21
berpikir. Benyamin Bloom, menggolongkan tujuan pendidikan menjadi tiga ranah, antara lain:
a. Ranah kognitif berkaitan dengan kognisi atau penalaran
pemikiran–dalam bahasa pendidikan Indonesia disebut “cipta”.
b. Ranah afektif berkaitan dengan afeksi atau “rasa”. c. Ranah psikomotor berkaitan dengan psikomotor atau gerak
jasmani-jiwani, gerak-gerik jasmani yang terkait dengan jiwa; mirip dengan “karya”–walau sebenarnya tidak sama persis.
Selain itu, Bloom memuat dimensi proses kognitif, yaitu: 1 tahap
mengingat, 2
tahap memahami,
3 tahap
menerapkanmengaplikasikan, 4 tahap menganalisi, 5 tahap mengevaluasi, dan 6 tahap mencipta. Tahap-tahap tersebut dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 1. Revisi Taksonomi Bloom
1. Tahap Mengingat
Tahap mengingat yaitu mengambil pengetahuan dan memori jangka panjang.
22
2. Tahap Memahami
Tahap memahami yaitu mengkonstruksikan makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis dan
digambar oleh guru. Menurut Winkel 2009: 274 adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok
bacaan, mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu seperti rumus matematika kedalam bentuk kata-kata, membuat
grafik, dll.
3. Tahap MenerapkanMengaplikasikan
Tahap menerapkanmengaplikasikan yaitu menerapkan dan menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu.
4. Tahap Menganalis
Menurut Winkel 2009: 275, analisis mencakup kemampuan untuk merinci kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga
struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
5. Tahap Mengevaluasi
Tahap mengevaluasi meliputi kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai beberapa hal. Kemampuan ini
dinyatakan dalam memberikan pendapat terhadap sesuatu.
6. Tahap Mencipta
Tahap mencipta yaitu memadukan bagian-bagian untuk
membentuk suatu yang baru.
23
2.1.1.4 Pendekatan Tematik Integratif
Kemendikbud dalam Husamah, 2013: 19 menjelaskan bahwa pendekatan pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan
pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Pengintegrasian tersebut
dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep
dasar yang berkaitan. Sedangkan menurut Sutirjo dan Sri Istuti Mamik dalam Mulyoto, 2013: 118 mengungkapkan bahwa pendekatan tematik
integratif adalah pembelajaran yang mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema pembahasan
. Selain itu, Majid 2014: 49 mengungkapkan bahwa sebagai
suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik yang khas, seperti: 1 Pembelajaran
tematik berpusat pada siswa student centered dalam pembelajaran siswa sebagai subjek belajar dan guru hanya berperan sebagi fasilitator,
2 Memberikan pengalaman langsung kepada siswa direct experiences dan memberikan sesuatu yang nyata atau konkret untuk memahami suatu
hal yang lebih abstrak, 3 Pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada tema-tema yang
paling dekat berkaitan dengan kehidupan peserta didik, 4 Menyajikan konsep-konsep dari berbagai mauatan pelajaran dalam suatu proses
pembelajaran, 5 Bersifat luwes fleksibel di mana guru dapat
24
mengaitkan bahan ajar dari satu muatan pelajaran dengan muatan pelajaran lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan anak dan
keadaan lingkungan anak, dan 6 Menggunakan prinsip belajar sambil bermain yang menyenangkan. Abdul Majid juga berpendapat bahwa
pembelajaran tematik integratif memiliki beberapa prinsip, yaitu ; 1 Pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang actual dan tema
yang dibuat menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa muatan
pelajaran, 2 Pembelajaran tematik integratif perlu memilih materi beberapa muatan pelajaran yang mungkin saling terkait, 3
Pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku tetap, 4 Materi pembelajaran yang dapat
dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan, kebutuhan dan pengetahuan awal, dan 5
Tidak boleh memaksakan materi pembelajaran untuk dipadukan, yang berarti materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik integratif merupakan pengitegrasian dari berbagai kompetensi dengan
menggunakan tema yang sudah dikaitkan dengan seluruh mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna dan berkesan
pada peserta didik.
25
2.1.1.5 Pendekatan Saintifik
Menurut Sudarwan 2013: 23, pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran,
penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Pendekatan saintifik dalam Kurikulum 2013 menurut Faiq 2013: 42
pada hakikatnya
merupakan titian
emas perkembangan
dan pengembangan sikap ranah afektif, keterampilan ranah psikomotorik,
dan pengetahuan ranah kognitif siswa. Hal tersebut memperlihatkan bahwa pendekatan ilmiah merupakan ciri khas dari Kurikulum 2013 dan
menjadi kekuatan tersendiri bagi eksistensi Kurikulum 2013 terbukti dari Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik
ilmiah Sudrajat, 2013:15. Penerapan pendekatan saintifik menurut Kemendikbud 2013:
2-3 memiliki beberapa kriteria yang harus dipenuhi diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa
terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.