31
Tabel 6. Penggolongan beras berdasarkan kadar amilosa
Jenis Beras Kadar Amilosa
Ketan 1-2 Pulen 7-10
Sedang 20-25 Pera 25
Sumber:http:www.scribd.comTeknologi-Pengolahan-Beras-Teori-Dan-Praktek
Kandungan amilosa mempengaruhi sifat pemekaran volume nasi dan keempukan serta kepulenan nasi. Semakin tinggi kandungan amilosanya, semakin
mekar nasinya. Sebaliknya, semakin rendah amilosa, semakin pulen nasi tersebut. Jadi beras ketan tidak banyak mekar, sedangkan beras beras PB atau IR daya
pemekarannya tinggi, tetapi cepat menjadi keras setelah dingin dan tidak lekat nasinya. Beras dengan amilosa rendah biasanya menghasilkan nasi dengan sifat
tidak kering dan teksturnya pulen, tidak menjadi keras setelah dingin, dan rasanya enak dan nasinya mengkilat. Semakin mengkilat nasi, semakin enak rasa nasi
tersebut. Jadi enaknya nasi dapat diukur dengan derajat mengkilatnya nasi. Keadaan per-pulen berkaitan dengan kandungan amilosa. Pada indica kandungan
amilosa sedang sampai tinggi, sedangkan pada japonica kandungan amilosa rendah sampai sedang.
2.2. Penelitian Terdahulu 2.2.1. Karakteristik Konsumen
Wasini 2009, dengan judul penelitian “Analisis Perilaku Konsumen dalam Pembelian Minuman Bandrek Serbuk Merek Starbandrek PT Liza Herbal
Internasional Studi Kasus di Wilayah Bogor”. Penelitian ini menyebutkan bahwa karakteristik umum konsumen bandrek merek Starbandrek adalah sebagai
berikut: berusia 44-51 tahun 32 persen, berjenis kelamin laki-laki 53 persen, dan tingkat pendidikan terakhir adalah sarjana 50 persen. Empat puluh lima
persen responden memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta, dan sebagian besar rata-rata pengeluaran responden sekitar Rp. 900.000,- sampai dengan Rp.
2.000.000,- 43 persen.
32 Urmatul 2009, dengan judul penelitian “Analisis Kepuasan Konsumen
Restoran Papa Ron’s Pizza Bogor”. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa karakteristik umum responden di Restoran Papa Ron’s Pizza Bogor secara umum
berusia 23-28 tahun 33 persen, bestatus belum menikah 57 persen, dan berjenis kelamin laki-laki 53 persen. Sebagian besar responden berpendidikan sarjanaS1
43 persen, memiliki pekerjaan sebagai pelajarmahasiswa 33 persen, dengan tingkat pendapatan rata-rata Rp. 500.000,- sampai dengan Rp. 1.500.000,- 34
persen. Vera 2008, dengan judul penelitian “Analisis Perilaku Konsumen dalam
Pembelian Produk Soyjoy dan Implikasinya Terhadap Bauran Pemasaran”. Penelitian ini menyebutkan bahwa karakteristik umum konsumen Soyjoy adalah
sebagai berikut: berusia 20-40 tahun, status pelajar mahasiswa adalah status yang paling dominan, sebagian besar responden memiliki pendapatan sekitar Rp.
1.000.000,- sampai dengan Rp. 2.000.000,-. Sembilan puluh persen responden penelitian ini berjenis kelamin perempuan, dan tingkat pendidikan terakhir yang
paling besar adalah SLTA. Sembilan puluh empat persen responden adalah penduduk kota Bogor, dan sisanya berasal dari luar Bogor seperti Jakarta dan
Sukabumi. Berdasarkan penelitian di atas, maka beberapa hal yang sangat
berhubungan erat dengan karakteristik konsumen adalah jenis kelamin, usia, status, pendidikan, dan pendapatan.
2.2.2. Proses Keputusan Pembelian
Dewi 2009, dengan judul penelitian “Analisis Sikap Konsumen terhadap Produk Susu Kedelai Cair Murni Tanpa Merek di Kota Jakarta”. Hasil penelitian
ini menyebutkan bahwa responden susu kedelai cair murni tanpa merek di Kota Jakarta secara keseluruhan melalui setiap tahapan keputusan pembelian, yaitu 1
pengenalan kebutuhan: konsumen mengenali kebutuhan untuk mengkonsumsi susu kedelai cair murni tanpa merek dengan motivasi sadar akan pentingnya dan
manfaat protein nabati, melakukan program diet, harga yang terjangkau, dan terpengaruh iklan; 2 pencarian informasi:sebagian besar konsumen mendapatkan
informasi mengenai susu kedelai cair murni tanpa merek dari media cetak; 3
33 evaluasi alternatif: konsumen mempertimbangkan pembelian berdasarkan atribut
yang dimiliki susu kedelai cair murni, terutama atribut manfaat dan kandungan gizi; 4 keputusan pembelian: kebanyakan konsumen memilih tokostan untuk
membeli susu, pembelian dilakukan secara terencana karena sudah terbiasa untuk mengkonsumsi susu kedelaicair setiap hari, dan waktu konsumsi susu kedelai cair
tidak menentu kosumen mengkonsumsi susu kedelai lebih dari satu kali dalam sehari; dan 5 perilaku pasca pembelian: konsumen merasa puas dengan produk
susu kedelai cair murni yang mereka konsumsi dan ingin tetap membeli walaupun terjadi kenaikan harga pada susu kedelai cair murni.
Novian 2009, dengan judul penelitian “Analisis Proses Keputusan Pembelian dan Kepuasan Konsumen terhadap Mid East Café Lounge and Shisha,
Bogor”. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa responden Mid East Café Lounge and Shisha
secara umum melalui setiap tahapan keputusan pembelian, yaitu, 1 pengenalan kebutuhan: konsumen datang ke Mid East Café Lounge and
Shisha dengan motivasi citarasa dan suasana tempat; 2 pencarian informasi:
sebagian besar konsumen mendapatkan informasi mengenai Mid East Café Lounge and Shisha
dari keluarga, teman, dan promosi penjualan oleh Mid East Café Lounge and Shisha
; 3 evaluasi alternatif: konsumen mempertimbangkan pembelian adalah lokasi yang mudah dijangkau, harga, dan rasa; 4 keputusan
pembelian: cara responden memutuskan pembelian di Mid East Café Lounge and Shisha
bermacam-macam, yaitu terencana, mendadak, dan tergantung situasi; dan 5 perilaku pasca pembelian: konsumen merasa puas dengan Mid East Café
Lounge and Shisha dan ingin melakukan pembelian ulang.
Manalu 2010, dengan judul penelitian “Analisis Sikap dan Kepuasan Petani terhadap Benih Padi Hibrida Studi Kasus di Kecamatan Baros Kota
Sukabumi”. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa responden benih padi hibrida secara umum melalui tahapan keputusan pembelian, yaitu 1 pengenalan
kebutuhan: konsumen mengenali kebutuhan untuk membeli benih padi hibrida oleh karena adanya motivasi petani untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari; 2
pencarian informasi: informasi mengenai benih padi hibrida diperoleh konsumen dari PPL Penyuluh Pertanian Lapang; 3 evaluasi alternatif: konsumen
mempertimbangkan pembelian berdasarkan atribut yang dimiliki benih padi
34 hibrida, khususnya produktivitas hasil panen, umur tanaman panen, dan
sertifikasi benih; 4 keputusan pembelian: kebanyakan konsumen melakukan pembelian dengan direncanakan terlebih dahulu; 5 perilaku pasca pembelian:
konsumen menyatakan puas akan tetapi tidak akan melakukan pembelian ulang apabila terjadi kenaikan harga.
Harnasari 2009, dengan judul penelitian “Analisis Proses Keputusan Pembelian dan Kepuasan Konsumen Cimory Yoghurt Drink di Cimory Shop
Bogor”. Penelitian ini mengemukakan bahwa proses keputusan pembelian menjadi salah satu hal penting dalam riset konsumen untuk mengetahui perilaku
konsumen sebelum memutuskan untuk mengkonsumsi produk. Responden mengkonsumsi Cimory Yoghurt Drink didasarkan oleh adanya manfaat kesehatan.
Sumber informasi pada proses keputusan pembelian Cimory Yoghurt Drink adalah peragaan di tempat penjualan yaitu supermarket atau modern retail 34 persen.
Atribut rasa merupakan prioritas pertimbangan utama responden dengan proporsi sebesar 44 persen.dalam membeli Cimory Yoghurt Drink, sebagian besar
responden melakukan secara mendadak 58 persen. Hal tersebut dilakukan responden ketika melihat ketersediaan produk di supermarket atau Cimory Shop.
Konsumen merasa puas dengan produk Cimory Yoghurt Drink 98 persen. Mereka menilai uang yang dikeluarkan sesuai dengan manfaat yang diterima.
Konsumen akan tetap membeli Cimory Yoghurt Drink jika terjadi kenaikan harga di range 10-20 56 persen.
Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, proses pembelian konsumen pada umumnya ada lima tahapan yaitu, pengenalan kebutuhan, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Pengenalan kebutuhan didasarkan oleh bermacam-macam motivasi, mulai dari
manfaat, pemenuhan gizi, dan pengaruh promosi. Konsumen mendapatkan informasi produk dari berbagai media dan orang-orang di sekitar mereka. Evaluasi
alternatif biasanya dilakukan konsumen berdasarkan atribut-atribut penting produk dan keputusan pembelian produk juga bermacam-macam, ada yang
terencana, mendadak, dan tergantung situasi. Hal iini berkaitan erat dengan jenis produk yang dibeli. Konsumen yang merasa puas dengan produk akan melakukan
pembelian ulang sedangkan knsumen yang merasa tidak puas akan mengeluh.
35
2.2.3. Persepsi Konsumen
Pratiwi 2007, dengan judul penelitian “Pengaruh Persepsi Konsumen terhadap Perilaku Pembelian Produk House Brand Hero Kategori Bahan Pangan
Studi Kasus pada Beras dan Gula Pasir. Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa secara umum, responden mempersepsikan harga produk house brand Hero
lebih murah dari pada merek lain baik untuk gula pasir maupun beras. Penilaian responden terhadap kualitas, jenis, ukuran, dan tingkat kepercayaan terhadap
produk house brand Hero beras dan gula pasir dipersepsikan baiknya dengan beras dan gula pasir merek lainnya. Sedangkan untuk ketersediaan produk house
brand Hero beras dan gula pasir dipersepsikan lebiih banyak oleh sebagian besar
responden dari pada ketersediaan produk sejenis merek lainnya. Silvia 2010, dengan judul penelitian “Pengaruh Persepsi Konsumen
terhadap Keputusan Pembelian Produk House Brand Beras Giant”. Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa secara umum, konsumen mempersepsikan
harga produk house brand beras Giant lebih murah dibandingkan merek lainnya dengan kualitas yang sama baiknya dengan merek lainnya. Kualitas beras dinilai
dengan menggunakan beberapa indikator, yaitu kebersihan, warna, kepulenan, keseragaman bulir, aroma, kemasan, dan daya tahan. Konsumen menilai
kebersihan, warna, keseragaman bulir, dan kemasan produk house brand beras Giant lebih baik dibandingkan dengan merek lain. Sedangkan untuk indikator
kepulenan dan aroma, konsumen menilai produk house brand beras Giant sama baiknya dengan merek lain. Indikator daya tahan produk house brand beras Giant
dinilai konsumen lebih buruk. Pilihan ukuran serta jenis dan ketersediaan produk house brand
beras Giant dipersepsikan konsumen lebih baik dari pada merek lain. Kepercayaan terhadap produk house brand beras Giant dinilai lebih buruk dari
pada merek lain. Secara keseluruhan persepsi konsumen terhadap produk house brand beras Giant sudah cukup baik.
2.2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian
Panjaitan 2007, dengan judul penelitian “Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen terhadap Roti Unyil Venus di Kota Bogor”. Penelitian ini
menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian roti
36 unyil adalah kecepatan karyawan dalam menangani proses pembelian,
penanganan keluhan pengunjung, kenyamanan toko, kesesuaian menu dengan pesanan, kemudahan mencapai lokasi, kesopanan karyawan, kandungan gizi, rasa,
serta kebersihan produk. Maharani 2009, dengan judul penelitian “Analsis Kepuasan, Loyalitas,
dan Preferensi Konsumen Martabak Air Mancur Bogor”. Hasil penelitian ini menerangkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian
martabak adalah varian rasa martabak, ukuran, tekstur, dan kulit berwarna kecoklatan.
Berdasarkan penelitian di atas, dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan pembelian terhadap suatu produk akan berbeda-beda.
37
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis