UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN GEOGRAFI DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA MUHAMMADIYAH 3 MASARAN SRAGEN

(1)

commit to user

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS

PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN GEOGRAFI

DENGAN METODE THINK PAIR SHARE

PADA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA MUHAMMADIYAH 3

MASARAN SRAGEN

SKRIPSI

Oleh: Darsono NIM K5405013

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

commit to user

ii

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS

PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN GEOGRAFI

DENGAN METODE THINK PAIR SHARE

PADA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA MUHAMMADIYAH 3

MASARAN SRAGEN

Oleh: Darsono NIM K5405013

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd Yasin Yusuf, S.Si., M.Si NIP. 19560420 198303 1 003 NIP. 19740427 200212 1 001


(4)

commit to user


(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Darsono. K5405013. UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN GEOGRAFI DENGAN METODE THINK

PAIR SHARE PADA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA MUHAMMADIYAH 3

MASARAN SRAGEN. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Mei 2010.

Tujuan yang hendak dicapai penelitian ini adalah: 1) mengetahui peningkatan kualitas proses pembelajaran geografi dengan menerapkan metode Think Pair Share pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen; 2) mengetahui peningkatan kualitas hasil pembelajaran geografi dengan menerapkan metode Think Pair Share pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen.

Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen sebanyak 36 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Proses penelitian dilakukan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Masing-masing siklus berisi empat tahapan, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap analisis dan refleksi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) Terdapat peningkatan kualitas proses pembelajaran Geografi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen. Peningkatan tersebut ditandai dengan meningkatnya keaktifan siswa selama apersepsi, siklus I sebesar 66% dan siklus II sebesar 82% (meningkat 16%). Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, siklus I sebesar 57% dan siklus II sebesar 76% (meningkat 19%). Kerjasama siswa dalam kelompok, siklus I sebesar 65% dan siklus II sebesar 88% (meningkat 23%). 2) Terdapat peningkatan kualitas hasil pembelajaran Geografi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen. Peningkatan ini dilihat dari peningkatan jumlah siswa yang telah mencapai batas ketuntasan, yaitu > 6,5. Pada siklus I siswa tuntas sebesar 77%, siklus II siswa tuntas sebesar 92% (meningkat 15%).


(6)

commit to user

vi

ABSTRACT

Darsono. K5405013. THE INCREASE EFFORT OF THE PROCESS AND THE RESULT QUALITY IN THE GEOGRAPHY LEARNING BY THINK PAIR SHARE METHOD TO THE STUDENTS OF XI IPS 2 CLASS AT SMA MUHAMMADIYAH 3 MASARAN SRAGEN. Research Paper. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret State University of Surakarta. May 2010.

The objective of this research are: 1) To know the increase quality process in the geography learning by Think Pair Share method to the students of XI IPS 2 class at SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen; 2) To know the increase result in the geography learning applying Think Pair Share method to the students of SMA Muhammadiyah 3 Masaran sragen especially XI IPS 2 class.

The methods that used in this research is classroom action research (PTK). The subject of this research is the students of SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen especially XI IPS 2, and the number of the students are 36. The technique of collecting data are interview, observation, and document analysis. The process of research is done into two cycles, that is I cycle and II cycle. Each of cycles contains four stage, such as planning stage, performing stage, observation stage, analysis and reflection stage.

Based on the result of this research, this is can conclude as follows: 1) There are increase of quality process in the geography learning to the students of SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen especially XI IPS 2 class. This is marked with the increasing of student activity during apperception, cycles I in the amount of 66%, and cycle II in the amount of 82% (16% increases). This student activity in the following of teaching learning, cycle I in the amount 57%, and cycle II 76% (19 increases). The students cooperation in the group, cycle I 65% and cycle II 88% (23% increases). 2) There are increase of quality result in the geography learning to the students of SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen especially XI IPS 2 class. This is can be able to look from the number of students that has reached complete level, that is > 6,5. In the cycle I students complete level up to 77%, and cycle II students complete level up to 92% (15% increases).


(7)

commit to user

vii

MOTTO

”Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.”


(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada: 1. Ayah dan Ibu tercinta

2. Mas Giyamto dan Mbak Nur serta keponakanku Nawwaf dan Najib 3. Teman – teman Geogafi 2005


(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt., atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret.

Penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. yang telah mengizinkan peneliti menyelesaikan skripsi.

2. Bapak Drs. Syaiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan P.IPS FKIP-UNS yang telah memberikan izin untuk penulisan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Partoso Hadi, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberikan izin penulisan skripsi.

4. Bapak Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan arahan dengan sabar hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Bapak Yasin Yusuf, S.Si, M.Si. selaku Pembimbing II yang telah berkenan memberikan arahan, petunjuk serta saran-saran dalam penyusunan skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu Dosen FKIP khususnya Program Pendidikan Geografi yang

secara tulus dan ikhlas memberikan ilmunya kepada peneliti.

7. Bapak Drs. Muchtar Effendy, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen yang telah memberikan izin meneliti di sekolah tersebut.

8. Bapak Didik Raharjo, S.Pd. selaku guru Geografi kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.

9. Bapak dan Ibu guru serta seluruh staf SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini.


(10)

commit to user

x

10.Siswa-siswi kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen yang selalu kreatif dan penuh keceriaan baik di dalam maupun di luar kelas.

11.Sahabatku di RISMA AL-IKHLAS terimakasih atas dukungan dan doanya. 12.Adik-adikku di TPQ Al-Ikhlas Karang jati, Al-Barokah Tirtomoyo serta Bilal

bin Robbah Ngijo terimakasih atas “senyuman” yang diberikan kepada kakak.. 13.dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak

membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari banyak kekurangan yang dimiliki, sehingga dalam penyusunan skripsi ini tentu tidak luput dari kekurangan. Untuk itu penulis mohon maaf dan dengan senang hati penulis akan menerima kritik dan saran yang membangun bagi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca, terutama bagi perkembangan dunia pendidikan.

Surakarta,...2010


(11)

commit to user

xi

DAFTAR ISI

JUDUL... i

PENGAJUAN SKRIPSI... ii

PERSETUJUAN... iii

PENGESAHAN... iv

ABSTRAK... v

ABSTRACT... vi

MOTTO... vii

PERSEMBAHAN... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian... 3

D. Manfaat Penelitian………... 4

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Pembelajaran a. Pengertian Belajar ... 5

b. Tujuan Belajar... 5

c. Unsur-unsur Belajar... 7

d. Pengertian Pembelajaran ... 8

2. Kualitas Proses Pembelajaran ... 10

3. Hakikat Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 13


(12)

commit to user

xii

c. Jenis-jenis Metode Dalam Pembelajaran Kooperatif ... 16

4. Hakikat Metode Struktural a. Pengertian Metode Struktural ... 17

b. Macam-macam Metode Struktural …………... 17

5. Hakikat Metode Think-Pair-Share ... 17

6. Hakikat Pembelajaran Geografi a. Pengertian Geografi ... 19

b. Ruang Lingkup Pengajaran Geografi ... 20

B. Penelitian yang Relevan... 20

C. Kerangka Berpikir... 22

D. Hipotesis Tindakan... 24

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

B. Subjek dan Objek Penelitian... 25

C. Metode Penelitian ... 26

D. Teknik Pengumpulan Data... 27

E. Teknik Analisis Data... 28

F. Proses Penelitian... 29

G. Indikator Ketercapaian ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 32

B. Deskripsi Hasil Penelitian... 34

1. Siklus I... 34

2. Siklus II... 40

C. Pembahasan... 46

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan... 53

B. Implikasi... 54

C. Saran... 54

DAFTAR PUSTAKA... 55


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir... 23 Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)... 27


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis kegiatan Penelitian... 25 Tabel 2. Indikator Ketercapaian ... 31 Tabel 3. Saran dan Prasarana SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen ... 33 Tabel 4. Daftar Nilai Siswa dalam Pembelajaran Geografi dengan Metode

Think Pair Share pada Tindakan I ... 38 Tabel 5. Daftar Nilai Siswa dalam Pembelajaran Geografi dengan Metode

Think Pair Share pada Tindakan II ... 44 Tabel 6. Persentase Siswa yang Aktif dalam Pembelajaran... 46 Tabel 8. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I dan Siklus II ... 47


(15)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. RPP siklus I……... 57

Lampiran 2. Materi Penelitian... 59

Lampiran 3. Soal Diskusi……….. 72

Lampiran 4. Kisi-kisi soal siklus I... 73

Lampiran 5. Instrumen soal-soal Penelitian siklus I... 74

Lampiran 6. Lembar Jawaban... 79

Lampiran 7. Kunci Jawaban Siklus I... 80

Lampiran 8. Contoh Jawaban Siswa Siklus I... 81

Lampiran 9. Lembar Observasi Aktivitas Siswa saat Apersepsi siklus I... 82

Lampiran 10. Lembar Oservasi Aktivitas Siswa saat Pembelajaran siklus I... 83

Lampiran 11. Rekapitulasi lembar observasi aktivitas siswa siklus I... 84

Lampiran 12. Lembar Observasi kerja sama siswa dalam kelompok siklus I... 85

Lampiran 13. RPP Siklus II... 87

Lampiran 14. Kisi-kisi soal siklus II... 89

Lampiran 15. Instrumen soal-soal Penelitian Siklus II... 90

Lampiran 16. Kunci Jawaban Siklus II... 95

Lampiran 17. Contoh Jawaban siswa siklus II... 96

Lampiran 18. Lembar Observasi Aktivitas Siswa saat Pembelajaran siklus II.. 97

Lampiran 19. Lembar Observasi Aktivitas Siswa saat Apersepsi siklus II... 98

Lampiran 20. Rekapitulasi lembar observasi aktivitas siswa siklus II... 99

Lampiran 21. Lembar Observasi kerja sama siswa dalam kelompok siklus II.. 100

Lampiran 22. Daftar Hadir Siswa kelas XI IPS 2 pada saat penelitian………. 102

Lampiran 23. Perbandingan ketuntasan belajar pada kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2 ………. 103

Lampiran 24. Peta Lokasi SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen... 104

Lampiran 25. Surat-surat ijin penelitian………. 105


(16)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam pembangunan negara. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan pelatihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pendidikan merupakan wadah untuk membangun dan menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas tinggi sehingga nantinya akan mempunyai kemampuan untuk bersikap kritis, rasional, terampil dan kreatif.

Dewasa ini berbagai cara dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Mulai dari pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan kompetensi guru melalui penataran, sertifikasi guru sampai pada perubahan dan pengembangan kurikulum serta pembaharuan – pembaharuan dalam pendidikan. Dengan berbagai cara tersebut diharapkan pendidikan dapat mengalami perubahan yang lebih baik. Salah satu pembaharuan dalam pendidikan adalah pembaharuan metode atau meningkatkan relevansi metode mengajar. Metode mengajar juga termasuk salah satu faktor eksternal yang dominan dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Sebab metode ini yang akan menentukan respon siswa terhadap materi yang diajarkan. Terkadang materi yang diajarkan disukai namun karena penerapan metode yang salah atau tidak sesuai kondisi siswa maka berakibat siswa malas untuk mengikuti dengan serius, pada akhirnya siswa tidak paham akan apa yang diajarkan. Pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi anak, dalam artian metode yang digunakan harus tepat. Salah dalam memilih metode maka akan berakibat pada hasil belajar siswa. Sehingga diharapkan semua guru harus dapat memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran dan bentuk pembelajaran.

Ada beberapa macam metode pembelajaran yang dapat digunakan, antara lain; ceramah, diskusi, inquiri, demonstrasi, kooperatif dan masih banyak lagi. Namun selama ini, metode pembelajaran yang biasa digunakan oleh


(17)

commit to user

2

beberapa guru didasarkan atas asumsi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa (metode ceramah). Metode pembelajaran ini hanya menempatkan siswa sebagai obyek dan membatasi kebebasan siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa menjadi malas dan kurang semangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah 3 Masaran Sragen merupakan salah satu bagian dari kegiatan pendidikan. Dalam kegiatan pembelajarannya, guru masih banyak didominasi penggunaan metode ceramah. Hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.

Geografi merupakan salah satu Mata Pelajaran yang dipelajarainya. Dalam kenyataannya pembelajaran Geografi juga belum memadai. Hal ini didasarkan atas hasil diskusi dengan guru Geografi dan siswa SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen, menyatakan bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran yang selama ini dilakukan masih kurang optimal. Pembelajaran yang masih kurang optimal tersebut terlihat dari proses pembelajaran Geografi yang masih banyak mengalami kendala. Kendala dalam proses pembelajaran Geografi teridentifikasi sebagai berikut, pertama, siswa kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Dalam mengikuti proses pembelajaran masih banyak siswa yang tidak memperhatikan guru, mereka masih sibuk berbicara sendiri dengan temannya, melamun dan menelungkupkan kepalanya di atas meja. Hal ini diperkirakan karena metode pembelajaran yang digunakan guru hanya berupa ceramah, sehingga siswa tidak mendapatkan kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya.

Kedua, hasil pembelajaran Geografi masih rendah. Hal ini dilihat dari hasil ulangan semester satu menunjukkan bahwa siswa yang belum tuntas mencapai 16 siswa dari 36 siswa, batas ketuntasannya yaitu > 6,5.

Berdasarkan fakta tersebut menunjukkan bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran Geografi yang dilaksanakan masih kurang optimal. Sehingga diperlukan perbaikan yang dapat mendorong siswa untuk aktif dalam mengikuti proses pembelajaran Geografi. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk


(18)

commit to user

3

meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran Geografi adalah dengan membuat variasi pembelajaran yaitu menerapkan metode Think Pair Share. Metode ini merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir dan merespon serta saling kerja sama satu sama lain. Keunggulan metode ini adalah dapat mengoptimalkan partisipasi siswa terhadap materi pelajaran yang diajarkan. Dengan metode ini, guru dapat mengaktifan siswa melalui tahapan-tahapan yang ada, karena metode ini menuntut siswa untuk selalu aktif.

Bertolak dari latar belakang tersebut maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN GEOGRAFI DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA MUHAMMADIYAH 3 MASARAN SRAGEN.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah dengan menerapkan metode Think Pair Share dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran Geografi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen?

2. Apakah dengan menerapkan metode Think Pair Share dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran Geografi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui peningkatan kualitas proses pembelajaran geografi dengan menerapkan metode Think Pair Share pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen.


(19)

commit to user

4

2. Untuk mengetahui peningkatan kualitas hasil pembelajaran geografi dengan menerapkan metode Think Pair Share pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dipakai :

1. Untuk mengetahui secara nyata tentang peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran Geografi dengan menerapkan metode Think Pair Share

2. Sebagai acuan pembelajaran yang inovatif .

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

1). Dengan diterapkannya metode pembelajaran Think Pair Share siswa lebih mudah dalam memahami materi pelajaran Geografi serta dapat menambah semangat dalam belajar.

2). Dengan diterapkannya metode pembelajaran Think Pair Share hasil belajar siswa dapat meningkat.

b. Bagi Guru

Memberikan pengalaman pembelajaran yang inovatif dan dapat memotivasi siswa untuk aktif dan bekerja sama satu sama lain.

c. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan pembelajaran dan mendorong guru lain untuk aktif melakukan pembelajaran yang inovatif

d. Bagi Peneliti


(20)

commit to user

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Pembelajaran a. Pengertian Belajar

Ada beberapa pendapat mengenai definisi belajar. Nana Sudjana (1996: 5) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, dimana perubahan itu seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Mouly dalam Nana Sudjana (1996: 5) menyatakan, belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman. Seperti yang telah diungkapkan oleh Mouly, Sardiman A. M. (2001: 23) menyatakan bahwa proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku dan terjadi karena hasil pengalaman. Hal senada juga diungkapkan oleh Slameto (1995: 2) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses untuk memperoleh perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan, kebiasaan yang diperoleh dari pengalaman. Seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman.

b. Tujuan Belajar

Dalam proses belajar diharapkan terjadi perubahan perilaku siswa yaitu perilaku khusus yang menjadi tujuan belajar siswa. Tujuan belajar sangat banyak dan bervariasi. Tujuan-tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional, disebut dengan instructional effects, yang biasa berbentuk pengetahuan dan ketrampilan. Sedangkan tujuan-tujuan yang merupakan hasil sampingan disebut nurturant effect. Seorang siswa dikatakan


(21)

commit to user

6

berhasil dalam belajar jika siswa mencapai kriteria tingkat keberhasilan sesuai tujuan belajar. Menurut Sardiman (2001: 26-27) ada tiga jenis tujuan belajar yang utama, yaitu:

1) Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berfikir adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannnya di dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peranan guru sebagai pengajar lebih menonjol.

2) Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep memerlukan suatu keterampilan, baik keterampilan yang bersifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmani adalah keterampilan yang dapat diamati, dilihat, sehingga akan menitik beratkan pada keterampilan gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat, tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan dan keterampilan berfikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep.

3) Pembentukan sikap

Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik, tidak dapat terlepas dari soal penanaman nilai-nilai. Oleh karena itu guru tidak sekedar sebagai pengajar tetapi sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada anak didiknya. Dengan dilandasi nilai-nilai itu, anak didik akan tumbuh kesadaran dan kemauannya, untuk mempraktekkan segala sesuatu yang sudah dipelajari.


(22)

commit to user

7

c. Unsur-unsur Belajar

Cronbach, mengemukakan adanya tujuh unsur utama dalam proses belajar (Syaodih, 2003: 157), yaitu:

1) Tujuan. Belajar dimulai karena adanya sesuatu tujuan yang ingin dicapai. Tujuan itu muncul untuk memenuhi sesuatu kebutuhan. Perbuatan belajar diarahkan kepada pencapaian sesuatu tujuan dan untuk memenuhi sesuatu kebutuhan. Sesuatu perbuatan belajar akan efisien apabila terarah kepada tujuan yang jelas dan berarti untuk individu.

2) Kesiapan. Untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik anak atau individu perlu memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik dan psikis, kesiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu, maupun penguasaan pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang mendasarinya.

3) Situasi. Kegiatan belajar berlangsung dalam suatu situasi belajar. Dalam situasi belajar ini terlibat tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari, orang-orang yang turut tersangkut dalam kegiatan belajar serta kondisi siswa yang belajar. Kelancaran dan hasil dari belajar banyak dipengaruhi oleh situasi ini, walaupun untuk individu dan pada waktu tertentu sesuatu aspek dari situasi belajar ini lebih dominan, sedang pada individu atau waktu lain aspek lain lebih berpengaruh.

4) Interpretasi. Dalam menghadapi situasi, individu mengadakan interpretasi, yaitu melihat hubungan diantara komponen-komponen situasi belajar, melihat makna dari hubungan tersebut dan menghubungkannya dengan kemungkinan pencapaian tujuan. Berdasarkan interpretasi tersebut mungkin individu sampai kepada kesimpulan dapat atau tidak dapat mencapai tujuan.

5) Respon. Berpegang kepada hasil dari interpretasi apabila individu mungkin atau tidak mungkin mencapai tujuan yang diharapkan, maka ia memberikan respons. Respons ini mungkin berupa suatu usaha coba-coba atau usaha yang penuh perhitungan dan perencanaan ataupun ia menghentikan usahanya untuk mencapai tujuan tersebut.

6) Konsekuensi. Setiap usaha akan membawa hasil, akibat atau konsekuensi apakah itu keberhasilan atau kegagalan, demikian juga dengan respon atau


(23)

commit to user

8

usaha belajar siswa. Apabila siswa berhasil dalam belajarnya ia akan merasa senang, puas, dan akan lebih meningkatkan semangatnya untuk melakukan usaha-usaha belajar berikutnya.

7) Reaksi terhadap kegagalan. Selain keberhasilan, kemungkinan lain yang diperoleh siswa dalam belajar adalah kegagalan. Peristiwa ini akan menimbulkan perasaan sedih dan kecewa. Reaksi siswa terhadap kegagalan dalam belajar bisa bermacam-macam. Kegagalan bisa menurunkan semangat, dan memperkecil usaha-usaha belajar selanjutnya, tetapi juga bisa sebaliknya, kegagalan membangkitkan semangat yang berlipat ganda untuk menebus dan menutupi kegagalan tersebut.

d. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran dapat diartikan sebagai pengajaran yang mempunyai cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan. Menurut Ngalim Purwanto (2003: 32) Pembelajaran adalah usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor-faktor ektern dan intern dalam kegiatan belajar mengajar. Oemar Hamalik (2003: 57) berpendapat bahwa pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Unsur-unsur manusianya yaitu siswa, guru serta tenaga pendidikan lainnya. Material berupa buku, papan tulis, fasilitas dan perlengkapan berupa ruang kelas, serta prosedur berupa jadwal, ujian, metode penyampaian informasi. Selanjutnya Oemar Hamalik (2003: 58) juga mengemukakan bahwa ada lima pengertian pengajaran berdasarkan teori belajar, yaitu:

1) Pengajaran adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik/siswa di sekolah.

2) Pengajaran mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah.

3) Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik.


(24)

commit to user

9

4) Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik.

5) Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari pengajar untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadilah perubahan pengetahuan, ketrampilan, tingkah laku pada diri siswa.

Dalam sebuah pembelajaran akan selalu terjadi suatu proses. Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin processus yang berarti berjalan ke depan. Menurut Chaplin dalam Muhibbin (2005: 113) proses adalah Any change in any object or organism, particularly a behavioral or psychological change.

Dari pendapatnya ini dapat diketahui bahwa proses merupakan suatu perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan. Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu.

Karena pembelajaran merupakan aktivitas yang berproses, maka di dalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui fase-fase yang antara satu dengan lainya selalu berkaitan. Dalam Muhibbin (2005: 113) Jerome S. Bruner menyebutkan bahwa dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga fase, antara lain:

1) Fase Informasi (tahap penerimaan materi)

Dalam fase ini, seorang siswa sedang belajar memperoleh keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. informasi yang diperoleh ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri, ada pula yang berfungsi menambah, memperhalus, dan memperdalam pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki.

2) Fase Transformasi (tahap pengubahan materi)

Dalam fase transformasi, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual.


(25)

commit to user

10 3) Fase Evaluasi (tahap penilaian materi)

Dalam fase evaluasi ini, seorang siswa akan menilai sendiri sampai sejauh manakah pengetahuan dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain atau memecahkan masalah yang dihadapi.

Di dalam fase-fase tersebut diperlukan keaktivan siswa. Keaktivan tersebut tidak hanya cukup mendengarkan dan mencatat seperti lazimnya di sekolah-sekolah tradisional. Paul B. Diedrich dalam Sardiman A.M (2001: 100) menggolongkan keaktivan siswa menjadi 8 bagian, yaitu:

1) Visual active, yang termasuk di dalamnya, misalnya: membaca,

memperhatikan gambar, percobaan.

2) Oral active students, misalnya: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3) Listening active student, misalnya: mendengarkan, uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4) Writing active students, misalnya: menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5) Drawing active students, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6) Motor active students, misalnya: melakukan percobaan, membuat

kontruksi, model reparasi, bermain.

7) Mental active students, misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8) Emosional active students, misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, berani, gugup, tenang.

2. Kualitas Proses Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu hal yang menyangkut proses belajar mengajar. Suatu proses dikatakan baik, apabila proses tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif. Bagi pengukur suksesnya pengajaran, syarat utamanya adalah hasil. Dalam menilai suatu hasil harus cermat


(26)

commit to user

11

dan tepat yaitu dengan memperhatikan bagaimana prosesnya, dalam proses ini siswa akan beraktivitas. Dengan proses yang tidak baik atau tidak benar maka akan diperoleh hasil yang tidak baik pula atau misalnya diperoleh hasil yang baik maka hasil itu dikatakan hasil semu (Sudirman, 2007: 49).

Suatu proses pembelajaran dikatakan meningkat kualitasnya apabila unsur-unsur yang ada di dalamnya menjadi lebih sesuai (relevan) dengan karakteristik pribadi siswa, tuntunan masyarakat, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu hasil pendidikan. Yang mendukung hal tersebut yaitu proses pembelajaran yang diselenggarakan berlangsung secara efektif dan efisien (Kasihani Kasbolah, 2001: 27)

Menurut Moh. Uzer Usman (2005: 22), dalam sistem siswa belajar aktif dapat menciptakan belajar mengajar yang efektif dan efisien. Cara apapun yang digunakan pada waktu belajar keaktifan pada diri siswa meskipun kadarnya berbeda-beda.

Dalam menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif sedikitnya ada lima jenis variabel yang menentukan keberhasilan belajar siswa, yaitu sebagai berikut:

1. Melibatkan siswa secara akif

Aktivitas murid sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga murid yang seharusnya banyak aktif, sebeb murid sebagai subyek didik adalah yang merencanakan dan ia sebdiri yang melaksanakan belajar.

2. Menarik minat dan perhatian siswa

Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Menurut william james, minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan dari belajar siswa. Perhatian bersifat sementara sedangkan minat bersifat menetap.

3. Membangkitkan Motivasi

Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau


(27)

commit to user

12

perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuai dalam mencapai tujuan tertentu.

4. Prinsip Individualisme

Pengajaran individual bukanlah semata-mata pengajaran yang hanya ditujukan kepada seorang saja, tetapi dapat saja ditujukan kepada sekelompok siswa atau kelas, namun dengan mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan siswa sehingga p[engajaran itu memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal.

5. Peragaan Dalam Pengajaran

Belajar yang efektif harus dimulai dengan pengalaman langsung atau pengalaman konkret dan menuju kepada pengalaman yang lebih abstrak. Belajar akan lebih efektif jika dibantu dengan alat peraga pegajaran dibanding bila siswa belajar tanpa dibantu alat pengajaran

Suatu kualitas proses belajar dapat dilihat dari strategi, model atau metode pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Untuk mengetahui kualitas proses belajar maka perlu adanya penilaian proses belajar itu sendiri. Penilaian merupakan usaha untuk memperoleh informasi tentang perolehan belajar siswa secara menyeluruh, baik pengetahuan konsep, sikap, nilai maupun ketrampilan proses. Hal ini dapat digunakan untuk guru sebagai balikan maupun keputusan yang sangat diperlukan dalam memnentukan strategi mengajar yang tepat maupun dalam memperbaiki proses belajar mengajat. Untuk maksud tersebut guru perlu mengadakan penilaian, baik proses maupun hasil belajar siswa.

Penilaian proses dapat diartikan penilaian terhadap proses belajar yang sedang berlangsung, yang dilakukan oleh guru dengan memberikan umpan balik secara langsung kepada seorang siswa atau sekelompok siswa. Dalam melatih ketrampilan proses sekaligus dikembangkan sikap-sikap yang dikehendaki seperti


(28)

commit to user

13

kreatif, kerjasama, bertanggung jawab dan berdisiplin sesuai dengan penekanan bidang studi yang bersangkutan. Dari penialian proses tersebut dapat mengarahkan kepada pengembangan kemampuan-kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa.

3. Hakikat Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Setiap manusia mempunyai perbedaan satu dengan yang lain. Karena mempunyai perbedaan tersebut maka manusia akan membutuhkan bantuan manusia lainnya. Karena saling membutuhkan maka harus ada interaksi dan kerja sama (gotong royong) diantara manusia. Interaksi dan kerja sama tersebut dapat juga diwujudkan dalam pembelajaran di sekolah. Salah satu pembelajaran yang mengutamakan interaksi dan kerja sama dalam kelompok terdapat pada pembelajaran kooperatif.

Menurut Nurhadi dan Agus G. S. (2003: 60), pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasihi antarsesama siswa. Mereka tentunya akan saling membutuhkan dan saling bekerja sama untuk menyelesaikan tugas dari guru. Sedangkan Slavin (2008: 8), mengatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif, para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk saling membantu satu sama lainnya mempelajari dan menguasai materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Hal senada juga diungkapkan oleh Anita Lie (dalam Isjoni, 2007: 16) menyebut cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Selain itu, Isjoni (2007: 6) juga mengungkapkan secara sederhana bahwa kata cooperative berarti mengerjakan secara bersama-sama dengan saling membantu satu bersama-sama lainnya dalam satu tim. Jadi, pembelajaran kooperatif dapat diartikan belajar secara bersama-sama saling


(29)

commit to user

14

membantu dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok-kelompok kecil tersebut mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Jumlah anggota dalam satu kelompok bervariasi mulai dari dua sampai dengan lima (Anita Lie, 2005: 56). Pembagian anggota dalam kelompok harus diperhatikan keheterogenan kemampuan siswa.. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya (Thompson dalam Isjoni, 2007: 14). Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik mengajukan pertanyaan kepada teman dengan baik. Kerja kelompok yang kooperatif dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman dan rasa senang serta memiliki sikap yang positif, baik terhadap pekerjaannya maupun terhadap dirinya sendiri..

Model cooperative learning membuka peluang bagi upaya mencapai tujuan meningkatkan keterampilan sosial peserta didik. Seperti yang diungkapkan Stahl (dalam Isjoni, 2007: 12) cooperative learning dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong-menolong dalam perilaku sosial. Salah satu sikap yang dimiliki siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran, yaitu setiap siswa memiliki sikap keterampilan sosial. Keterampilan sosial merupakan sikap yang dimiliki setiap individu sebagai hasil dari proses pemaknaan terhadap proses belajar.

b. Unsur-Unsur Pokok Pembelajaran Kooperatif

Roger dan David Johnson menjelaskan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap sebagai cooperative learning (dalam Anita Lie, 2005: 31) Untuk dapat dikatakan sebagai pembelajaran kooperatif setidaknya ada unsur – unsur dasar yang harus dipenuhinya. Abdurrahman dan Bintoro (dalam Nurhadi dan Agus G. S., 2003: 50) menyebutkan ada empat unsur pokok dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, dan keterampilan hubungan antarpribadi. Sedangkan Anita Lie (2005: 31) menyebutkan ada lima pokok dalam


(30)

commit to user

15

pembelajaran kooperatif. Anita Lie menambah satu unsur lagi yaitu evaluasi proses kelompok. Berikut kelima unsur pokok pembelajaran kooperatif tersebut.

1) Saling Ketergantungan Positif

Dalam pembelajaran kooperatif setiap siswa harus yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai jika siswa lainnya juga mencapai tujuan. Dalam kerja sama tersebut, guru harus mampu menciptakan suasana yang mendorong agar siswa saling membutuhkan. Inilah yang dimaksud ketergantungan positif. Ketergantungan positif ini dapat dilakukan melalui: a) saling ketergantungan pencapaian tujuan, b) saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas, c) saling ketergantungan bahan atau sumber, d) saling ketergantungan peran, dan e) saling ketergantungan hadiah.

2) Tanggung Jawab Perorangan

Unsur ini merupakan efek dari saling ketergantungan positif dalam kelompok. Tugas dan pola penilaian disusun berdasarkan prosedur pembelajaran kooperatif. Proses penilaiannya yaitu nilai kelompok diambil dari nilai rata-rata hasil belajar semua anggotanya. Dengan demikian, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual. Inilah yang dimaksudkan tanggung jawab individual.

3) Interaksi Tatap Muka

Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok untuk dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat berdiskusi. Kegiatan ini akan menguntungkan baik bagi anggota maupun kelompoknya. Interaksi semacam ini memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber belajar.

4) Komunikasi Antaranggota

Dalam pembelajaran kooperatif menuntut keterampilan menjalin hubungan antarpribadi maupun keterampilan sosial, seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman,


(31)

commit to user

16

berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antarpribadi. Keberhasilan suatu kelompok tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapatnya.

5) Evaluasi Proses Kelompok

Evaluasi proses kelompok dalam pembelajaran kooperatif diadakan oleh guru. Dalam proses evaluasi ini, guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama siswa agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran kooperatif.

c. Jenis-Jenis Metode dalam Pembelajaran Kooperatif

Arends, Abdurrahman dan Bintoro (dalam Nurhadi dan Agus G. S., 2003: 63) menjabarkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif dibagi menjadi empat metode, yaitu STAD (Student Teams Achievment Division), metode Jigsaw, metode GI (Group Investigation), dan metode struktural. Metode struktural ini dibagi menjadi dua yaitu Think-Pair-Share dan Numbered Head Together.

Sedangkan, Anita Lie (2005: 55) mengartikan metode pembelajaran kooperatif sebagai teknik pembelajaran kooperatif. Dia menjabarkan ada 14 teknik pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan oleh guru, antara lain: 1) mencari pasangan, 2) bertukar pasangan, 3) berpikir-berpasangan-berempat, 4) berkirim salam dan soal, 5) kepala bernomor, 6) kepala bernomor terstruktur, 7) dua tinggal dua tamu, 8) keliling kelompok, 9) kancing gemerincing, 10) keliling kelas, 11) lingkaran kecil lingkaran besar, 12) tari bambu, 13) Jigsaw, dan 14) bercerita berpasangan.


(32)

commit to user

17

4. Hakikat Metode Struktural a. Pengertian Metode Struktural

Metode ini dikembangkan oleh Spencer Kagan dan kawan – kawannya. Metode Struktural ini merupakan metode yang memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur yang dikembangkan Kagan tersebut menghendaki siswa bekerja sama saling bantu dalam kelompok kecil dan lebih menekankan pada penghargaan kooperatif daripada individual.

b. Macam – macam Metode Struktural

Metode struktural dikembangkan menjadi dua, yaitu Think Pair Share

dan Numbered Head Together. Kedua metode ini dapat digunakan untuk

meningkatkan penguasaan akademik siswa terhadap materi yang diajarkan.

5. Hakikat Metode Think Pair Share

Metode Think Pair Share merupakan metode mengajar struktural. Metode Think Pair Share menurut Lie (2005 : 57) dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Sedangkan menurut Nurhadi dan Agus Gerrad Senduk (2003 : 66) metode ini memberikan kesempatan kepada para siswa waktu untuk berfikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Dari pengertian dua pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa metode ini memberikan kesempatan kepada siswa agar berfikir sendiri kemudian baru bekerja sama dengan teman lainnya untuk bertukar pendapat.

Lyman dan kawan – kawannya (dalam Nurhadi dan Agus Gerrad Senduk, 2003: 66) menerapkan metode ini dengan langkah – langkah sebagai berikut :

a. Berfikir (Thinking)

Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.


(33)

commit to user

18 b. Berpasangan (Pairing)

Guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkannya pada langkah pertama. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika suatu isu khusus telah diidentifikasikan. Biasanya guru memberi waktu selama 4 – 5 menit untuk berpasangan.

c. Berbagi (Sharing)

Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan – pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling dari pasangan satu ke pasangan lain, sehingga seperempat atau separo dari pasangan – pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.

Berdasarkan langkah – langkah diatas, peneliti menggunakan langkah – langkah pengembangan sebagai berikut :

a. Guru mengorganisasi kelas untuk belajar dan mengarahkan siswa untuk mempersiapkan materi yang telah dipelajari di rumah.

b. Guru memberikan penjelasan seperlunya yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari siswa.

c. Guru memberikan soal yang berisi pertanyaan atau masalah dan mengarahkan siswa untuk menjawab pertanyaan, menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas secara mandiri.

d. Guru mengelompokkan siswa secara berpasangan.

e. Siswa berpikir secara bersama – sama dalam kelompok (diskusi hasil jawaban dari masing – masing anggota kemudian menemukan satu jawaban yang disepakati).

f. Guru memanggil kelompok tertentu dan pasangan siswa tersebut memberikan jawabannya pada seluruh anggota kelas dari hasil diskusi yang telah mereka lakukan. Kegiatan tersebut dilanjutkan sampai beberapa pasang siswa telah


(34)

commit to user

19

mendapat kesempatan untuk melaporkan, paling tidak sekitar seperempat pasangan, namun disesuaikan dengan waktu yang tersedia.

g. Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan memberikan tugas rumah.

6. Hakikat Pembelajaran Geografi a. Pengertian Geografi

Richard Hartshorne dalam Sumaatmaja (1997: 9) mengemukakan,

“ geography is that discipline that seeks to describe and interpret the variable character from place to place of the earth as the world of man” . Pada batasan ini Hartshorne menekankan kepada karakter variabel dari suatu tempat ke tempat lainnya sebagai dunia tempat kehidupan manusia. Dalam hal ini geografi sebagai bidang ilmu mencari penjelasan dan interpretasi tentang karakter tadi sebagai hasil interaksi faktor-faktor geografi yang mencirikan tempat-tempat di permukaan bumi sebagai dunia kehidupan manusia.

Alfandi (2001: 81) Geografi merupakan ilmu yang menggunakan pendekatan holistik melalui kajian keruangan, kewilayahan, ekologi dan sistem, serta historis untuk mendeskripsikan dan menganalisi struktur pola. Fungsi dan proses interelasi, interaksi, interdependensi dan hubungan timbal balik dari serangkaian gejala, kenampakan atau kejadian dari kehidupan manusia, kegiataanya atau budidayanya dengan keadaan lingkungan dipermukaan bumi sehingga dari kejadian tersebut dapat dijelaskan dan diketahui lokasi atau penyebaran, adanya persamaan dan perbedaan wilayah dalam hal potensi, masalah, informasi Geografi lainnya, serta dapat meramalkan informasi baru atas gejala geografi untuk masa mendatang dan menyusun dalil-dalil geografi baru, serta selanjutnya dimanfaatkan untuk kesejahteraan kehidupan manusia. Sedangkan, para pakar geografi pada seminar dan lokakarya Peningkatan Kualitas Pengajaran Geografi di Semarang tahun 1988, telah merumuskan bahwa geografi merupakan ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan.


(35)

commit to user

20

b. Ruang Lingkup Pengajaran Geografi

Menurut Sumaatmadja (1997: 12) ruang lingkup pengajaran Geografi sama dengan ruang lingkup Geografi, yaitu meliputi :

1. Alam lingkungan yang menjadi sumber daya kehidupan manusia. 2. Penyebaran umat manusia dengan variasi kehidupannya.

3. Interaksi keruangan umat manusia dengan alam lingkungan yang memberikan variasi terhadap ciri khas tempat – tempat di permukaan bumi.

4. Kesatuan regional yang merupakan perpaduan matra darat, perairan, dan udara di atasnya.

B. Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Wahyu Triambodo dengan tulisannya yang berjudul Eksperimentasi Pengajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Struktural “ Think-Pair-Share”

Pada Sub Pokok Bahasan Luas dan Volume Benda Ruang Ditinjau Dari Gaya Belajar Matematika Tahun 2007. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui apakah pendekatan struktural “ Think-Pair-share” dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa serta untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara metode mengajar dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa. Kesimpulan dari tulisannya adalah (1) Pembelajaran melalui pendekatan struktural “ Think-Pair-Share” menghasilkan prestasi belajar siswa lebih baik dibanding dengan metode konvensional (Fobs = 11.8963 > 4.008 = Ftabel pada taraf

signifikansi 5%). (2) Terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik (Fobs = 11.9471 > 3.158 = Ftabel pada

taraf sigfinikansi 5%). Siswa yang memiliki gaya belajar auditorial mempunyai prestasi belajar yang sama baiknya dengan siswa yang mempunyai gaya belajar visual. Gaya belajar auditorial dan visual mempunyai prestasi belajar lebih baik dibandingkan siswa yang mempunyai gaya belajar kinestik. (3) Tidak tedapat interaksi antara metode pembelajaran dengan gaya belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan luas dan


(36)

commit to user

21

volume bangun ruang (Fobs = 0.7005 > 3.158 = Ftabel pada taraf signifikansi 5%).

Penelitian diatas mempunyai persamaan dengan penelitian ini, yaitu dalam hal metode pembelajaran yang digunakan. Sedangkan perbedaannya adalah metode penelitian, materi serta subyek penelitian.

Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang berjudul Peningkatan Penguasaan Ejaan dalam Pembelajaran Penyuntingan melalui Penerapan Pendekatan Kooperatif Struktural Think Pair Share pada Siswa Kelas VIII E SMP Negeri 16 Surakarta Tahun 2008 oleh Nur Rohma Waseno. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tujuan penelitian untuk meningkatkan keaktifan dan motivasi siswa serta untuk meningkatkan penguasaan pembelajaran penyuntingan ejaan pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 16 Surakarta melalui penerapan pendekatan kooperatif struktural Think Pair Share. Hasil penelitiannya, yaitu: 1) keaktifan dan motivasi siswa pada pengajaran penyuntingan ejaan dapat di tingkatkan melalui penerapan pendekatan kooperatif struktural Think Pair Share. 2) penguasaan kaidah ejaan para siswa juga meningkat melalui penerapan pendekatan kooperatif struktural

Think Pair Share. Kesamaan penelitian Nur Rohma Waseso dengan penelitian ini adalah metode pembelajarannya, yaitu metode struktural Think Pair Share,

sedangkan perbedaannya adalah materi serta subyek penelitian.

Selanjutnya penelitian yang relevan adalah Penerapan Think Pair Share (TPS)dalam Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Geografi oleh Nina Septriana dan Budi Handoyo. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tujuan Penelitian untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas X.F Madrasah Aliyah Negeri (MAN) I Malang. Hasil Penelitiannya yaitu: 1) aktivitas belajar siswa setelah penerapan

Think Pair Share dalam pembelajaran kooperatif mengalami peningkatan. Pada siklus I persentase keberhasilan tindakan sebesar 65.68% dalam katagori sedang, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 85.29% dalam katogori baik. 2) Prestasi belajar siswa setelah penerapan Think Pair Share juga mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai rata-rata sebesar 71.76 dengan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 64.71% dan pada siklus II mengalami peningkatan


(37)

commit to user

22

menjadi 76.03 % dengan jumlah siswa yang tuntas belajar adalah sebanyak 79.41%. Persamaan penelitian Nina Septriana dan Budi Handoyo dengan penelitian ini adalah metode penelitian yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) serta metode pembelajaran yaitu dengan menggunakan metode Think Pair Share.

Sedangkan perbedaannya adalah materi serta subyek penelitian.

C. Kerangka Berfikir

Metode pembelajaran mempunyai kedudukan sangat penting dalam proses pembelajaran. Metode ini akan menentukan respon siswa terhadap mata pelajaran yang disampaikan dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar. Pembelajaran yang selama ini dilakukan oleh guru adalah dengan menggunakan metode ceramah. Metode ini dirasa kurang pas bila digunakan terus menerus sebab metode ini tidak dapat mengaktifkan siswa. Dalam pelaksanaannya guru yang aktif dan para siswa pasif, hal ini membuat siswa jenuh, mengantuk, tidak semangat dalam mengikuti pembelajaran.

Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dicari metode yang dapat mengaktifkan siswa. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode

Think Pair Share. Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir sendiri dan kemudian bekerja sama dengan teman lainnya. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar.

Pada tindakan pertama, guru telah menerapkan metode Think Pair Share dengan baik yaitu sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditetapkkan. Proses dan hasil pembelajaran siswa meningkat meskipun belum sesuai target. Hal ini dikarenakan masih terjadi kekurangan dari pihak guru dan siswa. Yaitu posisi guru masih banyak di depan kelas pada waktu mengajar dan waktu diskusi, sehingga guru tidak dapat memonitor siswa yang duduk dibelakang. Kekurangan dari pihak siswa yaitu siswa belum bisa menjalin kerjasama dengan baik, dikarenakan siswa belum terbiasa diskusi. Selain itu, masih ada siswa yang mengganggu temannya yang sedang presentasi, berbicara sendiri dengan temannya sehingga suasana kelas menjadi gaduh.


(38)

commit to user

23

Pada tindakan berikutnya guru memperbaiki kekurangannya yaitu guru berkeliling kelas waktu mengajar dan waktu diskusi. Siswa juga telah menjalin kerjasama dengan baik. Pada tindakan ini proses pembelajaran berjalan dengan lancar. Siswa merespons dengan semangat dan penuh perhatian. Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada tindakan pertama telah dapat diatas. Proses dan hasil pembelajaran sudah meningkat dan sesuai dengan target, sehingga tidak perlu dilakukan tindakan berikutnya.

Adapun penjelasan di atas, dapat dibuat bagan kerangka berfikirnya sebagai berikut :

Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir Kondisi Awal Pembelajaran Guru menggunakan metode ceramah

1. Guru aktif dan siswa pasif (mendengarkan) 2. Siswa mengantuk, tidak

semangat, jenuh

Penerapan Metode Think Pair Share

Kualitas proses dan hasil pembelajaran rendah

Tindakan I

1.Posisi guru banyak di depan kelas.

2.Siswa belum terbiasa diskusi

3.Siswa mengganggu teman dan membuat gaduh

Kualitas proses dan hasil pembelajaran meningkat tetapi belum sesuai target sehingga dilakukan tindakan II

Tindakan II

1.Posisi guru berkeliling kelas

2.Siswa telah menjalin kerja sama dengan baik

3.Siswa semangat, termotivasi

Kualitas proses dan hasil pembelajaran meningkat dan sesuai target sehingga tidak perlu dilakukan tindakan selanjutnya


(39)

commit to user

24

D. Hipotesis

Dengan menerapkan metode pembelajaran Think Pair Share maka dapat mengaktifkan siswa dan memotivasi siswa sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran geografi. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesisnya sebagai berikut:

1. Metode Think Pair Share dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran geografi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen. 2. Metode Think Pair Share dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran


(40)

commit to user

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen, beralamat di Jalan Raya Masaran-Sragen Desa Jati Kecamatan Masaran.

2. Waktu

Tahap persiapan hingga pelaporan hasil penelitian dilakukan selama delapan bulan, yakni mulai bulan Januari 2009 sampai dengan Agustus 2009. Berikut tabel rincian kegiatan waktu dan jenis kegiatan penelitian.

Tabel 1. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian

No. Kegiatan

Bulan

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agu stus 1 Persiapan survei awal

sampai penyusunan proposal

2 Penyiapan instrumen dan alat

3 Pengumpulan data

4 Analisis data 5 Penyusunan laporan

B. Subjek dan Obyek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen tahun ajaran 2008/2009, sebanyak 36 siswa 10 laki-laki dan 26 wanita. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah pembelajaran Geografi dengan menggunakan metode Think Pair Share.


(41)

commit to user

26

C. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research. Menurut Kemmis (dalam Rochiati Wiriaatmaja, 2007: 12) adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan. Sedangkan menurut Ebbut (dalam Kasihani Kasbolah, 2001: 9) PTK adalah studi yang sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan tersebut. Selain itu, Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi (2007: 3) mendefinisikan PTK sebagai suatu tindakan yang dilakukan terhadap kegiatan pembelajaran dalam sebuah kelas secara sengaja dimunculkan dan secara bersama. Kelas yang dimaksud bukan kelas arti sempit yaitu ruangan, namun lebih pada sekelompok peserta yang sedang belajar. Jadi, penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang memberikan tindakan dalam pembelajaran dan dilakukan di kelas.

PTK mempunyai empat tahapan dalam setiap pelaksanaan (siklus), yaitu: perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Keempat aspek tersebut berjalan secara dinamis yang merupakan momen-momen dalam bentuk spiral. PTK merupakan penelitian yang bersiklus. Artinya, penelitian ini dilakukan secara berulang dan berkelanjutan sampai tujuan penelitian dapat tercapai. Secara jelas langkah – langkah tersebut digambarkan sebagai berikut.


(42)

commit to user

27

Penetapan Fokus Masalah Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

TINDAKAN LANJUTAN

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan Pengamatan

TINDAKAN LANJUTAN

Indikator sudah/belum tercapai?

Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Sumarwati, 2007: 4) Keterangan:

1. Rencana (perencanaan tindakan): menerapkan metode Think Pair Share dalam pembelajaran geografi.

2. Tindakan (pelaksanaan tindakan): pelaksanaan metode Think Pair Share

dalam pembelajaran geografi.

3. Observasi: mengamati penerapan metode Think Pair Share dalam pembelajaran geografi.

4. Refleksi (analisis dan refleksi): mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan penerapan metode Think Pair Share dalam pembelajaran geografi yang telah dilakukan pada siklus I ke siklus II dan seterusnya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi, dan analisis dokumen.

1. Wawancara

Wawancara menurut Fathoni (2005: 36) adalah Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung


(43)

commit to user

28

satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancarai. Wawancara dilakukan terhadap guru kelas XI serta siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran. Wawancara ini digunakan untuk menggali informasi guna memperoleh data yang berkenaan dengan aspek-aspek pembelajaran, penentuan tindakan, dan respons yang timbul sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan.

2. Observasi

Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati. Dalam proses observasi, observator (pengamat) tinggal memberikan tanda atau tally pada kolom tempat peristiwa muncul (Arikunto, 2002: 133). Observasi dilakukan di SMA Muhammadiyah 3 Masaran, digunakan untuk mengamati perkembangan pembelajaran dengan menggunakan metode think – pair - share yang dilakukan oleh guru dan siswa.

3. Analisis Dokumen

Menurut Suwandi (2008: 68) analisis dokumen dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada seperti rencana pelaksanaan pembelajaran, dan arsip nilai. Analisis dokumen yang dilakukan yaitu analisis pada hasil evaluasi pembelajaran siswa. Hasil evaluasi pembelajaran digunakan untuk mengetahui perkembangan atau keberhasilan pelaksanaan tindakan.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif komparatif (statistik deskriptif komparatif) dan teknik analisis kritis (Sarwiji Suwandi, 2008: 70). Teknik analisis data deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif yaitu dengan membandingkan hasil antar siklus. Membandingkan sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus yaitu membandingkan rerata nilai Geografi pada kondisi sebelum tindakan, setelah siklus I dan siklus II. Teknik analisis kritis berkaitan dengan data kualitatif. Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan


(44)

commit to user

29

dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar Geografi berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoritis. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis data dilakukan bersamaan dan/atau setelah pengumpulan data.

F. Proses Penelitian

Proses penelitian ini meliputi beberapa tahap, yaitu:

1. Tahap Perencanaan Penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

a. Mengidentifikasi masalah pembelajaran Geografi yang terdapat di SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen

b. Menganalisis masalah secara mendalam.

c. Menyusun bentuk tindakan yang sesuai untuk mengatasi permasalahan yang ada yaitu dengan menerapkan metode Think Pair Share pada siklus pertama dan kedua.

d. Menyusun jadwal penelitian e. Menyusun lembar observasi

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap pelaksanaan tindakan, guru melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode Think Pair Share. Indikator yang dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya kualitas proses dan hasil pembelajaran Geografi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen. Setiap tindakan harus menunjukkan peningkatan indikator yang telah dirancang dalam satu siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus.

3. Tahap Penyusunan Laporan

Dalam tahap penyusunan laporan, peneliti menyusun laporan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan.


(45)

commit to user

30

G. Indikator Ketercapaian

Untuk indikator keberhasilan dalam penelitian ini menggunakan beberapa indikator, pertama keaktifan siswa selama apersepsi dengan persentase target capaian 80%. Diukur dengan cara mengamati saat pembelajaran dengan lembar observasi dan dihitung dari jumlah siswa yang menampakkan kesungguhan dalam pelajaran. Kedua, keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan persentase target capaian 75%, diamati saat pembelajaran dan dihitung dari jumlah siswa yang menampakkan kesungguhan dalam pelajaran. Ketiga, kerja sama siswa dalam kelompok dengan persentase target capaian 80%, diamati saat pembelajaran dan dihitung dari jumlah kelompok yang mampu menjalin kerja sama dalam kelompoknya. Terakhir, keempat yaitu ketuntasan hasil belajar dengan persentase target capaian 80%, dihitung dari jumlah siswa yang memperoleh nilai 6,5 ke atas berdasarkan hasil evaluasi.

Indikator no. 1, 2, dan 3 digunakan untuk mengukur kualitas proses pembelajaran sedangkan indikator no. 4 digunakan untuk mengukur kualitas hasil pembelajaran.


(46)

commit to user

31 Tabel 2. Indikator Ketercapaian

No Aspek yang diukur Persentase Kondisi Awal Persentase Target Capaian Cara Mengukur

1 Keaktifan siswa selama apersepsi

50 80

Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa yang menampakkan kesungguhan dalam pelajaran. 2 Keaktifan

siswa dalam mengikuti

pembelajaran 44 75

Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa yang menampakkan kesungguhan dalam pelajaran. 3 Kerja sama

siswa dalam kelompok

- 80

Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah kelompok yang mampu menjalin kerja sama dalam kelompoknya.

4 Ketuntasan hasil belajar

56 80

Dihitung dari jumlah siswa yang memperoleh nilai 6,5 ke atas berdasarkan hasil evaluasi.


(47)

commit to user

32

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen, yang beralamat di Jalan Raya Masaran-Sragen Desa Jati Kecamatan Masaran. Letak SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen berbatasan dengan :

Sebelah Barat : Jalan Desa

Sebelah Timur : Permukiman Penduduk Sebelah Selatan : Permukiman penduduk Sebelah Utara : Permukiman penduduk

Secara astronomis SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen terletak pada 7°28'08.36"LS dan 110°55'37.60" BT. Merupakan sekolah swasta yang didirikan oleh Yayasan Muhammadiyah. SMA tersebut, terletak di tempat yang strategis sehingga mudah dijangkau oleh siswa yang berasal dari berbagai daerah.

SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen diresmikan dan mendapatkan SK pendirian No. 1492/103/1/82, pada tanggal 22 September 1982. Luas bangunan SMA Muhammadiyah 3 Masaran seluas 2.055 m2, dengan rincian sebagai berikut:

1. Bangunan atau gedung seluas 1.250 m2 2. Halaman/taman seluas 805 m2

Keliling tanah seluruhnya 696 m, dengan pagar permanen 95 m.

SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen mempunyai visi sekolah yaitu: 1) Kuat Iman dan luas pengetahuan 2) Utamakan kepribadian mandiri dan dibutuhkan masyarakat. Untuk mewujudkan visi tersebut, telah ditetapkan misi sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas pembelajaran.

2. Meningkatkan kegiatan keagamaan dan ibadah. 3. Meningkatkan kedisipilinan dan tata tertib sekolah.


(48)

commit to user

33

Untuk merealisasikan visi dan misi pendidikan, SMA tersebut telah dilengkapi dengan berbagai sarana-prasarana.

Tabel 3. Sarana dan Prasarana

No Sarana Prasarana Jumlah Luas (m2)

1 Ruang Kelas 8 496

2 Ruang kepala sekolah 1 18 3 Ruang Tata Usaha 1 20

4 Ruang BK 1 8

5 Ruang Guru 1 56

6 Ruang Perpustakaan 1 24

7 Ruang UKS 1 24

8 Ruang Ibadah 1 156

9 Ruang OSIS 1 8

10 Ruang Keterampilan 1 24 11 Ruang Serba Guna 1 56

12 Gudang 1 15

13 Koperasi 1 14

14 Kamar Mandi/WC Guru 1 4 15 Kamar Mandi/WC Siswa 4 8 16 Rumah Penjaga Sekolah 1 12 17 Laboratorium Fisika 1 56 18 Laboratorium Kimia 1 56 19 Laboratorium Biologi 1 56 20 Laboratorium Komputer 1 18 Sumber: Data Administrasi SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen


(49)

commit to user

34

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Proses penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan, yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, (4) analisis dan refleksi.

1. Siklus I a. Perencanaan Tindakan I

Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan pada hari Rabu, 11 Februari 2009 di rumah Bapak Guru mata pelajaran Geografi kelas XI SMA Muhammadiyah 3 Masaran. Peneliti dan Guru Geografi mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian ini. Dari pertemuan tersebut disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I akan dilaksanakan dalam waktu dua kali pertemuan. Adapun pelaksanaannya akan dilakukan pada hari Senin, 16 Februari 2009 dan Kamis, 19 Februari 2009 sesuai dengan jadwal pelajaran Geografi.

Tahap perencanaan tindakan I meliputi kegiatan sebagai berikut.

1) Peneliti dan guru menyusun perangkat pembelajaran, berupa penentuan kompetensi dasar yang akan dicapai. Peneliti menyusun lembar observasi untuk mengamati keaktifan, kerja sama dan sikap siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

2) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran Geografi dengan metode Think Pair Share pada kompetensi dasar lingkungan hidup, yakni dengan langkah-langkah sebagai berikut ini.

a) Guru memberikan apersepsi, yakni: menggali pengetahuan awal siswa tentang tema pembelajaran, dengan cara bertanya kepada siswa.

- apakah yang dimaksud dengan lingkungan? - apa saja yang terjadi di lingkunganmu? - apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi?

b) Guru menyampaikan materi secara ringkas atau garis besarnya saja.

c) Guru memberikan soal untuk dikerjakan secara mandiri. Dapat dilihat pada lampiran 3.


(50)

commit to user

35

d) Guru mengelompokkan siswa secara berpasangan dengan temannya, kemudian menugasi siswa untuk mendiskusikan hasil jawaban masing-masing bersama teman sekelompok untuk mendapatkan satu jawaban yang disepakati dalam kelompok

e) Guru memanggil kelompok tertentu dan kelompok siswa tersebut memberikan jawabannya pada seluruh anggota kelas (mempresentasikan jawaban di depan kelas).

f) Guru menugasi siswa yang tidak maju untuk memperhatikan dan memberi tanggapan terhadap jawaban yang disampaikan kelompok yang maju.

b. Pelaksanaan Tindakan I

Pelaksanaan tindakan I ini dilaksanakan selama dua kali pertemuan, yakni pada hari Senin, 16 Februari 2009 dan Kamis, 19 Februari 2009 di ruang kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen. Satu kali pertemuan dilaksanakan selama 2 x 45 menit. Sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP pada siklus I ini, pembelajaran dilakukan oleh guru kelas, sedangkan peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran.

Pada pelaksanaan tindakan I ini, materi yang disampaikan adalah pemanfaatan lingkungan hidup. Materi ini membahas tentang pengertian, jenis, dan kualitas lingkungan hidup. Selain itu juga membahas keterbatasan ekologi dalam pembangunan serta menjelaskan interaksi unsur-unsur lingkungan hidup. Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah berikut ini.

1) Guru memberikan apersepsi, yakni: menggali pengetahuan awal siswa tentang tema pembelajaran, dengan cara bertanya.

- apakah yang dimaksud dengan lingkungan? - apa saja yang terjadi di lingkunganmu? - apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi?

2) Guru menyampaikan materi pemanfaatan lingkungan hidup secara ringkas atau garis besarnya saja.

3) Guru memberikan soal untuk dikerjakan secara mandiri (Tahap Think).

4) Guru mengelompokkan siswa secara berpasangan dengan temannya, kemudian menugasi siswa untuk mendiskusikan hasil jawaban masing-masing


(51)

commit to user

36

bersama teman sekelompok untuk mendapatkan satu jawaban yang disepakati dalam kelompok. (Tahap Pair).

5) Guru memanggil kelompok tertentu dan pasangan siswa tersebut memberikan jawabannya pada seluruh anggota kelas (Tahap Share).

6) Guru menugasi siswa yang tidak maju untuk memperhatikan dan memberi tanggapan terhadap jawaban yang disampaikan kelompok yang maju.

Dalam tahap ini, guru bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan pembelajaran di kelas, sedangkan peneliti hanya bertindak sebagai partisipan pasif.

c. Observasi dan Interpretasi

Peneliti mengamati proses pembelajaran Geografi dengan metode Think Pair Share di ruang kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen. Peneliti mengambil posisi di belakang kelas agar keberadaannya tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran. Pada saat Guru melakukan apersepsi, siswa terlihat antusias untuk mengikutinya, namun juga terlihat beberapa siswa yang tidak memperhatikan, mereka masih bicara sendiri dengan temannya dan ada yang menelungkupkan kepalanya di atas meja.

Pada pelaksanaan proses pembelajaran Geografi dengan metode Think

Pair Share, awalnya guru menjelaskan materi dengan tema pemanfaatan

lingkungan hidup. Kemudian, guru memberikan beberapa soal untuk dikerjakan siswa secara mandiri. Setelah itu, siswa berkelompok (berpasangan) sesuai dengan kelompok yang telah dibagi oleh guru. Guru menugasi masing-masing kelompok untuk mendiskusikan hasil jawabannya agar mendapatkan jawaban baru dari hasil diskusi. Setelah menugasi mereka untuk berdiskusi, guru memanggil beberapa kelompok secara bergiliran untuk menyampaikan (mempresentasikan) hasil diskusi kelompok tersebut di depan kelas. Kegiatan guru adalah memandu dan memotivasi siswa agar kegiatan diskusi dapat berjalan dengan baik dan semua siswa diharapkan bisa aktif.

Dari kegiatan tersebut, diperoleh diskripsi tentang jalannya proses belajar mengajar Geografi dengan metode Think Pair Share sebagai berikut.


(1)

commit to user

49 hasil diskusi di depan kelas.

7) Guru

menugasi

siswa yang

tidak maju

untuk

memperhatika

n kelompok

siswa yang

sedang maju kemudian menanggapiny a.

8) Guru memberi kesimpulan terhadap hasil pembelajaran geografi pada hari itu.

9) Guru

mengakhiri dengan mengingatkan kepada siswa

yang belum

maju untuk

mempersiapka n diri pada pertemuan berikutnya. 10)Pertemuan

berikutnya siswa melanjutkan kegiatan diskusi satu kelas selama

satu jam

pelajaran. 11)Guru

mengadakan evaluasi pembelajaran geografi dengan memberikan soal obyektif

II 1) Guru mengubah

posisi dan

1) Guru

melakukan

1) 82% siswa aktif selama

Secara keseluruhan


(2)

commit to user 50 sesekali menghampiri beberapa kelompok siswa yang sedang diskusi. 2) Masalah kekompakkan dalam kelompok, diatasi dengan guru memberikan penjelasan kepada siswa tujuan dan keharusan bekerja sama dalam kelompok. 2. Untuk mengatasi

siswa yang

menggangu siswa lain yang sedang maju atau membuat gaduh

kelas, siswa

diberi motivasi untuk

memperhatikan siswa lain yang

sedang maju.

Setelah itu, siswa

tersebut akan

diajak guru untuk mendiskusikan dan

mengevaluasi hasil kelompok yang baru saja maju.

1) Pelaksanaan pembelajaran direncanakan selama dua kali pertemuan (Senin, 23 Februari 2009 dan Kamis, 26 Februari 2009)

apersepsi.

2) Guru

menyampaika

n materi

tentang bentuk-bentuk penyebab kerusakan lingkungan, pengertian pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan serta Indonesia

dalam era

globalisasi secara singkat.

3) Guru

memberikan

soal untuk

dikerjakan secara mandiri.

4) Guru

mengelompok

kan siswa

secara berpasangan. 5) Guru menugasi masing-masing kelompok untuk melakukan diskusi dari hasil jawaban pribadi untuk mendapatkan jawaban yang baru.

6) Guru

menugasi beberapa kelompok tersebut untuk menyampaika n

pemberian apersepsi. 2) 76% siswa aktif

selama kegiatan belajar

mengajar.

3) 88% kelompok

sudah mampu bekerja sama dengan baik. 4) 92% siswa

sudah mencapai batas ketuntasan. proses pembelajaran Geografi dengan metode

Think-Pair-Share berjalan dengan lancar, kekurangan-kekurangan pada siklus I telah teratasi. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa pembelajaran Geografi dengan metode

Think-Pair-Share tersebut telah berhasil dan

menunjukkan peningkatan baik dari segi proses maupun hasil belajar siswa.


(3)

commit to user

51 (mempresentas ikan) jawaban hasil diskusi di depan kelas.

7) Guru

menugasi

siswa yang

tidak maju

untuk

memperhatika

n kelompok

siswa yang

sedang maju kemudian menanggapiny a.

8) Guru memberi kesimpulan terhadap hasil pembelajaran geografi pada hari itu.

9) Guru

mengakhiri dengan mengingatkan kepada siswa

yang belum

maju untuk

mempersiapka n diri pada pertemuan berikutnya. 10)Pertemuan

berikutnya siswa melanjutkan kegiatan diskusi satu kelas selama

satu jam

pelajaran. 11)Guru

mengadakan evaluasi pembelajaran geografi dengan memberikan soal obyektif


(4)

commit to user

52

Hasil penelitian sebelumnya tentang penggunaan metode Think Pair Share

telah dilakukan oleh Wahyu Triambodo. Diperoleh hasil bahwa metode Think

Pair Share dapat menghasilkan prestasi belajar lebih baik dibanding metode

konvensional. Penelitian selanjutnya tentang penggunaan metode Think Pair

Share dilakukan oleh Nur Rohmah Waseno, hasilnya diketahui bahwa metode

Think Pair Share dapat meningkatkan keaktifan dan motivasi serta meningkatkan

penguasaan ejaan.

Hasil ini berarti sejalan dengan hasil penelitian penulis, yaitu metode

Think Pair Share dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran

Geografi. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil penelitian penulis merupakan hasil penelitian yang dapat memperkuat dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya tentang penggunaan metode Think Pair Share.


(5)

commit to user

53

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan hasil penelitian ini secara singkat yakni :

1. Terdapat peningkatan kualitas proses pembelajaran Geografi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen. Peningkatan kualitas proses pembelajaran Geografi ini dilihat dari tiga aspek, yaitu:

a. Keaktifan siswa selama apersepsi.

Pada siklus I siswa yang aktif selama pemberian apersepsi sebesar 66%, pada siklus II siswa yang aktif selama pemberian apersepsi sebesar 82%. Sehingga telah terjadi peningkatan keaktifan siswa selama apersepsi sebesar 16%.

b. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran

Pada siklus I siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung sebesar 57%, sedangkan siklus II siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung sebesar 76%. Maka dapat diketahui bahwa telah terjadi peningkatan keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran sebesar 19%.

c. Kerja sama siswa dalam kelompok

Pada siklus I siswa yang dapat bekerja sama dalam kelompok dengan baik sebesar 65%, sedangkan pada siklus II siswa yang dapat bekerja sama dengan baik mencapai 88%. Sehingga telah terjadi peningkatan kerjasama siswa dalam kelompok sebesar 23%.

2. Terdapat peningkatan kualitas hasil pembelajaran Geografi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen. Peningkatan kualitas hasil pembelajaran Geografi ini dilihat dari peningkatan jumlah siswa yang telah mencapai batas ketuntasan, yaitu > 6.5. Pada siklus I siswa yang telah mencapai batas ketuntasan sebesar 77% (27 siswa), sedangkan siklus II siswa yang mencapai batas ketuntasan sebesar 92% (33 siswa).


(6)

commit to user

54

B. Implikasi

Penelitian ini memberikan deskripsi yang jelas bahwa dengan menerapkan metode Think Pair Share dalam pembelajaran Geografi dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran Geografi. Oleh karena itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu pertimbangan bagi guru yang ingin menerapkan metode Think Pair Share sebagai metode dalam pembelajaran Geografi. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai metode alternatif dalam melaksanakan pembelajaran Geografi.

C. Saran

Berkaitan dengan simpulan dan implikasi di atas, maka dapat diajukan saran sebagai berikut ini.

1. Berdasarkan hasil penelitian ini hendaknya Guru Geografi menggunakan metode Think Pair Share dalam pembelajaran Geografi, khususnya pada kompetensi dasar lingkungan hidup.

2. Guru Geografi hendaknya terus berupaya untuk membuat variasi pembelajaran metode Think Pair Share, salah satunya yaitu menerapkan metode Think Pair Share serta dilengkapi media yang menarik.

3. Hendaknya Guru Geografi mencoba menerapkan metode Think Pair Share

dalam pembelajaran Geografi pada materi lainnya yang bersifat deskriptif. 4. Siswa hendaknya ikut membangun kesadaran dalam menciptakan kegiatan


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan teknik think pair squre

0 4 174

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

Perbandingan hasil belajar biologi dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative learning tipe group investigation (GI) dan think pair share (TPS)

1 5 152

Peningkatan hasil belajar PKn melalui pendekatan Think-Pair-Share

0 9 153

Perbedaan hasil belajar biologi siswa menggunakan model Rotating Trio Exchange (RTE) dengan Think Pair Share (TPS) pada konsep virus

1 7 181

Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Thinks Pair Share Pada Siswa Kelas V Mi Manba’ul Falah Kabupaten Bogor

0 8 129

PENERAPAN METODE THINK-PAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IIS 2 SMA Negeri 3 Cimahi.

0 0 27

Peningkatan kualitas pembelajaran ekonomi melalui metode Think-Pair Share (TPS) bagi siswa kelas XI IPS SMA N 1 Banguntapan Bantul Yogyakarta.

0 1 190

PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH SOLVE CREATE AND SHARE, DAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN GEOGRAFI PADA SISWA KELAS XI IPS MAN 1 SURAKARTA.

0 0 1

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PERAKITAN KOMPUTER DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS X SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL.

0 1 163