STS Sangat Tidak Setuju, TS Tidak Setuju, S Setuju dan SS Sangat Setuju. Masing-masing jawaban mempunyai nilai sebagai berikut.
Tabel II. Besar Skor untuk Tanggapan Pernyataan Aspek Pengetahuan Tanggapan Pernyataan Aspek Pengetahuan
Skor
Ya 1
Tidak
Tabel III. Besar Skor untuk Tanggapan Pernyataan Aspek Sikap dan Tindakan
Tanggapan Pernyataan Aspek Sikap dan Tindakan
Skor Pernyataan Favorable
Skor Pernyataan Unfavorable
SS Sangat Setuju 4
1 S Setuju
3 2
TS Tidak Setuju 2
3 STS Sangat Tidak Setuju
1 4
E. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dipilih berdasarkan kriteria inklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah lansia pria berumur 46 tahun keatas Depkes RI,
2009. Dengan latar belakang pendidikan bukan dari kesehatan, yang bisa baca tulis dan bersedia mengikuti kegiatan CBIA di Kecamatan Umbulharjo. Kriteria
eksklusi untuk subyek penelitian adalah pria dengan umur kurang dari 46 tahun, tidak mengikuti CBIA hingga akhir, tidak ditemukan tempat tinggalnya pada saat
post II, dan tidak bisa ditemui pergi keluar kota dalam waktu lama pada saat post II.
F. Tata Cara Penelitian
1. Studi pustaka
Penelitian dimulai dengan studi pustaka yaitu membaca literatur-literatur dan jurnal yang berhubungan dengan pengetahuan masyarakat tentang antibiotika
serta angka kejadian terjadinya resistensi antibiotika.
2. Analisis situasi
Penentuan lokasi peneliti dilakukan dengan survei ke beberapa kecamatan yang ada di Yogyakarta. Setelah itu dipilih lokasi yang penduduknya
memenuhi kriteria sebagai subyek uji dalam penelitian ini. Pada akhirnya didapatkan Kecamatan Umbulharjo.
Etical Clearance dalam penelitian ini dilakukan melalui inform concern yang diisi oleh responden dan perizinan sebelum penelitian dilakukan. Perizinan
dimulai dari mencari surat izin dari Dinas Perizinan Kota Yogyakarta, kemudian menyerahkan surat izin ke kecamatan, kelurahan, hingga ke komisi lansia.
Permintaan izin tempat penelitian diurus di kantor kecamatan. Informasi mengenai data penduduk diperoleh dari ketua Komisi Lansia Sukmo Wicoro.
3. Teknik sampling
Penentuan sampel
pada penelitian
ini menggunakan
teknik nonprobability sampling jenis purposive sampling dimana pemilihan sampel
dilakukan atas pertimbangan tertentu. Teknik nonprobability sampling adalah salah satu teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau
kesempatan bagi anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel Sagiyono,
2012. Dalam lingkup penelitian sosial, pengujian instrumen sebaiknya
melibatkan 30-40 responden Effendi dan Tukiran, 2012. Penelitian ini ditujukan kepada pria lanjut usia sehingga muncul
pertimbangan untuk mengambil responden dari sebuah komisi lansia di Kecamatan Umbulharjo yang memiliki anngota aktif cukup banyak. Didapatkan
kelompok Komisi Lansia Sukmo Wicoro, lalu peneliti mengundang 50 anggota aktif untuk mengikuti CBIA namun responden yang hadir 43 orang. Dari 43
orang yang hadir, 39 orang mengikuti acara sampai selesai. Setelah pengecekan kuesioner ternyata ada 3 sampel yang dieklusi karena umurnya kurang dari 46
tahun, sehingga untuk penyebaran kuesioner selanjutnya ditentukan sampel sebanyak 36 orang. Pada post I, 1 responden tidak ditemukan tempat tinggalnya
dan 4 responden pergi keluar kota dalam jangka waktu yang lama sehingga jumlah sampel menjadi 31. Pada post II jumlah sampel sebanyak 31 orang.
Berikut merupakan gambar bagan pemilihan responden.
Gambar 2. Bagan Pemilihan Responden
Keseluruhan pria usia lanjut yang hadir dan mengikuti CBIA 13 Desember 2014 pre
─43 responden
Tidak memenuhi kriteriaeksklusi umur dibawah 46 tahun
─3 responden
tidak mengikuti CBIA sampai akhir
─4 responden
Pria usia lanjut berumur ≥46 tahun, dengan latar pendidikan bukan dari
kesehatan, yang bisa baca tulis dan bersedia mengikuti CBIA sampai akhir post I
─36 responden
Post II Tidak ditemukan tempat
tinggalnya ─1 responden
Pergi keluar kota─4 responden
Jumlah responden post II ─31 orang
Jumlah responden post III ─31 orang
G. Pembuatan Kuesioner
Kuesioner dikembangkan dari kuesioner yang pernah digunakan dari penelitian sebelumnya. Kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan
digunakan untuk mengukur pengetahuan, sikap dan tindakan responden tentang antibiotika. Sebelum digunakan kuesioner harus melewati beberapa uji yaitu
1. Validitas instrumen
Pada penelitian ini, validitas yang dilakukan adalah validitas isi content. Kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner yang telah dikembangkan dari
penelitian sebelumnya, sehingga telah divalidasi oleh beberapa expert. Kuesioner penelitian ini divalidasi kembali oleh dosen Fakultas Farmasi sekaligus seorang
apoteker yang ahli di bidang obat-obatan. Terdapat beberapa pernyataan yang harus direvisi pada uji validitas pertama, yaitu nomor 2, 9, 13, dan 19 pada aspek
pengetahuan. Pada aspek sikap nomor 4, 7, 10, dan 11, sedangkan untuk aspek tindakan nomor 1, 2, dan 5.
Kuesioner yang sudah direvisi kemudian di uji validitas kembali untuk kedua kalinya. Pernyataan yang harus direvisi untuk aspek pengetahuan adalah
nomor 3, 9, 15, dan 16, untuk aspek sikap pernyataan yang harus direvisi adalah nomor 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10, sedangkan untuk aspek tindakan sudah baik.
Hasil uji validitas kuesioner ditampilkan pada Lampiran 6 sampai 8.
2. Uji pemahaman bahasa
Uji pemahaman bahasa kuesioner dilakukan dengan mengujikan kuesioner yang telah dibuat kepada lay people namun bukan yang berlokasi di
tempat penelitian. Lay people yang dipilih adalah yang memenuhi kriteria inklusi,
yaitu pria berusia 46 tahun keatas pria lanjut usia dengan latar belakang pendidikan bukan dari kesehatan. Uji pemahaman bahasa dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman responden terhadap maksud atau tujuan pernyataan yang dibuat oleh peneliti.
Peneliti melakukan uji pemahaman bahasa terhadap 30 orang di Bank BTPN Karanganyar. Berdasarkan hasil uji pemahaman bahasa, ditemukan
beberapa item yang sulit dimengerti oleh beberapa orang. Pernyataan – pernyataan
tersebut kemudian diperbaiki susunan kalimat dan pemilihan katanya supaya dapat dipahami oleh semua orang. Menurut Budiman dan Riyanto 2013, untuk
menghindari kalimat yang rumit hendaknya pernyataan dituliskan dengan bahasa yang sederhana, jelas, dan langsung. Kalimat yang mudah dipahami akan
membantu responden dalam memahami maksud pernyataan kuesioner. Setelah item-item pernyataan diperbaiki kemudian dilakukan uji pemahaman bahasa yang
kedua. Pada uji pemahaman bahasa kedua, tidak ditemukan item pernyataan
yang sulit dipahami oleh 30 orang yang mengisi kuesioner, sehingga kuesioner dapat dilanjutkan ke tahap uji Reliabilitas. Tabel IV berikut merupakan item-item
pernyataan yang sulit dipahami oleh responden pada saat uji pemahaman bahasa yang pertama. Kuesioner yang dipakai untuk uji pemahaman bahasa dapat dilihat
pada lampiran 12, 13, dan 14.
Tabel IV. Item Kuesioner yang Sulit Dipahami dalam Uji Pemahaman bahasa
No Aspek
Item Revisi
1 Pengetahuan
15. jika terjadi resistensi antibiotika saya masih bisa meminum antibiotika yang
sama Dihapus dan diganti
pernyataan lain
2 Sikap
8. antibiotika harus diminum secara teratur tidak boleh terputus-putus
Dihapus dan diganti pernyataan lain
3 Tindakan
7. Saya akan mengatur nada pengingat agar tidak lupa minum antibiotika
Kata “nada pengingat” diganti dengan kata
“alarm”
3. Uji Reliabilitas instrumen
Uji reliabilitas dilakukan dengan menyebarkan kuesioner pada 30 responden yang memiliki kriteria inklusi mirip dengan subyek penelitian, namun
tidak dilakukan dalam lokasi penelitian. Uji reliabilitas digunakan untuk menguji konsistensi dari instrumen. Uji reliabilitas menggunakan metode Cronbach-Alpha.
Jika nilai α 0,6 maka kuesioner dinyatakan reliabel Budiman dan Riyanto, 2013. Peneliti mengambil 30 responden dari nasabah Bank BTPN di jalan
Kaliurang yang memenuhi kriteria inklusi. Pengujian reliabilitas dilakukan menggunakan program statistik R 2.14.0.
, untuk mendapatkan nilai α yang lebih baik dilakukan pula seleksi item. Pengerjaan seleksi item dalam penelitian ini
sudah sesuai dengan kedua teori tersebut. Pada aspek pengetahuan sebelum dilakukan seleksi item 20 pernyataan
menghasilkan α sebesar 0,717, namun setelah seleksi item α yang diperoleh adalah 0,654. Pada aspek sikap dan tindakan masing-
masing diperoleh α sebesar 0,692 dan 0,603. Aspek sikap dan tindakan tidak dilakukan seleksi item. Rincian
uji reliabilitas aspek pengetahuan, sikap, dan tindakan disajikan dalam gambar berikut ini.
Gambar 3. Uji Reliabilitas Kuesioner pada Aspek Pengetahuan
Seleksi item
Pengurangan item nomor 3
Point Biserial : 0.0058
Uji reliabilitas 20 item
α : 0,717
Uji reliabilitas 19 item α :
0.724
Uji reliabilitas 18 item α : 0,735
Uji reliabilitas 17 item α : 0.746
Uji reliabilitas 16 item α : 0.709
Seleksi item
Pengurangan item nomor 13
Point Biserial : 0.0482
Seleksi item
Pengurangan item nomor 6
Point Biserial : 0.1434
Seleksi item
Pengurangan item nomor 4
Point Biserial : 0.6649
15 item α : 0.654
Seleksi item
Pengurangan item nomor 2
Point Biserial : 0.6962
Gambar 4. Uji Reliabilitas Pada Aspek Sikap
Gambar 5. Uji Reliabilitas Pada Aspek Tindakan
H. Penyebaran Kuesioner
Penyebaran kuesioner dilakukan saat dilakukan kegiatan CBIA pada kelompok komisi lansia yaitu, sebelum pre test dan sesudah post test intervensi
CBIA. Kuesioner diisi sendiri oleh responden. Kemudian dilakukan follow up berupa pemberian kuesioner satu bulan post I dan dua bulan post II setelah
intervensi. Follow up dilakukan dengan mendatangi responden yang telah hadir pada saat CBIA kemudian kuesioner diisi oleh responden. Hal ini bermanfaat
untuk mengetahui apakah pengetahuan responden dapat bertahan, meningkat atau menurun.
Uji reliabilitas 10 item α : 0,692
Reliabel
Uji reliabilitas 10 item α : 0,603
Reliabel
I. Manajemen Data
1. Editing
Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan kuesioner hasil penelitian terkait kelengkapan isi jawaban dan pemilihan kuesioner yang memenuhi kriteria inklusi.
Kuesioner yang telah diiisi dan dikembalikan responden tidak semua digunakan dalam analisis data. Hanya kuesioner yang telah terisi lengkap dan kuesioner
dengan responden yang memenuhi kriteria inklusi saja yang digunakan. Pada penelitian ini, terkumpul sebanyak 39 kuesioner pre dan 39
kuesioner post. Jumlah kuesioner dari responden yang memenuhi kriteria inklusi ada 36, namun ketika post I dan post II masing-masing hanya terkumpul 31
kuesioner. Jadi jumlah kuesioner yang dianalisis adalah 31.
2. Processing
Pada tahap ini pengolahan data dilakukan dengan cara memasukkan angka dari setiap item pernyataan yang dijawab oleh responden, kemudian
dilakukan pengelompokkan item pernyataan. Pengelompokan item pernyataan dalam kuisioner berdasarkan pada variabel-variabel yang akan diteliti dalam hal
ini adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan. Pengelompokan data tersebut dikerjakan pada program Microsoft Excel.
3. Cleaning
Data yang sudah dimasukkan ke program Microsof Excel dan R 2.14.0 diperiksa kembali kebenarannya.
J. Analisis Hasil
1. Uji normalitas
Sebelum dilakukan analisis untuk mencari korelasi antar kedua variabel penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan uji normalitas. Uji normalitas yang
dilakukan pada data penelitian ini guna mengetahui apakah data dalam penelitian ini normal atau tidak.
Pengujian normalitas pada data ini dengan menggunakan statistic nonparametric yaitu dengan menggunakan teknik Shapiro-Wilk. Menurut
Istyastono 2012, uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk, dimana hipotesis null-nya H
adalah “data terdistribusi normal” dan hipotesis alternatifnya H
1
adalah “data tidak terdistribusi normal”, memakai taraf kepercayaan 95. Jika nilai p p-value 0,05 maka H
ditolak dan H
1
diterima, dan sebaliknya jika nilai p p-value
≥0,05 maka H diterima dan H
1
ditolak. Data yang diuji normalitasnya adalah ketiga aspek yang ada di pre, post
I, post II, dan post III. Uji normalitas dilakukan dengan bantuan aplikasi perangkat lunak statistik R 2.14.0. Dari hasil uji normalitas ditemukan satu data
yang normal, yaitu data pengetahuan pre. Hal ini disebabkan karena sebelum diberikan intervensi CBIA, mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuannya
tergolong sedang dan rendah. Setelah intervensi CBIA, banyak responden yang tingkat pengetahuannya bertambah dengan pesat mencapai kategori tinggi, namun
masih ada beberapa responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang tergolong rendah. Hal ini menjadikan data tidak normal sesudah intervensi. Pada tabel V
ditampilkan hasil uji normalitas setiap aspek.
Tabel V. Hasil Uji Normalitas Aspek
Test p-value
Kesimpulan Pengetahuan
Pre 0,067
Normal Post I
0,001 Tidak Normal
Post II 0,000
Tidak Normal Post III
0,001 Tidak Normal
Sikap
Pre 0,005
Tidak Normal Post I
0,013 Tidak Normal
Post II 8,663e-05
Tidak Normal Post III
0,002 Tidak Normal
Tindakan
Pre 0,002
Tidak Normal Post I
4,738e-05 Tidak Normal
Post II 0,000
Tidak Normal Post III
0,029 Tidak Normal
2. Uji hipotesis
Uji hipotesis dilakukan menggunakan uji Wilcoxon sebab distribusi data yang diperoleh tidak normal Dahlan, 2009. Setelah uji normalitas menggunakan
Shapiro-Wilk, diketahui bahwa distribusi data tidak normal kecuali pada data pre pengetahuan, sehingga digunakan uji hipotesis Wilcoxon. Uji hipotesis bertujuan
untuk mengetahui apakah hipotesis penelitian ini dapat diterima dilihat dari indikator nilai p p-value.
Apabila nilai p p value 0,05 maka hipotesis null H
ditolak, dan hipotesis alternatif H
1
diterima Dahlan, 2009. Pada penelitian ini H
-nya adalah tidak ada perbedaan hasil secara signifikan antara sebelum dan sesudah CBIA, sedangkan H
1
-nya adalah ada perbedaan hasil secara signifikan antara sebelum dan sesudah CBIA. Data diolah
secara berpasangan dan dibantu dengan aplikasi statistik R 2.14.0. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa semua nilai p 0,05, sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa H ditolak dan H
1
diterima. Artinya, ada
perbedaan hasil secara signifikan antara sebelum dan sesudah CBIA. Hasil uji hipotesis ditampilkan pada tabel VI.
Tabel VI. Hasil Uji Hipotesis Aspek
Test p-value
Kesimpulan Pengetahuan
Pre – Post I
5,29e-05 Ada peningkatan
Pre – Post II
0,005 Ada peningkatan
Pre – Post III
0,040 Ada peningkatan
Sikap
Pre – Post I
0,000 Ada peningkatan
Pre – Post II
0,013 Ada peningkatan
Pre – Post III
0,050 Ada peningkatan
Tindakan
Pre – Post I
0,001 Ada peningkatan
Pre – Post II
0,005 Ada peningkatan
Pre – Post III
0,043 Ada peningkatan
K. Keterbatasan Penelitian
1. Responden dalam penelitian ini termasuk dalam kategori lanjut usia,
kebanyakan responden sudah kesusahan untuk membaca sehingga diperlukan waktu yang lebih banyak untuk mengisi kuesioner.
2. Pengambilan post II dan post III dilakukan dengan mendatangi rumah
responden sehingga tidak semua data diambil pada hari yang sama. Ada kemungkinan hal tersebut menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
penurunan pengetahuan, sikap, dan tindakan pria lanjut usia tentang antibiotika.
46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Demografi Responden
Karakteristik demografi responden meliputi usia, pendidikan terakhir, dan pekerjaan. Semua responden adalah laki-laki yang termasuk dalam kategori
usia lanjut. Menurut Depkes 2009, usia lanjut dibagi menjadi 3 yaitu masa lansia awal 46-55 tahun dan masa lansia akhir 56-65 tahun, sedangkan usia
≥65 tahun disebut masa manula.
Semakin tua usia seseorang maka pengalaman yang didapatkan akan lebih banyak, sehingga pengetahuannya semakin tinggi Suparlan, 1995.
Kelompok usia 56-65 tahun adalah yang paling dominan diantara kelompok usia lain yaitu sejumlah 15 48 orang, sedangkan yang paling sedikit adalah
kelompok usia 46-55 tahun yaitu sejumlah 3 10 orang, sisanya adalah manula yaitu 13 42 orang. Kelompok umur 46-55 tahun paling sedikit karena
responden diambil dari komisi lansia Sukmo Wicoro yang mayoritas anggotanya berumur 55 tahun keatas. Pria usia lanjut yang tergabung dalam komisi lansia ini
mayoritas sudah pensiun, sehingga mereka cenderung ingin berkumpul untuk melakukan suatu kegiatan bersama. Anggota komisi lansia ini paling banyak
berasal dari Kelurahan Tahunan, sehingga responden yang hadir mayoritas dari Kelurahan Tahunan.
Pendidikan terakhir yang dimaksud adalah strata pendidikan terakhir yang sudah pernah ditempuh oleh responden. Terdapat 4 tingkatan pendidikan