Lumbung Pangan MENUJU KEDAULATAN PANGAN MASYARAKAT

Padi sebagai tanaman pokok masyarakat sesuai dengan tiga persenyawaan diatas juga tidak boleh untuk dijual dalam bentuk beras maupun olahannya. Padi yang dijual dalam bentuk beras diibaratkan sama dengan manusia yang menjual diri. Dengan kiasan tersebut memperlihatkan bahwa dalam upaya menjaga kedaulatan pangan masyarakat keberadaan padiberas yang merupakan bahan pokok untuk bertahan hidup tetap dijaga. Karena hal inilah, pengenalan program yang memperkenalkan pola tanam padi tiga kali dalam satu tahun ‘ditolak’ oleh anggota komunitas melalui pimpinan adatnya.

6.4 Lumbung Pangan

leuit: Jaminan Pangan Masyarakat Hal yang juga penting bagi masyarakat Sinar Resmi dalam menjaga ketersediaan pangan adalah leuitlumbung pangan yang digunakan untuk menyimpan padi sebagai hasil bumi. Selain berfungsi sebagai tempat penyimpanan leuit juga memiliki fungsi simbol kesejahteraan bagi anggota komunitas. Hal ini juga menunjukkan semakin banyak jumlah padi yang dihasilkan dan berarti semakin luas tanah yang dikuasai oleh seseorang. Hal tersebut karena stratifikasi masyarakat dapat berupa penguasaan tanah yang dikelola oleh suatu rumahtangga. Tabel 16. Jumlah dan Persentase Rumahtangga menurut Luas Penguasaan Tanah dan Jumlah Leuit yang Dimiliki di Kampung Sinar Resmi Tahun 2011 Luasan Penguasaan tanah Jumlah leuit Total 1 2 ≥3 n n n n Luas 1 14 4 56 2 26 7 100 Sedang 2 25 6 75 8 100 Sempit 14 84 2 12 16 100 Sumber: Data Primer diolah, 2011 Berdasarkan Tabel 16 menunjukkan bahwa tingkatan penguasaan tanah yang mempengaruhi kepemilikan leuit. Pada penguasaan tanah sempit 0-0.25 hektar sebagian besar memiliki satu leuit, hanya 2 orang yang memiliki 2 leuit. Hal tersebut dikarenakan dulunya rumahtangga tersebut memiliki tanah yang cukup luas sebelum akhirnya dijual. Tingkat selanjutnya yakni penguasaan tanah sedang 0.25-0.5 hektar sebagian besar memiliki dua leuit. Tingkat paling luas yakni lebih dari 0.5 hektar yang memiliki dua atau lebih. Pada tingkatan ini terdapat yang memiliki satu leuit, karena si pemilik hanya ingin mempunyai satu leuit untuk dimaksimalkan. Pemenuhan subsistensi pangan merupakan hal utama yang menjaga keamanan sosial dalam masyarakat. Leuit kemudian menjadi simbol utama bagi upaya menjaga keterjaminan keamanan sosial sebagai penyimpanan bahan pangan terutama pada leuit rumahtangga. Leuit komunal yang dikenal dengan nama leuit sijimat merupakan penjamin kebutuhan incidental bagi anggota masyarakat yang dapat diakses dengan mudah dan tersedia di setiap kampung. Hal ini sesuai dengan penuturan salah seorang penduduk: “…abdi teu punya tanah buat bertani, cuma kerja di orang. Kadang-kadang teh abdi kurang buat makan, jadi abdi pinjam ka leuit sijimat. Panen berikutnya baru dikembalikan. Kadang- kadang banyak juga yang ngebantu ngasi padi. Orang sini mah masi suka tolong menolong…” Masyarakat Kampung Sinar Resmi masih mempunyai hubungan yang kuat dalam memenuhi kebutuhannya. Adanya rasa tolong menolong menjadikan masyarakat yang kurang mampu memenuhi kebutuhannya dapat diselesaikan bersama-sama oleh masyarakat. Hal ini juga tidak terlepas oleh peran leuit sijimat yang mengumpulkan partisipasi masyarakat untuk dapat saling berbagi. Masyarakat yang kekurangan padi pada musim paceklik dapat meminjam ke leuit sijimat . Padi yang yang sudah dipinjam tersebut akan dikembalikan sesuai dengan jumlah pinjaman pada musim panen berikutnya. Peminjaman padi di leuit sijimat berlaku bagi semua masyarakat selama rumahtangga tersebut kekurangan. Leuit memiliki aturan tersendiri dalam pembangunan dan pemanfaatannya. Aturan pendirian leuit mengikuti pola hitungan adat-istiadat yang digunakan oleh masyarakat. Hitungan tersebut dimulai dari tanggal pertama yang disebut kuta yang dikhususkan untuk tanggal membangun kandang kambing atau kerbau. Tanggal kedua disebut kusang yang dikhususkan untuk membangun kandang ayam. Tanggal ketiga disebut gelar yang ditujukan sebagai tanggal membangun masjid atau fasilitas publik. Tanggal keempat disebut naga yang digunakan untuk membangun leuit. Tanggal kelima disebut jaya yang digunakan untuk membangun rumah. Arah leuit dikhususkan membujur dari selatan ke utara dengan salah satu ujungnya terdapat satu pintu. Masing-masing pojok bangunan terdapat daun-daun tertentu yang dimaknai sebagai penjaga leuit dari hama dan pencuri. Hasil panen padi selain disimpan pada masing-masing leuit rumahtangga, masyarakat juga menyimpan hasil panen ke leuit sijimat komunal dengan aturan 100 : 2 yang berarti hasil panen 100 pocong, menyimpan ke leuit si jimat sebanyak 2 pocong. Namun, pada dasarnya masyarakat dapat menyimpan lebih sesuai dengan keinginan individu masing-masing. Leuit sijimat digunakan sebagai cadangan pangan bagi masyarakat Kampung Sinar Resmi saat musim paceklik dan sebagai cadangan dalam berbagai kegiatan kasepuhan seperti seren taun. Tabel 17 menyajikan data yang menggambarkan partispasi masyarakat terhadap leuit sijimat sesuai dengan luasan yang dikelola. Tabel 17. Rata-rata Jumlah Padi yang diberikan ke Leuit Sijimat di Kampung Sinar Resmi Tahun 2011 Luas lahan Rata-rata yang diberikan ke leuit sijimat pocong Luas 6.37 Sedang 8.42 Sempit 2.25 Sumber: data primer diolah, 2011 Jumlah padi yang diberikan beragam sesuai dengan panen yang dihasilkan dan keinginan untuk menyimpan lebih kepada leuit sijimat. Namun, umumnya semakin banyak hasil panen, maka semakin banyak yang disimpan. Pada pemilikan 0.25-0.5 hektar, rata-rata yang disimpan di leuit sijimat lebih banyak karena dengan menyimpan lebih banyak mereka akan merasa lebih aman jika kekurangan dengan meminjam pada masa paceklik, sedangkan, masyarakat yang memiliki lebih besar dari 0.5 hektar menyimpan hanya sebagai keharusan mereka untuk berpartisipasi dalam menyimpan di leuit sijimat, untuk kebutuhan selanjutnya cukup dengan padi sendiri dan tidak perlu meminjam.

6.5 Kontrol Komunitas atas Sumberdaya Produktif

Dokumen yang terkait

Relasi Geder dalam Pemilikan dan Penguasaan Sumberdaya Agraria (Kasus Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)

0 16 375

Analisis kinerja kelembagaan pangan local terhadap peningkatan ketahanan pangan rumahtangga miskin di Kasepuhan Sinar Resmi Kabupaten Sukabumi

1 6 241

Analisis Dampak Perluasan Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi (Studi Kasus di Desa Sirna Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat)

2 18 275

Kelembagaan Lokal Dalam Pemanfaatan Aren dan Peranan Hasil Gula Aren Bagi Pendapatan Rumahtangga Masyarakat Kasepuhan (Desa Sirna Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat)

0 20 196

Analisis konflik sumberdaya hutan di kawasan konservasi: studi Kasus Kampung Sinar Resmi, Desa Sirna Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat

0 21 260

Kepemimpinan Adat Dalam Kepatuhan Masyarakat Pada Norma Adat (Studi Kasus Di Kasepuhan SRI Desa Sirnaresmi Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi Jawa Barat).

8 67 147

PEWARISAN PENGETAHUAN LOKAL ETNOBOTANI KEPADA GENERASI SELANJUTNYA DI KAMPUNG ADAT SINAR RESMI KABUPATEN SUKABUMI.

2 8 27

TRADISI NGASEUK DI KAMPUNG ADAT SINAR RESMI DESA SIRNARESMI KECAMATAN CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN MEMBACA ARTIKEL DI SMA.

3 19 36

SIKAP KONSERVASI SISWA KAMPUNG TRADISIONAL CIKUPA DAN KAMPUNG ADAT SINAR RESMI KECAMATAN CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI.

0 4 32

TRADISI NGASEUK DI KAMPUNG ADAT SINAR RESMI DESA SIRNARESMI KECAMATAN CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN MEMBACA ARTIKEL DI SMA - repository UPI S BD 1004549 Title

0 0 4