Analisa Prosedur Kerja Aktual Usulan Rancangan Fasilitas Kerja yang Baru

samping kanan tempat duduk operator. Hal ini merupakan sikap kerja yang tidak alamiah yang dapat menyebabkan keluhan muskuloskeletal jika terjadi secara terus-menerus. Ubi hasil rajangan terkadang tidak jatuh persis di wadah penampung sehingga ubi yang jatuh tersebut tidak mengikuti proses berikutnya dan menjadi limbah, hal ini disebabkan penyekat di belakang mata pisau terlalu pendek. Pada fasilitas kerja aktual untuk mencegah hal tersebut diikatkan goni pada bagian belakang mata pisau. Operator harus mengatur posisi goni pada bagian bawah mengarah ke dalam keranjang dan ketika keranjang tersebut penuh operator harus membersihkan goni dari ubi hasil rajangan yang menempel. Hal ini menyebabkan waktu menganggur bagi fasilitas kerja.

6.4. Analisa Prosedur Kerja Aktual

UD. Tiga Bawang belum mempunyai prosedur yang baku atau tertulis bagi karyawan dalam menjalankan proses kerja. Dari peta pekerja dan mesin sekarang dapat disimpulkan bahwa pada prosedur kerja pada fasilitas kerja aktual terlalu banyak menganggur sedangkan waktu operator lebih banyak bekerja tanpa melibatkan fasilitas kerja. Persentase aktivitas produktif operator adalah 100 sedangkan fasilitas kerja hanya 0,37 dan selama operator bekerja independen mesin perajang tetap dihidupkan sehingga terjadi pemborosan sumber daya yang digunakan. Untuk itu prosedur kerja aktual perlu diperbaiki sehingga kerja manusia dan mesin lebih seimbang dan karyawan dapat menjalankan proses kerja dengan seragam dan gerakan yang efisien. Universitas Sumatera Utara

6.5. Usulan Rancangan Fasilitas Kerja yang Baru

Bentuk, ukuran dan bahan yang digunakan untuk tempat duduk operator diganti. Bahan dudukan dibuat dari busa bantalan yang rapat dengan ketebalan 1,3 cm yang dilapisi kulit sintetis sehingga lebih nyaman saat diduduki, tidak licin, mudah dibersihkan, tidak menyerap air dan tahan lama. Rangka kursi terbuat dari stainless steel sehingga tahan karat. Hal ini cocok untuk kondisi di stasiun perajangan yang selalu basah karena air yang berasal dari ubi yang telah dirajang. Fasilitas kerja dilengkapi dengan tempat ubi kayu yang akan dirajang sehingga mudah dijangkau oleh operator. Wadah berbahan plastik tersebut diletakkan di atas landasan yang terbuat dari stainless steel dengan posisi di sebelah kiri operator agar beban kerja lebih merata dan operator dapat menggunakan tangan kiri dan tangan kanan secara bersamaan ketika proses perajangan berlansung. Lubang mata pisau dirancang dengan bentuk tabung sehingga sesuai dengan bentuk ubi kayu dan mencegah jari operator bersentuhan langsung dengan mata pisau. Diameter lubang tersebut adalah 10 cm sesuai dengan ukuran maksimal ubi kayu yang akan dirajang. Pada bagian bawah mata pisau dilengkapi dengan plat yang terbuat dari baja karbon agar ubi hasil perajangan jatuh persis ke dalam wadah penampung dan mencegah ubi kayu jatuh ke lantai. Fasilitas kerja dirancang sesuai dengan antropometri seluruh operator laki- laki di UD. Tiga Bawang agar rancangan ergonomis sehingga dapat mengurangi postur kerja yang tidak alamiah yang dapat menyebabkan keluhan muskuloskeletal. Ukuran fasilitas kerja usulan berdasarkan hasil pengolahan data yaitu sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Jarak mata pisau ke lantai 105,5 cm 2. Tinggi wadah ubi kayu sebelum dirajang 85,5 cm 3. Jarak wadah ubi kayu sebelum dirajang ke mata pisau 76 cm 4. Tinggi kursi operator 43 cm 5. Panjang dudukan kursi 49,6 cm 6. Lebar dudukan kursi 33,2 cm Gambar hasil rancangan fasilitas kerja usulan dapat dilihat pada Gambar 6.1.- 6.5. Gambar 6.1. Fasilitas Kerja Usulan Pandangan Depan Universitas Sumatera Utara Gambar 6.2. Fasilitas Kerja Usulan Pandangan Belakang Gambar 6.3. Fasilitas Kerja Usulan Pandangan Samping Kanan Universitas Sumatera Utara Gambar 6.4. Fasilitas Kerja Usulan Pandangan Samping Kiri

6.6. Analisa Postur Kerja pada Fasilitas Kerja Usulan