4.3. Pola Pemukiman
Pola pemukiman penduduk Desa Sibangun Mariah, umumnya berada di tepi jalan lintas desa, berderet rapat dan memanjang kebelakang, berhadap-hadapan satu
sama lainnya dibatasi jalan lintas. Letak rumah penduduk satu dengan yang lain disepanjang jalan berjarak kira-kira 4 m atau hanya dipisahkan jalan kecil saja.
Perumahan di desa ini tergolong rapat dengan rumah yang di sampingnya. Tipe rumah penduduk bermacam-macam, sebagian permanen memiliki
pekarangan sendiri dengan memakai gerbang atau tembok sama halnya bangunan rumah di perkotaan. Bangunan rumah seperti ini terbuat dari batu, berlantai semen
atau tegel. Ada juga bangunan rumah yang semi permanen yaitu rumah penduduk yang berdinding papan, dan juga bambu yang dibelah dan sebagian memakai tepas,
berlantai tanah. Namun bangunan rumah yang seperti ini berkisar 10 rumah saja. Ada juga beberapa rumah yang memakai tangga dipintu masuk. Bagi rumah yang tidak
berpagar besi atau tembok cukup dipagar dengan bambu saja atau bunga-bungaan yang ditanam membentuk pagar, sehingga terlihat perbatasan antara halaman rumah
masing-masing penduduk. Lokasi pemukiman di desa ini dikelilingi perladangan sehingga ada sebagian
rumah penduduk yang letaknya di pinggir perkampungan sudah sangat dekat dengan lokasi perladangan, hanya berjarak 10 m daru rumah penduduk. Pekarangan
penduduk umumya sudah sangat sempit karena memang sudah dibatasi jarak rumahnya yang satu dengan yang lain. Dilokasi perkampungan telah dibuat jalan
keliling desa sehingga penduduk tidak kesulitan apabila ingin berkunjung kerumah penduduk yang lain. Demikian juga halnya kendaraan roda dua dan roda empat bebas
keluar masuk ke lokasi dan dari perkampungan.
Universitas Sumatera Utara
4.4. Bahasa
Mengingat penduduk Sibangun Mariah adalah mayoritas suku Simalungun maka dengan sendirinya bahasa sehari-hari masyarakat bahasa batak Simalungun
atas. Ada juga sebagaian yang memakai bahasa Batak Toba. Pada umumnya yang memakai bahasa batak Toba adalah masyarakat pendatang yang baru datang ke desa
tersebut. Karena pendatan gatau perantau yang datang ke desa ini banyak berasal dari daerah Toba. Selain itu juga ada yang memakai bahasa Karo bagi suku Karo. Tetapi
ada juga penduduk setempat yang bukan suku Karo menggunakan bahasa Karo dengan orang yang bersuku Karo. Karena pada umumnya penduduk desa ini
mengetahui tiga bahasa daerah yaitu bahasa Simalungun, bahasa Toba, dan bahasa Karo. Hal tersebut dikarenakan letak daerahnya yang berada diperbatasan wilayah
Karo dengan Toba. Namun lambat laun masyarakat yang tidak suku Simalungun juga mengetahui
bahasa tersebut sehingga bahasa ini merupakan bahasa ibu, dipergunakan dalam kegiatan sehari-hari, baik di rumah maupun di tempat umum. Sementara penggunaan
bahasa Indonesia biasanya dipakai terbatas pada sekolah-sekolah ataupun pada saat berinteraksi dengan orang bukan berasal dari suku Simalungun, Toba dan Karo
misalnya Jawa, Nias. Pada umumnya anak-anak penduduk yang masih balita sudah dilatih berbahasa Indonesia sejak kecil walaupun nantinya anak-anak tersebut juga
akan mengetahui bahasa Simalungun dengan sendirinya.
Universitas Sumatera Utara
4.5. Komposisi Penduduk