Efektivitas Pendekatan JAS Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa SMP Negeri 1 Tulakan Pacitan pada Materi Kepadatan Populasi Manusia

(1)

EFEKTIVITAS PENDEKATAN JAS TERHADAP

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

SMP NEGERI 1 TULAKAN PACITAN PADA MATERI

KEPADATAN POPULASI MANUSIA

skripsi

disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi

oleh

Etika Brilian Yustisia 4401405533

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi saya berjudul “Efektivitas Pendekatan JAS Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa SMP Negeri 1 Tulakan Pacitan pada Materi Kepadatan Populasi Manusia” disusun berdasarkan hasil penelitian saya dengan arahan dosen pembimbing. Sumber informasi atau kutipan yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Skripsi ini pernah diajukan untuk memperoleh gelar dalam program sejenis di perguruan tinggi manapun.

Semarang, 2011

Etika Brilian Yustisia 4401405533


(3)

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul

Efektivitas Pendekatan JAS Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa SMP Negeri 1 Tulakan Pacitan pada Materi Kepadatan Populasi Manusia Disusun oleh

Nama : Etika Brilian Yustisia NIM : 4401405533

telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang pada tanggal 25 Agustus 2011.

Panitia

Ketua Sekretaris

Dr. Kasmadi Imam S., M.S Dra. Aditya Marianti, M.Si NIP. 19511115 197903 1001 NIP. 19671217 199303 2001 Ketua Penguji

Drs. Supriyanto, M.Si NIP. 19510919 197903 1005

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Prof. Dr. Sri Mulyani Endang S., M.Pd Drs. Sigit Saptono, M.Pd NIP. 19490513 197501 2001 NIP. 19641114 199102 1002


(4)

ABSTRAK

Yustisia, Etika Brilian. 2011. Efektivitas Pendekatan JAS Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa SMP Negeri 1 Tulakan Pacitan pada Materi Kepadatan Populasi Manusia. Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang. Prof. Dr. Sri Mulyani E.S, M.Pd dan Drs. Sigit Saptono, M.Pd

Pembelajaran IPA ditekankan untuk memperoleh pengalaman secara langsung dan berhubungan dengan dunia nyata. Pendekatan JAS menekankan pada kegiatan belajar yang dikaitkan dengan lingkungan alam sekitar kehidupan siswa dan dunia nyata, sehingga selain dapat membuka wawasan berpikir yang beragam, siswa juga dapat mempelajari berbagai macam konsep dan cara mengaitkannya dengan masalah-masalah kehidupan nyata siswa. Berdasarkan observasi di SMP Negeri 1 Tulakan Pacitan menunjukkan bahwa siswa kurang dilibatkan secara aktif selama proses pembelajaran sehingga aktivitas dan hasil belajar kurang optimal. Diharapkan melalui pendekatan JAS dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh penerapan pendekatan JAS terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran materi kepadatan populasi manusia, serta untuk menguji bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan JAS lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori.

Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan rancangan Post Test Only Control Design, semester genap tahun ajaran 2010/2011. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan JAS dan pendekatan ekspositori. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar siswa. Metode pengumpulan data melalui dokumentasi, tes dan observasi. Data dianalisis dengan teknik deskriptif persentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketuntasan balajar kelas eksperimen (dengan pendekatan JAS) adalah 89% dan aktivitas siswanya 41 ”aktif”, sedangkan ketuntasan belajar kelas kontrol (dengan pendekatan ekspositori) adalah 55% dan aktivitas siswanya 34,185 ”cukup aktif”.

Simpulan penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar siswa yang menggunakan pendekatan JAS lebih tinggi daripada siswa yang menggunakan pendekatan ekspositori. Saran dalam penelitian adalah pendekatan JAS perlu dipertimbangkan untuk diterapkan pada materi yang memiliki spesifikasi relatif sama dengan materi kepadatan populasi manusia.

Kata kunci : pendekatan JAS, aktivitas siswa, hasil belajar, kepadatan populasi manusia


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan penelitian yang berjudul “Efektivitas Pendekatan JAS Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa SMP Negeri 1 Tulakan Pacitan pada Materi Kepadatan Populasi Manusia”.

Laporan ini terselesaikan berkat dukungan dari semua pihak yang terkait. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi

2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah member ijin untuk melakukan penelitian

3. Ketua Jurusan Biologi FMIPA Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam penyusunan skripsi ini

4. Prof. Dr. Sri Mulyani E.S, M.Pd dosen pembimbing I dan Drs. Sigit Saptono, M.Pd dosen pembimbing II yang telah dengan tulus dan sabar memberikan bimbingan, arahan, petunjuk dan saran yang sangat berharga kepada penulis sehingga penyusunan skripsi dapat terselesaikan.

5. Drs. Supriyanto, M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.

6. Dra. Retno Sri Iswari, S.U. selaku dosen wali yang telah memberikan motivasi kepada penulis.

7. Bapak/ Ibu dosen dan karyawan FMIPA khususnya jurusan Biologi atas segala bantuan yang diberikan.

8. Kepala SMP Negeri 1 Tulakan Pacitan yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian

9. Mesro, S.Pd. selaku guru IPA SMP Negeri 1 Tulakan Pacitan yang telah berkenan membantu dan bekerjasama dengan penulis dalam melaksanakan penelitian.

10. Bapak M.A. Djoenaedi, Ibu Sudarmiati dan adikku Pretty Brilian Yustiana yang dengan tulus memberikan kasih sayang, cinta, semangat dan do’a serta dukungan kepada penulis.


(6)

11. Teman-teman Biologi 2005 dan Oryza 1 Kost yang telah memberikan motivasi dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi

12. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mohon saran dan kritik demi membangun sebuah pemahaman dan penulisan karya ilmiah yang lebih baik lagi. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, Agustus 2011

Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... …... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK.. ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Penegasan Istilah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ………... 8

1. Hakikat Biologi dan Pembelajarannya ... 8

2. Belajar dan Pembelajaran …... 10

3. Hakikat Aktivitas dan Hasil Belajar …... 12

4. Pendekatan Jelajah Alam Sekitar …………... 14

5. Materi Kepadatan Populasi Manusia ... 13

6. Penerapan Pendekatan JAS pada Materi Kepadatan Populasi Manusia ... 21

B. Hipotesis ………... 24

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

C. Variabel Penelitian ... 25

D. Rancangan Penelitian ... 26

E. Prosedur Penelitian ... 26 vii


(8)

F. Data dan Cara Pengumpulan Data ... 33

G. Metode Analisis Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 41

B. Pembahasan ... 46

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 56

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57

LAMPIRAN ... 60


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data hasil perhitunganvaliditas soal ... 28

2. Data hasil perhitungan daya beda soal ... 30

3. Data hasil perhitungan kesukaran soal ... 31

4. Hasil analisis uji normalitas ... 34

5. Data nilai ulangan harian biologi ……… 36

6. Hasil rekapitulasi observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran ... 41

7. Hasil rekapitulasi observasi aktivitas siswa secara klasikal ... 41

8. Nilai LKS dan nilai post test hasil pembelajaran dengan pendekatan JAS terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa SMP Negeri 1 Tulakan Pacitan pada materi kepadatan populasi manusia……….. 42

9. Nilai akhir siswa pada pembelajaran dengan pendekatan JAS terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa SMP Negeri 1 Tulakan Pacitan pada materi kepadatan populasi manusia ... 42

10. Uji t nilai akhir hasil belajar siswa pada pembelajaran dengan pendekatan JAS terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa SMP Negeri 1 Tulakan Pacitan pada materi kepadatan populasi manusia ……….. 43

11. Hasil rekapitulasi observasi kinerja guru selama pembelajaran ….. 44

12. Rekapitulasi angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran ……. 44

13. Rekapitulasi angket tanggapan guru terhadap pembelajaran …….. 45


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka berpikir pencapaian aktivitas dan hasil belajar siswa melalui penerapan pendekatan JAS pada materi kepadatan

populasi manusia ……….………. 24 2. Rancangan penelitian dengan Post Test Only Control Design ………. 26


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus kelas eksperimen ... 60

2. Silabus kelas pembanding ... 64

3. RPP 1 kelas eksperimen ………... 68

4. Sampel jawaban LKS 1 kelas eksperimen ……….…... 73

5. Kunci jawaban LKS 1 kelas eksperimen ……….. 77

6. RPP 2 kelas eksperimen ………... 80

7. Sampel jawaban LKS 2 kelas eksperimen ….………... 83

8. Kunci jawaban LKS 2 kelas eksperimen ……….. 87

9. RPP 1 kelas pembanding ……….. 91

10. Sampel jawaban LDS 1 kelas pembanding ……….. 95

11. Kunci jawaban LDS 1 kelas pembanding ……… 99

12. RPP 2 kelas pembanding ……….. 102

13. Sampel jawaban LDS 2 kelas pembanding ……….…. 105

14. Kunci jawaban LDS 2 kelas pembanding ……… 109

15. Uji homogenitas ………... 113

16. Uji normalitas …………... 114

17. Data nilai ulangan harian kelas kontrol dan kelas eksperimen ...…. 121

18. Uji perbedaan dua rata-rata nilai ulangan harian ………. 122

19. Kisi-kisi soal uji coba ... 123

20. Analisis validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya beda ……. 125

21. Soal tes………... 134

22. Sampel lembar jawaban siswa ………. 139

23. Kunci jawaban soal tes ……… 141

24. Data nilai LKS ………. 142

25. Data nilai post test ……… 143

26. Data hasil belajar (nilai akhir)………... 144

27. Uji perbedaan dua rata-rata nilai akhir……….. 145

28. Lembar observasi aktivitas siswa... 147 xi


(12)

29. Hasil observasi aktivitas siswa kelas eksperimen ... 149

30. Hasil observasi aktivitas siswa kelas pembanding ... 153

31. Rekapitulasi aktivitas siswa selama pembelajaran ……….. 157

32. Lembar observasi kinerja guru ………... 158

33. Rubrik penskoran kinerja guru ………... 162

34. Rekapitulasi hasil observasi kinerja guru ……… 164

35. Lembar angket tanggapan siswa ……….. 165

36. Rekapitulasi angket tanggapan siswa ……….………. 167

37. Angket tanggapan guru ……… 168

38. Dokumentasi penelitian di SMPN 1 Tulakan Pacitan ………. 170

39. Surat penetapan dosen pembimbing………. 174

40. Surat Ijin Penelitian ………. 175


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Biologi merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat besar pengaruhnya untuk penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Biologi termasuk pelajaran pokok dalam bidang IPA di SMP. Tujuan pembelajaran IPA di SMP adalah agar siswa dapat menemukan, memahami dan menjelaskan konsep-konsep, fakta, prinsip-prinsip, serta proses pemecahan masalah yang berkaitan dengan makhluk hidup.

Proses belajar IPA adalah suatu pembelajaran yang bersifat eksplorasif untuk menemukan konsep dan fakta bukan hanya sekedar menghafal. Untuk dapat menemukan dan memahami konsep tersebut maka kegiatan pembelajaran biologi diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang mendorong siswa belajar lebih aktif. Belajar yang menerapkan siswa hanya sebagai penerima informasi akan menghasilkan pembelajaran yang kurang bermakna bagi siswa. Oleh karena itu, komunikasi dua arah secara timbal balik sangat diharapkan dalam proses belajar mengajar secara aktif demi terwujudnya masyarakat belajar yang optimal, yang pada akhirnya membawa kepada pencapaian sasaran hasil belajar yang maksimal.

Berdasarkan observasi awal dan wawancara yang telah dilakukan dengan guru IPA di SMP Negeri 1 Tulakan, menunjukkan bahwa :

1. Pembelajaran cenderung masih bersifat teacher oriented dan text book oriented.

2. Pembelajaran yang dilakukan guru kurang bervariasi. Pendekatan pembelajaran yang sering digunakan adalah pendekatan ekspositori. 3. Aktivitas siswa di dalam pembelajaran masih kurang dan partisipasi siswa

selama proses pembelajaran cenderung hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan guru dan menghafalkan fakta-fakta.

4. Pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar masih kurang.


(14)

5. Rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas VII tahun ajaran 2009/2010 masih lebih rendah dari KKM yang telah ditetapkan di SMP Negeri 1 Tulakan yaitu 70.

Berdasarkan fakta tersebut dapat diketahui bahwa dalam melaksanakan pengajaran, tidak mustahil bila guru menjumpai kesulitan saat mengajar, disebabkan karena ketidaktepatan dalam memilih metode atau pendekatan (Arikunto 2002a). Pendekatan ekspositori merupakan salah satu pendekatan yang dapat dipilih oleh para guru dalam pembelajaran. Menurut Sanjaya (2008) pendekatan ekspositori merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Dalam pendekatan ini materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi.

Menurut Sanjaya (2008) pendekatan ekspositori memiliki beberapa keunggulan dan juga kelemahan. Pendekatan ini memiliki keunggulan yaitu bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar, pendekatan ini dianggap efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas sedangkan waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas. Adapun kelemahan dari pendekatan ekspositori yaitu tidak dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, bakat, serta perbedaan gaya belajar, selain itu kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran akan sangat terbatas.

Pemilihan pendekatan pembelajaran perlu memperhatikan beberapa hal yang dapat mempengaruhi cocok atau tidaknya suatu pendekatan yang digunakan. Hal ini dikarenakan suatu pendekatan tertentu belum tentu cocok untuk setiap pokok bahasan yang diajarkan. Pendekatan pembelajaran dikatakan relevan jika mampu mengantarkan siswa mencapai tujuan pendidikan melalui pembelajaran. Adapun tujuan pembelajaran adalah agar siswa dapat berpikir dan bertindak secara kreatif, maka dari itu siswa harus diberi kesempatan untuk mencoba kemampuannya dalam berbagai kegiatan.


(15)

Siswa belajar secara aktif ketika mereka secara terus menerus terlibat, baik secara mental maupun secara fisik. Pembelajaran yang aktif terjadi ketika siswa bersemangat, siap secara mental, dan bisa memahami pengalaman yang dialami (Hollingsworth dan Lewis 2006). Proses pembelajaran akan efektif apabila siswa berpartisipasi di dalamnya dengan melakukan sebagian besar kegiatan pembelajaran serta menggunakan otaknya untuk mempelajari berbagai masalah dan mencari solusinya sehingga dapat membuat siswa lebih aktif dan memperoleh hasil belajar yang optimal. Menurut Kampiotis dan Theodorakao (2010) peningkatan level penerimaan kognitif akan lebih tinggi jika dilakukan melalui penggunaan pendekatan (media) dan penjelasan dari guru dibandingkan dengan penjelasan dari guru saja.

Salah satu pendekatan pembelajaran biologi yang inovatif, menarik, dan mampu mendorong partisipasi, motivasi dan tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat adalah dengan menerapkan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS). Pendekatan Jelajah Alam Sekitar adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pemanfaatan lingkungan alam sekitar kehidupan siswa, baik lingkungan fisik, sosial, maupun budaya berbagai objek belajar biologi yang fenomenanya dipelajari melalui kerja ilmiah (Marianti dan Kartijono 2005). Pendekatan pembelajaran JAS secara komprehensif memadukan berbagai pendekatan antara lain eksplorasi dan investigasi, konstruktivisme, ketrampilan proses dengan cooperative learning. Pendekatan JAS menekankan pada kegiatan belajar yang dikaitkan dengan lingkungan alam sekitar kehidupan siswa dan dunia nyata, sehingga selain dapat membuka wawasan berpikir yang beragam, siswa juga dapat mempelajari berbagai macam konsep dan cara mengaitkannya dengan masalah-masalah kehidupan nyata siswa. Dengan demikian, hasil belajar siswa lebih bermakna bagi kehidupannya, sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial, dan integritas dirinya (Ridlo 2005).

Materi kepadatan populasi manusia merupakan salah satu materi IPA yang diajarkan di kelas VII semester genap dengan standar kompetensi memahami saling ketergantungan dalam ekosistem. Sedangkan kompetensi


(16)

dasar yang harus dicapai oleh siswa adalah memprediksi pengaruh kepadatan populasi manusia terhadap lingkungan. Diterapkannya pendekatan JAS pada materi ini, siswa akan terlibat secara langsung ke dalam lingkungan sekitar mereka. Keterlibatan siswa dalam lingkungan secara langsung dapat membuka wawasan, sikap dan perilaku, minat dan konsentrasi siswa untuk dapat mencari solusi bagaimana menyelesaikan permasalahan yang timbul akibat pertumbuhan penduduk serta menghasilkan proses pembelajaran yang lebih bermakna dan berkesan lama dalam ingatan siswa.

Pembelajaran materi kepadatan populasi manusia menggunakan pendekatan JAS ini, siswa akan mengetahui bagaimana pertumbuhan di daerahnya masing-masing, mereka akan mengatahui bagaimana pengaruh pertumbuhan penduduk yang makin cepat. Menurut Sudjana dan Rifai (2001) cara belajar seperti ini lebih bermakna karena siswa langsung mengamati peristiwa dan keadaan yang sebenarnya secara alami, lebih faktual dan kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti mencoba menerapkan pendekatan JAS pada materi kepadatan populasi manusia dan diharapkan dalam pembelajaran tersebut siswa langsung dapat mengkaitkan antara teori dan praktek. Selain itu dapat membuat siswa lebih aktif dan hasil belajarnya memenuhi standar kriteria ketuntasan minimal.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah penerapan pendekatan JAS dalam pembelajaran materi kepadatan populasi manusia berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa? 2. Apakah aktivitas siswa yang diajar dengan pendekatan JAS lebih tinggi

daripada aktivitas siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori? 3. Apakah hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan JAS lebih tinggi


(17)

C. Penegasan Istilah

Dalam penelitian ini dapat dijelaskan beberapa istilah yang berkaitan dengan judul penelitian, untuk memberi batasan dan menghindari salah penafsiran. Adapun istilah-istilah yang perlu dijelaskan:

1. Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata efektif yang menurut tim redaksi kamus besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2003) artinya ada efeknya (pengaruhnya, akibatnya, kesannya), manjur atau mujarab, mempan, dapat membawa hasil, berhasil guna (tentang usaha atau tindakan). Jadi maksud efektivitas dalam penelitian ini berarti suatu keberhasilan penerapan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) pada materi kepadatan populasi manusia yang dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar setelah pembelajaran dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.

2. Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS)

Jelajah Alam Sekitar (JAS) merupakan pendekatan pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan alam kehidupan siswa baik lingkungan fisik, sosial, maupun budaya sebagai objek belajar biologi yang fenomenanya dipelajari melalui kerja ilmiah. Pendekatan JAS dalam penelitian ini dikembangkan melalui eksplorasi terhadap lingkungan sekitar siswa sehingga siswa dapat mengetahui bagaimana pertumbuhan penduduk di daerahnya masing-masing serta mengetahui bagaimana pengaruh pertumbuhan penduduk yang makin cepat.

3. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa tersebut meliputi mendengarkan penjelasan guru, mencatat materi ajar, melakukan kegiatan eksplorasi, melakukan diskusi kelompok, mempresentasikan hasil diskusi, menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan, terlibat dalam menyimpulkan pelajaran.

4. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek


(18)

perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Oleh karena itu apabila pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep (Anni 2007). Hasil belajar ini meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam penelitian ini hasil belajar yang diukur adalah penguasaan konsep kepadatan populasi manusia berdasarkan hasil tes dan skor jawaban LKS yang diperoleh siswa.

5. Kepadatan Populasi Manusia

Kepadatan populasi merupakan salah satu materi IPA yang diajarkan di kelas VII semester genap dengan standar kompetensi : 7. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem dan kompetensi dasar 7.3. Memprediksi pengaruh kepadatan populasi manusia terhadap lingkungan.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah

1. Untuk menguji pengaruh penerapan pendekatan JAS terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran materi kepadatan populasi manusia. 2. Untuk menguji bahwa aktivitas siswa yang diajar dengan pendekatan JAS

lebih tinggi daripada aktivitas siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori.

3. Untuk menguji bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan JAS lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori.

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat yang berarti bagi perorangan atau institusi di bawah ini.

A. Siswa

1. Membantu siswa dalam mencapai kompetensi dasar pada materi pokok kepadatan populasi manusia.

2. Dapat memberikan dorongan kepada siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran.


(19)

3. Dapat meningkatkan minat siswa sehingga siswa memperoleh hasil belajar yang optimal.

B. Guru

1. Sebagai pengalaman bagi guru dan menambah variasi strategi pembelajaran biologi dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Sebagai koreksi diri terhadap strategi yang telah digunakan selama ini

sehingga dapat memperbaiki sistem pembelajaran C. Sekolah

Dapat memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan dan peningkatan sistem pembelajaran.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Biologi dan Pembelajarannya

Biologi merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam yang mempelajari berbagai permasalahan makhluk hidup. Biologi mengandung kumpulan fakta, konsep, proses dan nilai yang dapat diaplikasikan serta dikembangkan dalam dunia nyata. Menurut Rustaman (2003) belajar biologi berarti berupaya mengenali proses kehidupan nyata di lingkungan dan mengenali diri sebagai makhluk. Belajar biologi diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan lingkungannya.

Saptono (2009) menjelaskan hakikat biologi yang dapat digunakan guru sebagai pertimbangan untuk mengembangkan pembelajaran biologi. Hakikat biologi antara lain :

a. Biologi sebagai kumpulan pengetahuan

Biologi adalah bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam. Biologi merupakan terminologi yang berasal dari dua kata yaitu bios, yang berarti hidup dan logos, yang dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan. Biologi mencakup ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan di alam semesta ini. Pengetahuan tersebut dapat berupa fakta, konsep, teori maupun generalisasi yang menjelaskan tentang gejala kehidupan.

b. Biologi sebagai suatu proses investigasi

Pemahaman bahwa biologi dapat dikatakan sebagai suatu proses investigasi (penelusuran atau penyelidikan) banyak diartikan dengan hal-hal yang selalu berhubungan dengan laboratorium beserta perangkatnya. Memang sejak dahulu para ilmuwan memberikan berbagai gagasan yang melibatkan proses metode ilmiah ketika mengembangkan biologi.

c. Biologi sebagai kumpulan nilai

Pandangan ini lebih menitikberatkan bahwa dalam biologi melekat nilai-nilai ilmiah seperti rasa ingin tahu, jujur, teliti dan keterbukaan akan berbagai fenomena yang baru sekalipun. Dengan demikian, dalam


(21)

mengembangkan pembelajaran biologi hendaknya guru juga mempertimbangkan nilai-nilai kemanusiaan yang dapat dikembangkan. d. Biologi sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari

Orang menyadari bahwa apa yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari penemuan-penemuan yang memanfaatkan pendekatan ilmiah. Biologi merupakan bagian ilmu yang cukup banyak memberikan kontribusi dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, seperti masalah-masalah yang berkaitan dengan kesehatan, kebersihan, perbaikan gizi, hingga temuan-temuan hasil rekayasa lainnya.

Indrawati (2008) menyatakan dalam pembelajaran IPA atau sains, siswa dituntut untuk menguasai/memiliki kemampuan minimal dalam empat hal, yaitu :

a. menguasai konsep-konsep IPA,

b. terampil menggunakan ketrampilan berfikir dan motorik,

c. memiliki sikap-sikap positif sebagaimana yang dimiliki oleh saintis, dan d. mampu menerapkan konsep IPA dan keterampilan berfikir dalam

memecahkan masalah sehari-hari.

Menurut Saptono (2009) Pembelajaran biologi diharapkan mampu memberikan pengalaman kepada siswa, sehingga memungkinkan siswa melakukan penyelidikan berbagai konsep tentang fenomena biologi.

Belajar yang sesungguhnya tidak menerima begitu saja konsep yang sudah jadi, akan tetapi siswa harus memahami bagaimana dan dari mana konsep tersebut terbentuk melalui kegiatan mencoba dan menemukan. Siswa tidak sekedar tahu dan hafal dengan konsep-konsep biologi melainkan dapat menemukan, memahami konsep dan membuat hubungan antar konsep tesebut. Dalam kegiatan belajar mengajar hendaknya siswa dilatih untuk menyatukan konsep-konsep, sehingga siswa dapat melihat bahwa kosep yang dipelajari tersebut mempunyai hubungan bermakna jelas dan logis dengan proses kehidupannya.


(22)

2. Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Slavin dan Gagne (1994) dalam Anni (2007) belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman dan kecakapan manusia, yang berlangsung selama periode waktu tertentu dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan.

Belajar merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan yang relative permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya. Perubahan-perubahan tersebut tidak disebabkan oleh faktor kelelahan (fatigue), kematangan, ataupun karena mengkonsumsi obat tertentu ( Suparno 2000). Perubahan perilaku tersebut sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya yang berdampak memperbaiki kualitas perilakunya. Perubahan perilaku yang terjadi tersebut merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan.

Gagne (1977) dalam Anni (2007) menyatakan bahwa belajar merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat berbagai unsur yang saling kait-mengait sehingga menghasilkan perubahan perilaku. Beberapa unsur yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Pembelajar, dapat berupa peserta didik, pembelajar, warga belajar, dan peserta pelatihan.

b. Rangsangan (stimulus). c. Memori.

d. Respon yang merupakan tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori. Aktivitas belajar akan terjadi dalam diri pembelajar apabila terdapat interaksi antara situasi stimulus dengan isi memori sehingga perilakunya berubah dari waktu sebelum dan setelah adanya situasi stimulus tersebut. Perubahan perilaku pada diri pembelajar itu menunjukkan bahwa pembelajar telah melakukan aktivitas belajar.

Pembelajaran merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh guru dan siswa baik di dalam maupun di luar kelas dengan menggunakan berbagai


(23)

sumber belajar sebagai bahan kajian (Poedjiadi 2005). Pembelajaran adalah proses membuat orang belajar. Guru bertugas membantu orang belajar dengan cara memanipulasi lingkungan sehingga siswa dapat belajar dengan mudah, artinya guru harus mengadakan pemilihan terhadap berbagai starategi pembelajaran yang ada, yang paling memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal.

Ciri-ciri pembelajaran menurut Darsono (2000) adalah:

a. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis. b. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi peserta didik

belajar.

c. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi peserta didik.

d. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik.

e. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi peserta didik.

f. Pembelajaran dapat membuat peserta didik siap menerima pelajaran, baik secara fisik maupun psikologis.

Tujuan pembelajaran adalah membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku peserta didik bertambah baik. Tingkah laku yang dimaksud meliputi pengetahuan, keterampilan dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sifat dan perilaku siswa.

Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berkualitas dan berhasil apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) siswa secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran. Dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri siswa seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%). Proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata, menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi serta


(24)

sesuai dengan kebutuhan perkembangan masyarakat dan pembangunan (Mulyasa 2004).

Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidak lepas dari peran guru yang cakap dan menguasai berbagai kompetensi profesional guru. Salah satu keberhasilan guru dalam melakukan proses pembelajaran dapat dilihat dari sikap siswa yang cenderung menjadi lebih positif sesudah mengikuti pembelajaran. Hal ini tergantung pada kesiapan guru dalam membuat perencanaan pembelajaran (Haryati 2007).

3. Hakikat Aktivitas dan Hasil Belajar

Efektif tidaknya suatu pembelajaran ditentukan oleh aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran diwujudkan dalam bentuk kegiatan mendengarkan, berdiskusi, memproduksi sesuatu, memecahkan masalah dan lain sebagainya. Menurut Sardirman (2001) salah satu ciri terjadinya proses belajar adalah ditandai dengan adanya aktivitas siswa. Aktivitas siswa dalam belajar tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terjadi pada pembelajaran umumnya. Namun hendaknya mencakup aktivitas yang bersifat fisik (jasmani) dan mental (rohani). Dalam kegiatan belajar mengajar kedua aktivitas tersebut harus saling menunjang agar memperoleh hasil yang maksimal.

Selanjutnya Sardirman (2007) juga menggolongkan kegiatan siswa dalam belajar menjadi 8 yaitu :

1) Visual activities, aktivitas yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi maupun percobaan.

2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan interupsi.

3) Listening activities, sebagai contoh yaitu mendengarkan uraian, percakapan, diskusi dan interupsi.

4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan angket dan menyalin.

5) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta dan diagram.


(25)

6) Motor activities, termasuk di dalamnya adalah melakukan percobaan, membuat konstruksi, bermain, berkebun dan berternak.

7) Mental activities, misalnya mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.

8) Emotional activities, misalnya menaruh minat, gembira, semangat, berani, tenang dan gugup.

Melalui aktivitas belajar yang optimal, siswa akan memperoleh juga hasil belajar yang optimal. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni 2007). Oleh karena itu apabila pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep.

Bloom dalam Anni (2007) membagi hasil belajar dalam tiga ranah, yaitu:

a. Ranah kognitif

Pada ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. b. Ranah afektif

Pada ranah ini berhubungan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Tingkatan pada ranah ini meliputi penerimaan, penanggapan atau member respon, penilaian, pengorganisasian, pembentukan pola hidup atau karakterisasi.

c. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar berupa keterampilan dan kemampuan bertindak.

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Dari ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai bahan pelajaran.

Menurut Sudjana (2002) hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor-faktor baik yang berasal dari dalam maupun dari luar. Faktor-faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut.


(26)

Faktor dari dalam diri siswa yang paling berpengaruh terhadap hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki. Selain faktor kemampuan yang dimiliki siswa, faktor lain yang berasal dari diri siswa adalah kesiapan belajar, perhatian, motivasi, minat, ketekunan, tingkat sosial ekonomi, psikis, dan fisik siswa.

2. Faktor dari luar diri siswa.

Faktor yang datang dari luar diri siswa terutama dipengaruhi oleh : (a) Guru

Guru merupakan faktor yang paling menentukan kualitas pembelajaran karena guru adalah sutradara sekaligus aktor dalam proses pembelajaran. Seorang guru harus pandai dalam merencanakan pembelajaran termasuk dalam menentukan strategi dan metode yang digunakan untuk konsep tertentu.

(b) Suasana belajar

Suasana belajar yang demokratis akan memberi peluang mencapai hasil belajar yang optimal. Penggunaan strategi pembelajaran yang sesuai diharapakan siswa lebih termotivasi, bebas menuangkan pendapatnya, berani mengajukan pertanyaan, sehingga kegiatan belajar mengajar akan lebih bermakna, dan hasil belajar tercapai secara optimal.

(c) Fasilitas dan sumber belajar yang tersedia

Keberadaan fasilitas dan sumber belajar yang terbatas biasanya membatasi pengembangan pembelajaran yang akhirnya menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.

(d) Karakteristik sekolah

Karakteristik sekolah berkaitan dengan disiplin sekolah, perpustakaan sekolah, letak geografis sekolah, lingkungan sekolah dan estetika dalam arti sekolah memberikan perasaan nyaman, kepuasan belajar, bersih, rapi dan teratur.

4. Pendekatan Jelajah Alam Sekitar

Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) sebagai salah satu alternatif pendekatan yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran biologi. Jelajah


(27)

Alam Sekitar merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pemanfaatan lingkungan alam sekitar kehidupan siswa, baik lingkungan fisik, sosial, maupun budaya berbagai objek belajar biologi yang fenomenanya dipelajari melalui kerja ilmiah (Marianti dan Kartijono 2005).

Menurut Santosa dalam Marianti (2006) yang menjadi penciri dalam kegiatan pembelajaran berpendekatan JAS adalah selalu dikaitkan dengan alam sekitar secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan media. Ciri yang kedua adalah selalu ada kegiatan berupa peramalan (prediksi), pengamatan, dan penjelasan. Ciri ketiga adalah ada laporan untuk dikomunikasikan baik secara lisan, tulisan, gambar, foto atau audiovisual. Ciri keempat kegiatan pembelajaran dirancang menyenangkan sehingga menimbulkan minat untuk belajar lebih lanjut.

Pendekatan JAS terdiri atas beberapa komponen yang seyogyanya dilaksanakan secara terpadu (Mulyani et al 2008). Adapun komponen-komponen JAS adalah sebagai berikut :

a. Eksplorasi

Dengan melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya, seseorang akan berinteraksi dengan fakta yang ada di lingkungan sehingga menemukan pengalaman dan sesuatu yang menimbulkan pertanyaan atat masalah. Dengan adanya masalah manusia akan melakukan kegiatan berpikir untuk mencari pemecahan masalah. Lingkungan yang dimaksud bukan hanya lingkungan fisik saja, akan tetapi juga maliputi lingkungan social, budaya dan teknologi.

b. Konstruktivisme

Sarana yang tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah alat inderanya. Seseorang berinteraksi dengan lingkungannya melalui alat inderanya, melihat, mendengar menyentuh, mencium dan merasakannya. Selama proses berinteraksi dengan lingkungan, seseorang akan memperoleh pengetahuan. Jadi pengetahuan ada dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (guru). Siswa sendiri yang harus mengartikan pelajaran


(28)

yang disampaikan guru dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka sebelumnya.

c. Proses sains

Proses sains atau proses kegiatan ilmiah dimulai ketika seseorang mengamati sesuatu. Sesuatu diamati karena menarik perhatian, mungkin memunculkan pertanyaan atau permasalahan. Permasalahan ini perlu dipecahkan melalui suatu proses yang disebut metode ilmiah untuk mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu.

d. Masyarakat belajar (learning community)

Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari kerjasama antar teman, antar kelompok , antara yang tahu dengan yang belum tahu. Masyarakat belajar dapat terbentuk jika terjadi komunikasi dua arah.

e. Bioedutainment

Strategi bioedutainment menekankan kegiatan pembelajaran yang dikaitkan dengan situasi nyata, sehingga dapat membuka wawasan berfikir yang beragam dari seluruh siswa. Strategi ini memungkinkan siswa dapat mempelajari berbagai konsep dan cara mengaitkan dengan kehidupan nyata, sehingga hasil belajarnya lebih berdaya dan berhasil guna. Pembelajaran biologi dengan menerapkan strategi bioedutainment memungkinkan peserta didik untuk menguatkan, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah dunia nyata dan masalah yang disimulasikan.

f. Assesment autentik

Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Bila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru bisa segera mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Jadi assesment dilakukan selama proses pembelajaran, terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran,


(29)

bukan hanya pada akhir periode pembelajaran saja. Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan semata-mata dari hasil. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa. Sebagai penilai tidak hanya guru, tetapi juga teman lain atau orang lain. Penerapan assessment autentik diharapkan dapat mengefektifkan kegiatan belajar mengajar.

Menurut Ridlo (2005) kegiatan penjelajahan merupakan suatu strategi alternatif dalam pembelajaran biologi. Kegiatan ini mengajak peserta didik aktif mengeksplorasi lingkungan sekitarnya untuk mencapai kecakapan kognitif, afektif, dan psikomotornya sehingga memiliki penguasaan ilmu dan keterampilan, penguasaan berkarya, penguasaan menyikapi dan penguasaan bermasyarakat. Lingkungan sekitar dalam hal ini bukan saja sebagai sumber belajar tetapi menjadi objek yang harus diuntungkan sebagai akibat adanya kegiatan pembelajaran.

Menurut Ridlo (2005) ada dua macam cara menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, yaitu :

a. Membawa siswa dalam lingkungan dan masyarakat untuk keperluan pelajaran (karyawisata, servise project, school camping, survei)

b. Membawa sumber-sumber dari mayarakat kedalam kelas pengajaran untuk kepentingan pelajaran (resources persons, benda-benda seperti pameran atau koleksi).

Banyak keuntungan yang diperoleh dari kegiatan mempelajari lingkungan dalam proses belajar mengajar adalah:

a. Kegiatan lebih menarik dan tidak membosankan sehingga motivasi belajar peserta didik akan lebih tinggi.

b. Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab peserta didik dihadapkan dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami.

c. Bahan-bahan yang dipelajari lebih kaya serta lebih faktual.

d. Kegiatan peserta didik lebih komprehensif dan lebih aktif sebab dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mengamati, bertanya atau wawancara, mendemonstrasikan, menguji fakta dan lain-lain.


(30)

e. Sumber belajar menjadi lebih kaya sebab lingkungan yang dipelajari bisa beraneka ragam.

Peserta didik dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkugannya, sehingga dapat membentuk pribadi yang tidak asing dengan kehidupan di sekitarnya, serta dapat memupuk rasa cinta lingkungan.

5. Materi Kepadatan Populasi Manusia

Kepadatan populasi manusia merupakan salah satu materi IPA yang diajarkan di kelas VII semester genap dengan standar kompetensi : 7. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem dan kompetensi dasar 7.3. Memprediksi pengaruh kepadatan populasi manusia terhadap lingkungan. A. Dinamika Penduduk

Penduduk merupakan sekumpulan orang-orang yang telah lama menempati suatu daerah. Jumlah penduduk di suatu daerah dari waktu ke waktu senantiasa berubah. Perubahan jumlah penduduk di suatu daerah dari waktu ke waktu disebut dengan dinamika penduduk. Dinamika penduduk dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk. Dinamika penduduk sering menunjukkan kecenderungan bertambah yang disebut pertumbuhan penduduk.

Pertumbuhan penduduk dikatakan meningkat bila kelahiran lebih tinggi daripada kematian. Selain itu, jumlah orang yang datang (bermigrasi) lebih banyak daripada kematian. Pertumbuhan penduduk dikatakan menurun bila kematian lebih tinggi daripada kelahiran. Selain itu, jumlah orang yang keluar atau bermigrasi lebih sedikit daripada kematian.

Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah yang ditempati. Kepadatan penduduk akan meningkat jika angka kelahiran tinggi dan angka kematian rendah, apalagi bila diikuti tingkat imigrasi yang tinggi. Hal ini dapat menyebabkan ledakan penduduk, yaitu keadaan di mana pertumbuhan penduduk sangat pesat melebihi daya dukung alam.


(31)

B. Dampak Kepadatan Penduduk terhadap Lingkungan

Kepadatan penduduk dapat mempengaruhi kualitas penduduknya. Pada daerah yang kepadatannya tinggi, usaha peningkatan kualitas penduduk lebih sulit dilaksanakan. Hal ini menimbulkan permasalahan sosial ekonomi, keamanan, kesejahteraan, ketersediaan lahan dan air bersih, kebutuhan pangan, dan dapat berdampak pada kerusakan lingkungan. Kepadatan penduduk mempengaruhi beberapa aspek yang berkaitan dengan kehidupan penduduk berikut ini.

1. Ketersediaan Udara Bersih

Udara bersih merupakan kebutuhan mutlak bagi kelangsungan hidup manusia. Udara bersih banyak mengandung oksigen. Semakin banyak jumlah penduduk berarti semakin banyak oksigen yang diperlukan. Bertambahnya pemukiman, alat transportasi, dan kawasan industri mengakibatkan kadar CO2 dan CO di udara semakin tinggi. Idealnya semakin tinggi kepadatan penduduk, maka ketersediaan oksigen semakin banyak.

2. Ketersediaan Pangan

Untuk bertahan hidup, manusia membutuhkan makanan. Dengan bertambahnya jumlah populasi penduduk, maka jumlah makanan yang diperlukan juga semakin banyak. Ketidakseimbangan antara bertambahnya jumlah penduduk dengan bertambahnya produksi pangan sangat mempengaruhi kualitas hidup manusia. Akibatnya penduduk dapat kekurangan gizi atau bahkan kurang pangan. Di kota-kota besar, lahan pertanian boleh dikatakan hampir tidak ada lagi. Sebagian besar lahan pertanian di kota digunakan untuk lahan pembangunan pabrik, perumahan, kantor, dan pusat perbelanjaan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat kota sangat tergantung dengan tersedianya pangan dari desa. Jadi kenaikan jumlah penduduk akan meningkat pula kebutuhan pangan dan lahan. Padahal pertumbuhan penduduk lebih cepat daripada pertumbuhan produksi pangan. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya kekurangan pangan. 3. Ketersediaan Lahan

Kepadatan penduduk mendorong peningkatan kebutuhan lahan, baik lahan untuk tempat tinggal, sarana penunjang kehidupan, industri, tempat


(32)

pertanian, dan sebagainya. Untuk mengatasi kekurangan lahan, sering dilakukan dengan memanfaatkan lahan pertanian produktif untuk perumahan dan pembangunan sarana dan prasarana kehidupan.

4. Ketersediaan Air Bersih

Jumlah air di bumi ini tetap, sedangkan jumlah penduduk makin bertambah dari tahun ke tahun. Oleh karena itu persediaan air bersih yang terbatas dapat menimbulkan masalah yang cukup serius. Jumlah penduduk yang meningkat juga berarti semakin banyak sampah atau limbah yang dihasilkan. Kawasan pemukiman padat penduduk sering hanya menyediakan sedikit kawasan terbuka sebagai daerah serapan air hujan. Kawasan yang tertutup rapat oleh aspal dan beton membuat air tidak dapat meresap ke lapisan tanah, sehingga pada waktu hujan air hanya mengalir begitu saja melalui permukaan tanah. Akibatnya cadangan air di dalam tanah semakin lama semakin berkurang sehingga pada musim kemarau sering kekurangan air bersih.

5. Kerusakan Lingkungan

Kepadatan populasi manusia berpengaruh pada kondisi ekosistem. Aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sering menimbulkan dampak buruk pada lingkungan. Misalnya untuk memenuhi kebutuhan bahan bangunan dan kertas, maka kayu di hutan ditebang. Untuk memenuhi kebutuhan lahan pertanian, maka hutan dibuka dan rawa/lahan gambut dikeringkan. Untuk memenuhi kebutuhan sandang, didirikan pabrik tekstil. Untuk mempercepat transportasi, diciptakan berbagai jenis kendaraan bermotor. Apabila tidak dilakukan dengan benar, aktivitas seperti contoh tersebut lambat laun dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan kerusakan ekosistem. Jadi kepadatan penduduk yang tinggi dapat mengakibatkan timbulnya berbagai pencemaran lingkungan dan kerusakan ekosistem.

C. Penanggulangan Masalah Kependudukan

Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menekan pesatnya pertumbuhan penduduk :


(33)

1. Menggalakkan program KB atau Keluarga Berencana untuk membatasi jumlah anak dalam suatu keluarga secara umum dan masal, sehingga akan mengurangi jumlah angka kelahiran.

2. Menunda usia perkawinan sampai pada usia tertentu (sampai batas usia sehat reproduksi) agar dapat mengurangi jumlah angka kelahiran yang tinggi.

Cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengimbangi pertambahan jumlah penduduk :

1. Penambahan dan penciptaan lapangan kerja

2. Meningkatkan kesadaran dan pendidikan kependudukan 3. Mengurangi kepadatan penduduk dengan program transmigrasi 4. Meningkatkan produksi dan pencarian sumber makanan

Berdasarkan SK tersebut di atas maka strategi yang tepat adalah dengan menggunakan pendekatan JAS. Dengan pendekatan JAS siswa akan terlibat langsung dalam menjangkau lingkungan mereka sebagai sumber belajar.

6. Penerapan Pendekatan JAS pada Materi Kepadatan Populasi Manusia

Merujuk dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ngabekti et al (2006) yang menerapkan model investigasi kelompok dengan pendekatan JAS pada siswa kelas VII di SMP 32 Semarang terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar dan aktivitas siswa antara kelas perlakuan dengan kelas pembanding, tetapi penggunannya masih dalam ruang lingkup pelajaran biologi dan pada materi-materi biologi tertentu saja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran investigasi kelompok dengan pendekatan JAS efektif untuk mencapai kompetensi aspek afektif dan psikomotorik. Dari aspek afektif 76,3% siswa merasa sangat senang belajar biologi dengan model ini dan aspek psikomotorik yang diharapkan terutama aktivitas siswa dalam kegiatan pengamatan mencapai 81,9%. Penelitian yang dilakukan oleh Sukaesih et al (2008) yang menerapkan pendekatan JAS pada perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Biologi dengan memanfaatkan lingkungan sosial budaya mahasiswa ternyata


(34)

menunjukkan peningkatan jumlah mahasiswa yang memperoleh nilai A dan B dan makin meningkatnya kualitas nilai A dan B.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Priyono et al (2007) tentang peningkatan pemahaman siswa yang menggunakan peta konsep berorientasi JAS pada materi biologi dan organisasi kehidupan, diketahui bahwa pada saat pengamatan proses banyak siswa yang dapat diakses antara lain siswa aktif bertanya, menjawab pertanyaan, berdiskusi dengan teman sebaya, terampil mengidentifikasi dan mampu meramalkan permasalahan yang diperoleh dari pengamatan yang dilakukan di lingkungan. Anita (2008) mengadakan penelitian tentang mengembangkan model pembelajaran guide discovery inquiry laboratory lesson dengan pendekatan Jelajah Alam Sekitar. Hasil penelitian menunjukan ≥75 % siswa mendapat nilai 68 dan ≥75 % siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran dan praktikum. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat memberikan gambaran bahwa pendekatan Jelajah Alam Sekitar dalam pembelajaran IPA dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap aktivitas dan hasil pembelajaran yang ingin dicapai.

Jelajah Alam Sekitar merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pemanfaatan lingkungan alam sekitar kehidupan siswa, baik lingkungan fisik, sosial, maupun budaya berbagai objek belajar biologi yang fenomenanya dipelajari melalui kerja ilmiah (Marianti dan Kartijono 2005). Pendekatan ini tidak menekankan peserta didik untuk belajar di alam tetapi dapat juga mengkonstruksi apa yang ada di alam kemudian dijadikan bahan untuk pembelajaran di kelas.

Beberapa langkah yang akan dilakukan dalam pembelajaran dengan pendekatan JAS pada materi kepadatan populasi manusia ini meliputi:

a. Persiapan.

1. Guru menentukan tujuan dari kegiatan pembelajaran. Melalui interaksi ke dalam lingkungan sosial siswa maka mereka akan mengetahui bagaimana pertumbuhan di daerahnya masing-masing.

2. Menentukan objek yang akan dikunjungi dan dipelajari oleh siswa. Dalam penelitian ini objek yang akan dipelajari adalah data jumlah penduduk yang diperoleh dari kantor kelurahan atau balai desa.


(35)

3. Menentukan cara belajar siswa. Dalam penelitian ini siswa akan diberikan LKS yang berisi petunjuk kerja.

b. Pelaksanaan.

1. Guru memberikan apersepsi kepada siswa. Siswa mendapatkan penjelasan dari guru kemudian membimbing siswa untuk mengadakan eksplorasi terhadap objek yang telah ditentukan dan membimbing pencatatan data mengenai objek yang diamati.

2. Melakukan diskusi kelas (elaborasi) untuk memecahkan permasalahan nyata yang ada di sekitar siswa. Berdasarkan hasil pengamatan, mereka akan mengetahui bagaimana pengaruh pertumbuhan penduduk yang makin cepat.

3. Penjelasan dari siswa yang dibimbing guru c. Tindak lanjut

Guru memberikan penilaian pada proses pembelajaran dan evaluasi hasil belajar.

Untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan membuat siswa aktif di dalam proses pembelajaran, maka dikembangkanlah suatu pendekatan pembelajaran JAS yang memanfaatkan lingkungan sekitar siswa sebagai sumber belajar. Diharapkan dengan melakukan pengamatan secara langsung di lingkungannya, siswa akan terlibat secara aktif dan lebih memahami materi. Untuk melihat lebih jelas kerangka berfikir dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini :


(36)

Gambar 1. Kerangka berpikir pencapaian aktivitas dan hasil belajar siswa melalui penerapan pendekatan JAS pada materi kepadatan populasi manusia

B. Hipotesis

Hipotesis dari rencana penelitian yang akan dilakukan adalah

1. Ada pengaruh positif penerapan pendekatan JAS pada materi kepadatan populasi manusia terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa.

2. Aktivitas siswa pada kelas dengan pendekatan JAS lebih tinggi daripada kelas dengan pendekatan ekspositori.

3. Hasil belajar siswa pada kelas dengan pendekatan JAS lebih baik daripada kelas dengan pendekatan ekspositori.

· Pembelajaran bersifat teacher oriented dan text book oriented.

· Kurangnya pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.

· Kurangnya variasi strategi pembelajaran.

· Aktivitas siswa dalam pembelajaran rendah

· Hasil belajar siswa kurang dari KKM

Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol Pendekatan

JAS

Pendekatan Ekspositori

·Dikaitkan dengan lingkungan sekitar

·Ada kegiatan pengamatan

·Ada laporan untuk dikomunikasikan

·Pembelajaran menyenangkan

· Siswa terlibat langsung dalam pembelajaran

· Pembelajaran lebih bermakna

·

Bagaimana aktivitas dan hasil belajar siswa?

Bagaimana aktivitas dan hasil belajar siswa?

·Materi disampaikan secara langsung oleh guru

·Peran guru sangat dominan

· Siswa cenderung menerima informasi dari guru

· Siswa menghafal konsep yang diterimanya / dipelajarinya


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMP Negeri 1 Tulakan pada siswa kelas VII tahun ajaran 2010/2011 semester genap.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Tulakan yang terdiri dari 7 kelas yaitu kelas VII A - VII G. Sebelum populasi dipilih menjadi sampel, populasi tersebut diuji homogenitas untuk mengetahui bahwa populasi tersebut bersifat homogen. Hasil uji homogenitas nilai ulangan harian biologi menunjukkan bahwa populasi tersebut bersifat homogen.

2. Sampel

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah dua kelas yaitu kelas VII G sebagai kelas eksperimen dan kelas VII F sebagai kelas kontrol dari tujuh kelas yang ada. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan teknik Cluster Random Sampling. Teknik ini dapat digunakan untuk pengambilan sampel bila populasinya bersifat homogen kemudian ditentukan satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol secara acak dengan cara diundi. Untuk kelas eksperimen pembelajarannya menggunakan pendekatan JAS sedangkan untuk kelas kontrol pembelajarannya menggunakan pendekatan ekspositori.

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini meliputi: 1. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat (Arikunto 2002b). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran. Untuk kelas eksperimen menggunakan


(38)

pendekatan JAS sedangkan untuk kelas kontrol menggunakan pendekatan ekspositori

2. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel akibat dari adanya variabel bebas (Arikunto 2002b). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar setelah proses pembelajaran dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

D. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan mengunakan rancangan Post Test Only Control Design. Dengan melihat perbedaan nilai post test antara kelas eksperimen dan kelas pembanding yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas pendekatan JAS terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi kepadatan populasi manusia. Rancangan tersebut dapat dilihat pada gambar 2 sebagai berikut (Arikunto 2002b).

Gambar 2. Rancangan Penelitian Post Test Only Control Design Keterangan:

E : Kelompok eksperimen

R : Pengambilan sampel secara random/acak K : Kelompok kontrol/pembanding

X1 : Perlakuan pada kelompok eksperimen (pendekatan JAS) X2 : Perlakuan pada kelompok control (pendekatan Ekspositori) O1 : Post tes kelompok eksperimen

O2 : Post tes kelompok kontrol

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari 2 tahap, yaitu : 1. Tahap-tahap persiapan penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan penelitian adalah : E X1 O1

R


(39)

a. Melakukan observasi awal terhadap pembelajaran IPA di SMP Negeri 1 Tulakan untuk mengidentifikasi masalah melalui wawancara dengan guru.

b. Melakukan observasi data nilai ulangan harian siswa. Data nilai ulangan harian siswa digunakan untuk uji homogenitas dan uji normalitas sebelum pengambilan sampel dilakukan.

c. Menetapkan sampel kelas

Setelah populasi dinyatakan homogen dan berdistribusi normal kemudian dilakukan pengambilan 2 kelas sampel secara acak melalui undian

d. Menyusun perangkat pembelajaran yang digunakan di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perangkat tersebut meliputi:

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2) Lembar Kerja Siswa (LKS)

3) Kisi-kisi instrumen

4) Lembar observasi kinerja guru 5) Lembar observasi aktivitas siswa 6) Soal tes

e. Melaksanakan uji coba soal yang diujikan terlebih dahulu di luar sampel penelitian.

f. Menganalisis hasil uji coba soal. Hasil analisis uji coba soal digunakan untuk mengetahui apakah soal tersebut layak digunakan sebagai alat pengambilan data atau tidak. Indikatornya adalah dengan menghitung validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan taraf kesukaran.

(1) Validitas butir soal

Gay (1983) dalam Sukardi (2008) menyatakan suatu instrumen dikatakan valid jika istrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Validitas dapat diukur dengan menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar.


(40)

Rumus yang digunakan : r xy =

) ) ( )( ) ( ( ) )( ( 2 2 2 2

å

å

å

å

å å

å

-Y Y N X X N Y X XY N Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara skor item dengan skor total N = jumlah peserta

∑X = jumlah skor item ∑Y = jumlah skor total

∑XY = jumlah perkalian skor item dengan skor total ∑X2 = jumlah kuadrat skor item

∑Y2 = jumlah kuadrat skor total

Setelah harga rxy diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan harga r tabel product moment dengan taraf signifikan 5%. Apabila harga r hitung > r tabel, maka butir soal tersebut valid.

Berdasarkan hasil uji coba dari 50 butir soal diperoleh: Tabel 1. Data hasil perhitunganvaliditas soal

No Kategori Jumlah Nomor Soal Soal yang dipakai 1. 2. Valid Tidak Valid 31 19

1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 20, 25, 28, 29, 30, 31, 33, 34, 36, 37, 40, 41, 42, 47, 48, 50 4, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 32, 35, 38, 39, 43, 44, 45, 46, 49

1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 20, 25, 28, 29, 30, 31, 33, 34, 36, 37, 40, 41, 42, 47, 48, 50

Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 20 halaman 125 (2) Reliabilitas

Suatu tes dikatakan reliabel (dapat dipercaya) jika memberikan hasil yang tetap apabila digunakan berkali-kali. Artinya apabila tes tersebut dilakukan pada sejumlah subyek yang sama akan tetapi pada waktu yang berbeda maka hasilnya akan relatif tetap. Untuk menentukan reliabilitas suatu soal digunakan rumus K-R. 20 (Arikunto 2002a) sebagai berikut


(41)

r11 = ÷÷ ø ö ç ç è æ -÷ ø ö ç è æ

2 2 1 S pq S n n Keterangan :

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan n = banyaknya item soal

∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q p = proporsi yang menjawab item dengan benar

q = proporsi yang menjawab item dengan salah (q= p-1) S2 = varians, besarnya dicari dengan rumus

S2=

(

)

N N

X X

å

-

å

2 2

Dengan :

∑ X2 = jumlah skor kuadrat (∑ X)2 = kuadrat jumlah skor N = jumlah peserta tes

Nilai reliabilitas yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan harga r tabel product moment dengan taraf signifikan 5%, bila r11 > r tabel, maka tes bersifat reliabel. Soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal yang mempunyai reliabilitas yang sangat tinggi, tinggi dan cukup.

Kriteria reliabilitas soal menurut Arikunto (2002a) adalah Antara 0,81 – 1,00 = sangat tinggi

Antara 0,61 – 0,81 = tinggi Antara 0,41 – 0,60 = cukup Antara 0,21 – 0,40 = rendah Antara 0,00 – 0,20 = sangat rendah

Berdasarkan hasil uji reliabilitas, diperoleh r11= 0,943dan r tabel = 0,404dengan N = 24, karena r11 > r tabel maka soal uji coba tersebut bersifat reliabel (data selengkapnya disajikan pada lampiran 20 halaman 125).

(3) Daya pembeda soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Angka yang


(42)

menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. Seperti halnya indeks kesukaran, indeks diskriminasi ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00 (Arikunto 2002a). Rumus yang digunakan adalah :

DP = PA PB

JB BB JA BA -= -Keterangan :

DP = daya pembeda

BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

BB = banyaknya kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Adapun klasifikasi daya pembeda soal adalah :

D = 0,00 – 0,20 = jelek D = 0,20 – 0,40 = cukup D = 0,40 – 0,70 = baik D = 0,70 – 1,00 = baik sekali D = negatif, berarti soal tidak baik.

Semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif dan jelek dibuang, sedangkan soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal yang mempunyai daya pembeda baik dan cukup. Tabel 2 Data hasil perhitungan daya beda soal

No Kategori Jumlah Nomor Soal Soal yang dipakai 1. 2. 3. Baik Cukup Jelek 6 25 19

1, 8, 10, 29, 40, 42

2, 3, 5, 6, 7, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 20, 25, 28, 30, 31, 33, 34, 36, 37, 41, 47, 48, 50

4, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 32, 35, 38, 39, 43, 44, 45, 46, 49

1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 20, 25, 28, 29, 30, 31, 33, 34, 36, 37, 40, 41, 42, 47, 48, 50


(43)

(4) Taraf kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Dengan perhitungan tingkat kesulitan soal dapat diketahui soal yang mudah atau sukar yang ditunjukkan dengan indeks kesukaran soal. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut dengan indeks kesukaran (Arikunto 2002a).

Rumus yang digunakan adalah : P =

JS B

Keterangan :

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = jumlah seluruh peserta tes

Klasifikasi indeks kesukaran:

P 0,00 sampai dengan 0,30 = soal sukar P 0,31 sampai dengan 0,70 = soal sedang P 0,71 sampai dengan 1,00 = soal mudah

Soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal yang mempunyai taraf kesukaran mudah, sedang dan sukar dengan perbandingan 20 : 60 : 20.

Tabel 3. Data hasil perhitungan kesukaran soal

No Kategori Jumlah Nomor Soal Soal yang dipakai 1. 2. 3. Sukar Sedang Mudah 4 22 24

3, 31, 35, 37 2, 3, 5, 6, 7, 9, 11, 13, 14, 15, 16, 20, 28, 29, 33, 34, 36, 40, 41, 42, 47, 48 1, 4, 6, 12, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 30, 32, 38, 39, 43, 44, 45, 46, 49, 50

1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 20, 25, 28, 29, 30, 31, 33, 34, 36, 37, 40, 41, 42, 47, 48, 50

Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 20 halaman 125 2. Tahap-tahap pelaksanaan penelitian


(44)

1) memberikan pengajaran dengan pendekatan JAS

2) memberikan penilaian atau evaluasi akhir pada siswa untuk mengetahui hasil belajar menggunakan pendekatan JAS

b. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada kelas kontrol

1) memberikan pengajaran dengan pendekatan ekspositori (ceramah dan diskusi).

2) memberikan penilaian atau evaluasi akhir pada siswa untuk mengetahui hasil belajar menggunakan pendekatan ekspositori (ceramah dan diskusi).

3. Tahap pengambilan data

Setelah peneliti melakukan persiapan penelitian dan pengujian instrumen kemudian peneliti mengambil data yang berupa:

a. hasil evaluasi akhir (post-test) siswa b. hasil observasi aktivitas siswa c. hasil observasi kinerja guru d. angket tanggapan siswa dan guru 4. Tahap penyusunan laporan hasil penelitian

Setelah melakukan penelitian, selanjutnya menganalisis data dan pembahasan untuk mengambil kesimpulan yang merupakan jawaban dari hipotesis penelitian.

F. Data dan Cara Pengumpulan Data 1. Sumber data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah guru dan siswa SMP Negeri 1 Tulakan

2. Jenis data

Jenis data yang didapatkan adalah data kuantitatif dan data kualitatif, yang meliputi :

(1) Aktivitas siswa selama proses pembelajaran (2) Hasil belajar siswa

(3) Tanggapan siswa dan guru mengenai kegiatan pembelajaran (4) Hasil kinerja guru dalam pembelajaran


(45)

3. Cara pengambilan data

a. Data aktivitas siswa diambil melalui metode observasi dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

b. Data hasil belajar siswa diambil dengan metode tes berupa tes tertulis dalam bentuk jawaban LKS dan nilai evaluasi akhir (post test).

c. Data kinerja guru diambil melalui metode observasi dengan menggunakan lembar observasi kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.

d. Data tanggapan siswa dan guru terhadap pendekatan JAS diperoleh melalui metode angket.

G. Metode Analisis Data

Setelah pelaksanaan penelitian didapatkan data, selanjutnya data tersebut akan dianalisis meliputi:

1. Analisis Data Awal

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui adanya kesamaan kondisi awal populasi yaitu bersifat homogen. Data yang digunakan adalah nilai ulangan harian siswa. Data tersebut dianalisis melalui uji normalitas dan uji homogenitas, dan uji perbedaan dua rata-rata nilai ulangan harian. a. Uji normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang dinalisis berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis yang diajukan yaitu:

H0 : Data berdistribusi normal Ha : Data tidak berdistribusi normal

Rumus yang digunakan untuk menguji kenormalan adalah rumus chi kuadrat (Sudjana 2002). Rumusnya adalah

χ2 =

å

= -k

1

i i

2 i i

E ) E O (


(46)

χ2 = chi-kuadrat

Oi = frekuensi yang diperoleh berdasarkan data Ei = frekuensi yang diharapkan

K = banyaknya kelas interval

Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut.

1. H0 diterima jika dengan taraf signifikan 5% yang berarti data berdistribusi normal

2. Ha diterima jika dengan taraf signifikan 5% yang berarti data tidak berdistribusi normal

Berdasarkan perhitungan uji normalitas diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 4. Hasil analisis uji normalitas

Kelas x2 Hitung x2 tabel (α=5%, dk= 3)

VII A 6,7306 7,81

VII B 6,5675 7,81

VII C 4,9295 7,81

VII D 6,4821 7,81

VII E 7,2575 7,81

VII F 6,3532 7,81

VII G 5,7084 7,81

Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 16 halaman 114

Berdasarkan tabel diatas, dari masing-masing kelas x2hitung < x2tabel. Maka dapat disimpulkan bahwa populasi berdistribusi normal. b. Uji homogenitas

Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah populasi mempunyai varians yang sama atau tidak. Jika populasi mempunyai varians yang sama maka populasi tersebut dikatakan homogen (Sudjana, 2002). Hipotesis yang akan diuji :

H0 : σ12 = σ22 = σ32 = σ42 = …. σ72 ; artinya varians populasi sama.

Ha : σ12≠ σ22 ≠ σ32 ≠ σ42 ≠ …. σ72 ; artinya varians populasi tidak sama.

Rumus uji homogenitas populasi mengacu Uji Bartlett (Sudjana 2002) sbb :

x2 = ln 10 {B – Σ (ni – 1) log Si2} dengan B = (log S2) ∑(ni − 1)


(47)

∑ ( ni − 1) Si2 S2 =

∑ (ni − 1)

Keterangan:

ni = jumlah siswa dalam kelas

S2 = varians gabungan dari semua kelas Si2 = varians tiap kelas

B = koefisien Bartlett

Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut.

1. H0 diterima jika dengan taraf signifikan 5% dan dk = (k-1) yang berarti varians populasi sama (homogen)

2. Ha diterima jika dengan taraf signifikan 5% dan dk = (k-1) yang berarti varians populasi tidak sama.

Berdasarkan perhitungan uji homogenitas, diperoleh = 2,169 dan x2tabel = 16,92. Karena maka data antar kelompok mempunyai varian yang sama sehingga bersifat homogen (perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 15 halaman 113). c. Uji perbedaan dua rata-rata nilai ulangan harian

Uji ini digunakan untuk mengetahui kemampuan awal kedua kelas yang digunakan sebagai sampel. Analisis data dengan uji-t digunakan untuk menguji hipotesis

H0 : = , artinya rata-rata nilai ulangan kedua kelas sama Ha : ≠ , artinya rata-rata nilai ulangan kedua kelas tidak sama Untuk menguji hipotesis digunakan rumus t, yaitu:

dengan

Keterangan : = mean nilai ulangan harian kelas eksperimen = mean nilai ulangan harian kelas pembanding s = simpangan baku

s12 = varians kelas eksperimen s22 = varians kelas pembanding

(

)

(

)

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 -+ -+ -= n n S n S n S ÷÷ ø ö çç è æ + -= 2 1 2 1 1 1 X X n n S thitung


(48)

n1 = jumlah anggota kelas eksperimen n2 = jumlah anggota kelas pembanding

Kriteria pengujian hipotesis adalah H0 diterima jika t hitung < t tabel(1-1/2α)(n1+n2-2) artinya ada kesamaan rata-rata nilai ulangan harian antara kelas eksperimen dengan kelas pembanding.

Tabel 5. Data nilai ulangan harian biologi

Kelas Nilai Rata-rata Ketuntasan

klasikal Tertinggi Terendah

Eksperimen 80 50 69,11 64%

Kontrol 86 50 69,55 57%

Keterangan: Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 17 halaman 121 Berdasarkan data nilai ulangan harian diketahui bahwa rata-rata kelas eksperimen adalah 69,11 sedangkan rata-rata-rata-rata kelas control adalah 69,55.

Berdasarkan perhitungan uji perbedaan dua rata-rata, diperoleh t hitung= -0,193 dan t tabel (1-1/2α)(n1+n2-2) = 2,00. Karena t hitung < t tabel (1-1/2α)(n1+n2-2) maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai ulangan kelas eksperimen dan kelas pembanding tidak ada perbedaan yang signifikan atau dapat dikatakan bahwa kelas eksperimen tidak lebih baik daripada kelas pembanding (berada pada kondisi awal yang sama).

2. Analisis Data Akhir

Data hasil belajar siswa didapat dari data hasil LKS dan hasil post-test.

a. Menghitung nilai LKS

Skor ini diperoleh dari pengerjaan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada dua kali pertemuan. Menurut Arikunto (2002a) rata-rata nilai jawaban LKS dihitung dengan rumus :

Jumlah skor perolehan

Skor jawaban LKS = x 100 Skor Maksimal Ideal (SMI)

Jumlah skor evaluasi Rata-rata nilai jawaban LKS =


(49)

b. Menghitung nilai evaluasi akhir (post test)

Menurut Arikunto (2002a) tingkat penguasaan evaluasi akhir dihitung dengan menggunakan rumus :

Jumlah skor evaluasi

Nilai evaluasi akhir = x 100 Skor Maksimal Ideal (SMI) c. Menghitung nilai akhir hasil belajar siswa

rumus yang digunakan untuk menghitung nilai akhir hasil belajar siswa adalah sebagai berikut :

A + 2B NA =

3 Keterangan :

NA : Nilai akhir hasil belajar siswa A : Rata-rata nilai jawaban LKS B : Nilai tes evaluasi akhir (post test)

Perbedaan pemberian bobot pada masing-masing nilai didasarkan pada perbedaan cakupan indikator dan tingkat kesulitan. Nilai jawaban LKS didapatkan ketika proses pembelajaran, sedangkan nilai bobot tes evaluasi akhir (post test) didapatkan pada pada akhir pembelajaran.

d. Uji perbedaaan dua rata-rata nilai akhir

Uji perbedaan dua rata-rata nilai akhir antara kelas eksperimen dan kelas pembanding menggunakan uji t, hipotesis statistik yang digunakan adalah

H0 : = Ha : >

Keterangan: = rata-rata hasil nilai akhir kelas eksperimen = rata-rata hasil nilai akhir kelas pembanding Untuk menguji hipotesis digunakan rumus t, yaitu:

dengan ÷÷ ø ö çç è æ + -= 2 1 2 1 1 1 X X n n S

thitung

(

)

(

)

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 -+ -+ -= n n S n S n S


(50)

Keterangan : = mean nilai akhir kelas eksperimen. = mean nilai akhir kelas pembanding s = simpangan baku

s12 = varians kelas eksperimen s22 = varians kelas kontrol

n1 = jumlah anggota kelas eksperimen n2 = jumlah anggota kelas pembanding

Kriteria pengujian hipotesis adalah H0 diterima jika t hitung < t tabel (1-α)(n1+n2-2) artinya tidak ada perbedaan rata-rata yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas pembanding.

Berdasarkan perhitungan uji perbedaan dua rata-rata, diperoleh t hitung= 2,783 dan t tabel (1-α)(n1+n2-2) = 1,67. Karena t hitung > t tabel (1-α)(n1+n2-2) maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan rata-rata nilai akhir yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas pembanding atau dapat dikatakan nilai akhir kelas eksperimen lebih baik daripada kelas pembanding (perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 27 halaman 145).

e. Menghitung ketuntasan belajar siswa 1. Ketuntasan Individual

Siswa dikatakan tuntas belajar apabila nilai yang diperoleh ≥ 70 Ketuntasan individual =

maksimal nilai

Jumlah

nilai Jumlah

x 100 % 2. Ketuntasan Klasikal

Tuntas secara klasikal bila sekurang-kurangnya 85% dari seluruh siswa memperoleh nilai ≥ 70.

Rumus ketuntasan klasikal:

Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar

Ketuntasan Klasikal = X 100%

Jumlah Siswa Keseluruhan 3. Analisis data aktivitas siswa

Analisis data aktivitas siswa yang diperoleh menggunakan lembar observasi dapat dihitung dengan menjumlahkan skor yang


(51)

diperoleh siswa dari semua aspek keaktifan yang diamati. Siswa akan memperoleh skor 1 jika melakukan tiap aktivitas dan siswa akan memperoleh skor 0 jika tidak melakukan aktivitas. Jumlah aktivitas total adalah 72.

Kriteria tingkat keaktifan siswa:

Sangat Aktif (SA) : Skor 54 - 72 Aktif (A) : Skor 36 - 53 Cukup Aktif (CA) : Skor 18 - 35 Kurang Aktif (KA) : Skor 0 - 17

Penilaian aktivitas siswa secara klasikal ditentukan dengan menghitung rata-rata jumlah skor yang diperoleh seluruh siswa.

4. Analisis data kinerja guru

Analisis data kinerja guru diperoleh menggunakan lembar observasi. Rentang skor yang dipakai adalah 1-4 dengan 12 aspek kegiatan yang dilakukan oleh guru. Skor terendah adalah 12 dan skor tertinggi adalah 48.

Kriteria penskoran kinerja guru :

Sangat baik : Skor 39 - 48

Baik : Skor 30 - 38

Cukup : Skor 21 - 29

Kurang baik : Skor 12 – 20

5. Analisis data angket tanggapan siswa

Data tanggapan siswa dan guru tentang penerapan pendekatan JAS dalam pembelajaran materi kepadatan populasi manusia dianalisis menggunakan rumus (Sudijono 2005)

P = x 100 % Keterangan:

P = Persentase kualitas tanggapan siswa

F = Banyak responden yang memilih jawaban ya atau tidak N = Banyak reponden yang menjawab kuesioner


(52)

Hasil persentase selanjutnya dibandingkan dengan kriteria sebagai berikut

85% - 100% Sangat baik 70% - 84% Baik 60% - 69% Cukup 50% - 59% Kurang 0 % - 49% Jelek

6. Analisis data tanggapan guru


(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada dua kelompok yaitu satu kelas sebagai kelompok eksperimen dan satu kelas sebagai kelompok kontrol. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2011 di SMP Negeri 1 Tulakan Pacitan dengan sampel penelitian siswa kelas VII G sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas VII F sebagai kelas kontrol.

1. Aktivitas siswa dalam pembelajaran

Hasil observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran yang berlangsung pada kelas eksperimen dan kontrol dapat disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Rekapitulasi Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Kriteria Keaktifan Persentase (%)

Kelas Eksperimen Rata-rata Kelas Kontrol Rata-rata

I II I II

SA (54-72) - - - -

A (36-53) 75 82,14 78,57 27,59 31,03 29,31

CA (18-35) 17,86 17,86 17,86 65,52 68,97 67,245

KA (0-17) 7,14 - 3,57 6,89 - 3,445

Keterangan: Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 31 halaman 157

Untuk selanjutnya penilaian aktivitas siswa secara klasikal ditentukan dengan menghitung rata-rata jumlah skor yang diperoleh seluruh siswa. Tabel 7. Hasil Rekapitulasi Observasi Aktivitas Siswa Secara Klasikal

Komponen Kelas eksperimen Kelas kontrol

I II I II

Skor rata-rata tiap

pertemuan 40,46 41,54 33,65 34,72

rata-rata 41 34,185

Kriteria Aktif Cukup aktif

Keterangan: Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 31 halaman 157

Berdasarkan hasil pada Tabel 7 dapat diketahui bahwa aktivitas siswa secara klasikal pada kelas eksperimen termasuk kriteria aktif dengan skor


(54)

rata-rata sebanyak 41, sedangkan aktivitas siswa secara klasikal pada kelas kontrol termasuk kriteria cukup aktif dengan skor rata-rata sebanyak 34,185.

2. Analisis data hasil belajar siswa setelah pembelajaran

Data hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diperoleh meliputi nilai post test, nilai LKS dan nilai akhir.

a. Nilai LKS dan nilai pos test

Data Nilai LKS dan nilai post test siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Nilai LKS dan nilai post test hasil pembelajaran dengan pendekatan JAS terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa SMP Negeri 1 Tulakan Pacitan pada materi kepadatan populasi manusia

Komponen

Nilai LKS Nilai Post test

eksperimen kontrol eksperimen kontrol

Jumlah siswa 28 29 28 29

Rerata 75,3 70,36 74,03 69,21

Skor tertinggi 81 89 86 90

Skor terendah 69 49 60 56

Jumlah siswa ≤ KKM 5 16 3 10

*data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 24 dan 25 halaman 142 dan 143

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa rerata nilai post test siswa kelas eksperimen yaitu 74,03 lebih tinggi daripada kelas kontrol yaitu 69,21. Begitupun nilai LKS siswa kelas eksperimen yaitu 75,3 lebih tinggi daripada kelas kontrol yaitu 70,36.

b. Nilai akhir

Nilai akhir hasil belajar siswa diperoleh dari nilai post test dan nilai LKS. Data tentang nilai akhir hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Nilai akhir siswa pada pembelajaran dengan pendekatan JAS

terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa SMP Negeri 1 Tulakan Pacitan pada materi kepadatan populasi manusia

Kelas Nilai Rata-rata Ketuntasan

klasikal Tertinggi Terendah

Eksperimen 84,33 63,67 74,46 89%

Kontrol 89,67 56,33 69,59 55%


(1)

170

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1. Suasana awal kegiatan belajar pada pembelajaran materi kepadatan populasi manusia melalui pendekatan JAS di SMP N 1 Tulakan Pacitan.

Gambar 2. Aktivitas saat pembagian kelompok pada pembelajaran materi kepadatan populasi manusia melalui pendekatan JAS di SMP N 1 Tulakan Pacitan.


(2)

171

Gambar 3. Aktivitas saat melakukan kegiatan bermain (simulasi) pada pembelajaran materi kepadatan populasi manusia melalui pendekatan JAS di SMP N 1 Tulakan Pacitan.

Gambar 4. Aktivitas saat kegiatan diskusi kelompok pada pembelajaran materi kepadatan populasi manusia melalui pendekatan JAS di SMP N 1 Tulakan Pacitan.


(3)

172

Gambar 5. Aktivitas saat melakukan kegiatan presentasi pada pembelajaran materi kepadatan populasi manusia melalui pendekatan JAS di SMP N 1 Tulakan Pacitan.

Gambar 6. Aktivitas siswa saat bertanya pada pembelajaran materi kepadatan populasi manusia melalui pendekatan JAS di SMP N 1 Tulakan Pacitan.


(4)

173


(5)

174 Lampiran 39. Surat penetapan dosen pembimbing


(6)

175 Lampiran 40. Surat ijin penelitian


Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION TERHADAP SELF EFFICACY DAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Seputih Mataram Tahun Pelajaran 2014/2015 pada Materi Pokok Pengaruh Kepadatan Populasi Manusia Terhad

1 9 66

PENGARUH PEMBUATAN JURNAL BELAJAR DALAM PENDEKATAN JELAJAH ALAM SEKITAR (JAS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI EKOSISTEM

2 23 201

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI KEPADATAN POPULASI DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DENGAN PEMBELAJARAN Peningkatan Hasil Belajar Materi Kepadatan Populasi Dan Pengelolaan Lingkungan Dengan Pembelajaran Kooperatif STAD (Student Team Achievement Division) Pad

0 2 14

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI KEPADATAN POPULASI DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN Peningkatan Hasil Belajar Materi Kepadatan Populasi Dan Pengelolaan Lingkungan Dengan Pembelajaran Kooperatif STAD (Student Team Achievement Divisio

0 2 12

PENERUNTU Penerapan Metode Pembelajaran Index Card Match Untuk Peningkatan Hasil Belajar Biologi Pokok Bahasan Kepadatan Populasi Manusia Siswa SMP Negeri 2 Colomadu.

0 0 16

PENDAHULUAN Penerapan Metode Pembelajaran Index Card Match Untuk Peningkatan Hasil Belajar Biologi Pokok Bahasan Kepadatan Populasi Manusia Siswa SMP Negeri 2 Colomadu.

0 0 7

Penerapan Pendekatan JAS pada Materi Keanekaragaman Protista Didukung Media Film terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa.

0 0 1

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) Model Group Investigation (GI) pada Materi Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup Di SMP Negeri 3 Teras.

0 0 1

EFEKTIVITAS KOMIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN SMP NEGERI 1 AIR BESAR

0 0 11

EFEKTIVITAS MODEL EXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI EKOSISTEM

1 1 10