Pembahasan Hasil Penelitian ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

terakreditasi A dan belum terakreditasi pada kolom mean difference tampak tanda

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Persepsi siswa terhadap Ujian Nasional pada siswa yang belajar di SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan belum terakreditasi. Hasil pengujian menunjukkan adanya perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional antara siswa yang belajar di SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B dan belum terakreditasi. Hasil ini didukung dengan perhitungan statistik yang menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi a = 0,05 dan dk = 3-13-1 = 4, tampak bahwa nilai 2 χ tabel = 9,488 lebih kecil dari 2 χ hitung = 16,3681. Sedangkan hasil pengujian koefisien kontingensi menunjukkan bahwa terdapat derajat hubungan yang rendah antara akreditasi sekolah dengan persepsi siswa terhadap Ujian Nasional. Hal ini ditunjukkan dengan membandingkan nilai C = 0,2604 dengan C maks. = 0,8167, tampak hasil yang ditunjukkan adalah sebesar 0,3188. Deskripsi data penelitian tentang persepsi siswa terhadap Ujian Nasional menunjukkan bahwa siswa yang belajar di SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A terdapat 5,94 memiliki persepsi positif; 25,74 memiliki persepsi cukup positif; 30,69 memiliki persepsi negatif dan 37,63 memiliki persepsi sangat negatif. Hal tersebut mengindikasikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bahwa sebagian besar siswa yang belajar di SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A memiliki persepsi sangat negatif. Di samping itu, data juga menunjukkan bahwa siswa yang belajar di sekolah dengan kategori terakreditasi B terdapat 5,45 memiliki persepsi positif; 25,45 memiliki persepsi cukup positif; 45,45 memiliki persepsi negatif dan 23,65 memiliki persepsi sangat negatif. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa sebagian besar siswa yang belajar di SMA dengan kategori sekolah terakreditasi B memiliki persepsi negatif terhadap Ujian Nasional. Berbeda dengan data pada sekolah belum terakreditasi, data menunjukkan bahwa 2,9 siswa memiliki persepsi sangat positif; 7,35 memiliki persepsi positif; 44,93 me miliki persepsi cukup positif; 26,09 memiliki persepsi negatif dan 18,73 memiliki persepsi sangat negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar siswa yang belajar di SMA dengan kategori sekolah belum terakreditasi memiliki persepsi cukup positif terhadap Ujian Nasional. Perbedaan persepsi dimana persepsi siswa yang belajar di sekolah dengan kategori sekolah terakreditasi A lebih negatif daripada sekolah terakreditasi B, membuktikan bahwa sekolah yang tergolong sangat baik terakreditasi A tidak selalu mempunyai persepsi yang lebih positif dibandingkan dengan sekolah yang tergolong baik terakreditasi B maupun kurang baik belum terakreditasi. Denga n demikian siswa yang belajar di SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A belum tentu memiliki persepsi yang lebih positif. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Perbedaan persepsi ini diduga karena siswa yang belajar pada sekolah dengan kategori akreditasi A maupun B akan memiliki sarana dan prasarana yang lebih memadai serta proses belajar-mengajar yang lebih kondusif dibandingkan dengan siswa yang belajar di sekolah yang belum terakreditasi. Di samping itu, kualitas siswa yang belajar di sekolah terakreditasi A maupun B juga akan lebih baik daripada siswa di sekolah belum terakreditasi. Keadaan-keadaan ini justru memungkinkan bagi siswa-siswa yang belajar di sekolah terakreditasi A maupun B berpikir lebih kritis dan merasa lebih berat dalam mempertahankan prestasi dan predikat sebagai siswa yang belajar di sekolah unggulan. Berdasarkan hal tersebut maka siswa perlu dibekali baik secara jasmani maupun rohani, keseimbangan persiapan dalam hal materi bahan ujian maupun mental sangat diperlukan. 2. Persepsi gur u terhadap Ujian Nasional pada guru yang mengajar di SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan belum terakreditasi. Hasil pengujian menunjukkan ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional antara guru yang mengajar di SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan belum terakreditasi. Hasil ini didukung dengan perhitungan statistik yang menunjukkan bahwa bahwa pada taraf signifikansi a = 0,05 dan dk = 2-12-1 = 1, tampak bahwa nilai 2 χ tabel = 3,481 lebih kecil dari 2 χ hitung = 6,8375. Sedangkan hasil pengujian koefisien kontingensi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menunjukkan bahwa terdapat derajat hubungan yang kuat antara akreditasi sekolah dengan persepsi guru terhadap Ujian Nasional. Hal ini ditunj ukkan dengan membandingkan nilai C = 0,4634 dan C maks. = 0,7071, tampak hasil yang ditunjukkan adalah sebesar 0,6553 Deskripsi data tentang persepsi guru terhadap Ujian Nasional menunjukkan bahwa guru yang mengajar di SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A terdapat 20 memiliki persepsi positif, 60 memiliki persepsi negatif dan 20 memiliki persepsi sangat negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar guru yang mengajar di SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A memiliki persepsi negatif. Disamping itu, data juga menunjukkan bahwa guru yang mengajar di SMA dengan kategori sekolah terakreditasi B terdapat 16,67 memiliki persepsi positif dan negatif serta 66,67 memiliki persepsi sangat negatif. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar guru yang mengajar di SMA dengan kategori sekolah terakreditasi B memiliki persepsi sangat negatif. Guru yang mengajar di SMA dengan kategori sekolah belum terakreditasi terdapat sebanyak 22,22 memiliki persepsi negatif, dan 77,78 memiliki persepsi sangat ne gatif. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar guru yang mengajar di SMA dengan kategori sekolah belum terakreditasi memiliki persepsi sangat negatif. Adanya perbedaan persepsi antara guru yang mengajar di SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B dan belum terakreditasi berdasarkan data tersebut berarti guru-guru memiliki persepsi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yang berbeda-beda terhadap Ujian Nasional. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas sekolah yang tercermin dalam pengelompokkan sekolah ke dalam sekolah terakreditasi A, terakreditasi B dan belum terakreditasi menyebabkan perbedaan persepsi guru terhadap Ujian Nasional. Persepsi guru yang mengajar di sekolah terakreditasi A dan B lebih negatif daripada guru yang mengajar di sekolah belum terakreditasi mengindikasikan bahwa guru-guru tidak memiliki pemahaman dan penerimaan yang baik terhadap Ujian Nasional yang ditinjau dari berbagai aspek yaitu aspek pedagogis, sosial dan psikologis, yuridis dan ekonomis. Persepsi sangat negatif menunjukkan bahwa tiga mata pelajaran yang diujikan yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan EkonomiAkuntansi tidak mampu mengukur sikap atau nilai- nilai hidup yang baik yang harus dimiliki oleh siswa. Tiga mata pelajaran yang diujikan tersebut berarti hanya mengukur segi kognitif saja dari seorang siswa. Selain itu, baik guru yang mengajar di sekolah terakreditasi A, terakreditasi B maupun belum terakreditasi sama-sama menyatakan bahwa Ujian Nasional membuat mereka khawatir karena sangat menentukan kelulusan siswa, apalagi dengan standar kelulusan yang ditetapkan oleh pemerintah saat ini yaitu memiliki nilai rata-rata minimum 5,00 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan dengan tidak ada nilai di bawah 4,25 atau memiliki nilai minimum 4,00 pada salah satu mata pelajaran dengan nilai dua mata pelajaran lainnya minimum 6,00 dan dimungkinkan kriteria ini akan dinaikkan nilainyadiubah pada UN 2008. Standar kelulusan ini dirasa sangat memberatkan siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem penilaian terpusat dengan Ujian Nasional tidak memperhatikan situasi dan kondisi sekolah yang berbeda-beda dan telah melanggar UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas yang menyatakan bahwa penilaian adalah otoritas guru. Penentuan kelulusan hendaknya melibatkan pengelola pembelajaran di sekolah, gurulah yang sangat memahami proses dan hasil belajar siswa di kelas. Di samping itu, baik guru yang mengajar di sekolah dengan kategori terakreditasi A, terakreditasi B maupun belum terakreditasi memahami bahwa orang tua terbebani secara finansial dengan adanya Ujian Nasional dan pengeluaran sekolah pun semakin besar terutama dalam rangka mempersiapkan siswa untuk menghadapi Ujian Nasional, misalnya dengan diadakannya jam- jam tambahan pengayaan. Adanya persepsi guru yang belum positif terhadap Ujian Nasional memperlihatkan masih sangat diperlukannya sosialisasi menyeluruh tentang Ujian Nasional, baik tentang tujuan, fungsi, dan pelaksanaannya sehingga para guru dapat memahami dan mengerti tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ujian Nasional yang pada akhirnya nanti dapat menjadi pedoman dan pegangan dalam mempersiapkan siswa menghadapi Ujian Nasional dan menindaklanjuti hasil ujian tersebut. 3. Persepsi orang tua terhadap Ujian Nasional pada orang tua yang menyekolahkan anaknya di SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan belum terakreditasi. Hasil pengujian menunjukkan ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional pada orang tua yang menyekolahkan anaknya di SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan belum terakreditasi. Hasil ini didukung dengan perhitungan statistik yang menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi a = 0,05 uji ANOVA F hitung = 4,604 F tabel = 3,0618 dan nilai probabilitasnya Asymp.Sig sebesar 0,011. Deskripsi data tentang persepsi orang tua terhadap Ujian Nasional menunjukkan bahwa orang tua yang menyekolahkan anaknya di SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A terdapat 1,22 memiliki persepsi positif; 14,63 memiliki persepsi cukup positif; 31,71 memiliki persepsi negatif, dan 52,44 memiliki persepsi sangat negatif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar orang tua yang menyekolahkan anaknya di SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A memiliki persepsi sangat negatif. Orang tua yang menyekolahkan anaknya di SMA dengan kategori sekolah terakreditasi B terdapat 24,49 memiliki persepsi cukup positif ; 24,49 memiliki persepsi negatif, dan 51,02 memiliki persepsi sangat negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar orang tua yang menyekolahkan anaknya di SMA dengan kategori sekolah terakreditasi B memiliki persepsi sangat negatif. Orang tua yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menyekolahkan anaknya di SMA dengan kategori sekola h belum terakreditasi terdapat 8,96 memiliki persepsi positif; 25,36 memiliki persepsi cukup positif; 32,84 memiliki persepsi negatif, dan 32,84 memiliki persepsi sangat negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar orang tua yang menyekolahkan anaknya di SMA dengan kategori sekolah belum terakreditasi memiliki persepsi negatif dan sangat negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A dan B, tidak selalu akan memiliki persepsi yang lebih baik terhadap Ujian Nasional dibandingkan dengan orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah belum terakreditasi. Perbedaan persepsi tersebut diduga salah satunya karena orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A maupun terakreditasi B, memandang Ujian Nasional sebagai suatu sistem penilaian yang tidak komprehensif karena hanya menilai hasil belajar pada aspek kognitifnya saja. Di samping itu, para orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A maupun B pastilah memiliki anak yang berkualitas dalam studinya, sehingga para orang tua tersebut lebih berpikir kritis karena tidak mau jika anaknya gagal dalam studi. Walaupun demikian, terlihat bahwa sesungguhnya semua orang tua memiliki persepsi yang negatif terhadap Ujian Nasional. Hal tersebut diduga karena aspek sosial dan psikologis, yakni orang tua merasa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI khawatir karena hasil Ujian Nasional sangat menentukan kelulusan. Kekhawatiran tersebut didukung dengan pandangan masyarakat yang masih melihat bahwa siswa yang sungguh-sungguh berkualitas adalah siswa yang berhasil lulus Ujian Nasional. Berdasarkan penjelasan di atas, maka orang tua sangatlah membutuhkan penjelasan-penjelasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ujian Nasional sehingga para orang tua sungguh- sungguh memahami tujuan, fungsi, pembiayaan dan persiapan-persiapan sekolah dalam menghadapi Ujian Nasional. . PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96

BAB V PENUTUP