasil belajar murid/siswa.

j Penetapan dalam peningkatan proses belajar mengajar. a. Mengatur administrasi kantor

b. Mengatur administrasi murid/siswa c. Mengatur administrasi pegawai


(67)

d. Mengatur administrasi perlengkapan e. Mengatur administrasi keuangan f. Mengatur administrasi perpustakaan g. Mengatur pembinaan murid/kesiswaan h. Mengatur hubungan dengan masyarakat

Agar kegiatan Kepala Sekolah dapat mencapai sasaran secara optimal diperlukan adanya jadwal kerja Kepala Sekolah yang meliputi kegiatan-kegiatan rutin harian, mingguan, bulanan, semesteran dan tahunan.

2. Guru.

Tugas guru sebagai berikut :

a. Guru mempunyai tugas pokok melaksanakan pendidikan dan pengajaran di sekolah berdasarkan kurikulum yang berlaku. Di samping tugas pokok tersebut, guru membantu kepala sekolah dalam melaksanakan dan mengatur:

1) Administrasi murid/siswa 2) Administrasi kepegawaian 3) Administrasi perlengkapan 4) Administrasi keuangan 5) Administrasi perpustakaan 6) Administrasi perkantoran

7) Administrasi pembinaan kesiswaan, termasuk program BP. 8) Administrasi hubungan sekolah dengan masyarakat.


(1)

168

11 Ada periode yang lama dimana kelas itu vakum (disorganisasi) √ 12 Beberapa siswa dalam kelas itu menganggap tugas itu sulit (kesulitan) √

13 Hampir semua siswa memiliki kepekaan untuk pengembangan kelas itu (apati) √ 14 Ketika diskusi kelompok berlangsung, semua siswa berkeinginan untuk memberikan

kontribusi (demokrasi) √

Siswa saling bekerja sama menyelesaikan soal 15 Kebanyakan siswa suka bekerja sama daripada bersaing satu sama lain dalam kelas

ini (persaingan) √

16 Para siswa dalam kelas ini tidak akrab dan tidak suka satu sama lain √

17 Kelas ini bekerja dengan tujuan yang berbeda-beda √

18 Para siswa yang melanggar peraturan dihukum √ Ada teguran dan sanksi

19 Kelas ini mempunyai banyak waktu untuk menyelesaikan sejumlah tugas yang

diberikan √

20 Koleksi bahan referensi yang lengkap tersedia di kelas untuk digunakan para siswa √ 21 Siswa-siswa tertentu nampaknya tidak menghargai siswa-siswa lainnya √ 22 Tujuan-tujuan dari kelas itu tidak dipahami secara jelas √

23 Setiap anggota kelas diberi keistimewaan yang sama √

24 Ada siswa yang tidak puas dengan kerja tim dalam kelas √

25 Siswa-siswa tertentu hanya bekerja dengan siswa tertentu saja √ 26 Kerja sama dalam kelas sering macet karena beberapa siswa malas √

27 Hampir semua siswa dalam kelas ini merasa tertantang √

28 Beberapa anggota dari kelas ini tidak peduli dengan tugas-tugas yang lama √ 29 Siswa-siswa tertentu mempunyai banyak pengaruh pada kelas daripada lainnya √ 30 Hampir semua siswa dalam kelas ini menghendaki pekerjaannya lebih baik dari

pekerjaan rekan lain √

31 Kelas ini terdiri dari individu-individu yang tidak saling mengenal satu sama lain

dengan baik √


(2)

169

33 Kebaikan dan kebenaran sangat diutamakan dalam aktivitas kelas √

34 Hanya sedikit waktu dalam kelas untuk mengantuk siang hari √ 35 Ada papan majalah dinding dan gambar-gambar di dinding kelas √

36 Siswa-siswa tertentu dalam kelas ini tidak suka bekerja sama √ 37 Beberapa siswa dalam kelas lebih diandalkan daripada yang lainnya √

38 Hampir semua siswa bekerja sama secara akrab dengan semua anggota kelas yang

lainnya √

39 Setelah menyelesaikan sebuah tugas, hampir semua siswa merasa puas √

40 Kelas ini terorganisir dengan baik dan efisien √

41 Hampir semua siswa menganggap materi pelajaran mudah √ 42 Para siswa memperlihatkan kepedulian yang sama untuk keberhasilan kelas √ 43 Masing-masing anggota kelas mempunyai pengaruh terhadap anggota lainnya √ 44 Para siswa bersaing untuk menunjukkan siapa yang melakukan pekerjaan yang paling

baik √

Yogyakarta, 26 Mei 2009

Observer


(3)

170

Hasil Analisis Motivasi Belajar Siswa Siklus II

Nama / Nomor pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Dian Atari 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Benedicta Christa 3 4 2 4 2 1 4 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 4 3 3

Clara Vika 3 2 3 4 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 4 2 3 2 4 3

Desinta Christiani 3 4 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 4 2 4 4 3 3 2 4

Duwi Ika Endarini 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 3

Duwi Pujaningsih 4 4 3 3 3 2 4 1 4 3 4 3 4 2 2 2 2 3 4 3

Erlin Febriana 3 2 2 2 3 3 2 3 3 4 3 3 2 3 4 3 2 3 1 3

Fajriah Fidaturochmah 3 4 3 1 3 2 4 3 4 4 2 3 3 1 2 4 3 3 2 3

Firlawati Agustina 3 2 2 3 4 3 2 1 4 3 2 2 4 3 3 3 2 3 1 3

Karisma Dwi Susanti 4 3 3 4 3 1 4 3 3 4 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3

Meria Ulkha Fonica 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Nadia Tesalonica 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Nia Kurnia 4 3 3 3 3 2 4 3 4 3 3 4 4 2 3 3 3 3 2 4

Nila Nurcahyati 3 2 3 4 1 2 3 3 4 3 2 4 3 1 4 4 2 3 3 3

Novitasari 3 3 2 3 2 3 3 3 1 3 4 1 4 3 3 2 4 2 3 4

Rahayu Dwi Astuti 3 2 2 3 2 3 4 3 3 2 3 3 2 3 1 4 2 3 2 4

Sandy Sari 3 3 2 3 2 3 4 3 3 3 3 2 4 4 2 3 3 3 2 4

Saniscara Ayu 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3

Sekunda Kusmayani 3 2 3 4 2 2 2 2 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 4

Theodora Desy Setyorini 3 3 3 4 2 4 4 3 4 3 3 4 2 1 3 4 4 2 3 2

Tri Astuti Wulandari 3 3 2 3 3 3 3 1 4 3 4 3 4 3 2 3 2 3 2 3

Vannia Ayu Pawestri 3 2 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 4 4 3 2 3 3 2 4


(4)

Lampiran 10b

Instrumen Refleksi

Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran Dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

No Uraian Komentar

1 Penilaian guru tentang komponen pembelajaran

a. Materi Ajar

b. Lembar Kerja Siswa (LKS) c. Soal Kuis/Tes bab

d. Contoh RPP e. Kunci Soal f. Tes Hasil Belajar g. Suasana Kelas h. Cara Kerja siswa

i. Keterampilan Kooperatif yang dilatihkan

Secara keseluruhan dari a-i sudah baik dari siklus 1 dan 2. hand out lengkap, soal tidak ada yang salah, kunci jawaban sudah benar dan siswa saling bekerja sama.

2 Selama kerja kelompok siswa: a. Mendengarkan orang lain b. Mengajukan pertanyaan c. Mengorganisasikan ide-idenya d. Mengorganisasikan kelompok e. Mengacaukan kegiatan f. Melamun

Siswa bekerja dan belajar dengan baik, saling bekerja sama satu sama lain di dalam kelompok.

3 Keuntungan yang diperoleh dalam merencanakan dan menerapkan rencana pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang berorientasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT

Kegiatan Belajar Mengajar menjadi lebih variatif dan menarik, siswa pun menjadi antusias dalam belajar.

4 Hambatan yang mungkin akan ditemui, jika nanti guru akan merencanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT seperti yang telah dilakukan

Akan sulit diterapkan jika hanya 2 jam tatap muka.

5 Apakah siswa berminat untuk mengikuti KBM yang telah dilakukan dan KBM berikutnya yang akan dilakukan


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Peningkatan hasil belajar kimia siswa dengan mengoptimalkan gaya belajar melalui model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) penelitian tindakan kelas di MAN 11 Jakarta

0 27 232

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMK Sanjaya Pakem kelas X pada mata pelajaran akuntansi.

0 0 196

Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) guna meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi : penelitian dilaksanakan pada siswa kelas X SMA Bopkri 2 Yogyakarta.

0 0 352

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMK Sanjaya Pakem kelas X pada mata pelajaran akuntansi

0 7 194

Upaya peningkatkan motivasi belajar siswa melalui metode pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) pada mata pelajaran akuntansi : studi kasus siswa kelas X Jurusan Akuntansi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta - USD Repository

0 0 197