BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tingkat Pendidikan
Fenomena mengenai kualifikasi personel pemeriksaan ini memang menjadi masalah dalam Badan Pengawasan Daerah. Seharusnya seorang
pemeriksa mempunyai wawasan yang luas dan mendalam atas segala kegiatan yang diperiksa. Namun pada kenyataanya masih banyak pemeriksa intern yang
buta akan seluk beluk kegiatan yang akan diperiksanya. Sehingga kadang-kadang pemeriksa hanya membuang waktu hanya untuk mengenali obyek pemeriksa. Hal
itu akan bertambah tidak menguntungkan dengan kualitas dan kapabilisitas dari masing-masing pemeriksa yang tidak merata bahkan kurang memadai. Salah satu
penyebab utamanya adalah tingkat pendidikan yang tidak merata SLTA, Sarjana dan Pasca Sarjana dan beraneka ragam latar belakang jurusan pendidikan
Ekonomi, Hukum, FISIP, Teknik, dan lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut perlu diupayakan suatu mekanisme yang
dapat menciptakan tercapainya kondisi para personel pemeriksa dengan tingkat kualitas yang memadai. Oleh karena itu perlu dilakukan langkah-langkah seperti
pemberian pendidikan dan pelatihan secara berkesinambungan. Di samping itu pemberian kesempatan kepada para pemeriksa untuk meningkatkan kualitasnya
dengan melanjutkan studi formal yang akan mendorong dengan segera terwujudnya tingkat kualitas personel pemeriksa yang memadai.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pedoman etika International Federation Of Accountants IFAC, prinsip-prinsip dari seorang auditor adalah sebagai berikut :
1. Integritas
2. Obyektivitas
3. Kebebasan independence
4. Kepercayaan
5. Standar-standar teknis
6. Kemampuan profesional
7. Perilaku etika
Berdasarkan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara SPKN
Pasal 1 butir 4, diuraikan mengenai definisi Pemeriksa, yaitu: “Pemeriksa adalah orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara untuk dan atas nama Badan Pemeriksa Keuangan”. Pasal 1 butir 5 menyatakan bahwa “Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis,
dan evaluasi yang dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan,
kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara”.
Dan pada Pasal 1 Butir 6 menyatakan bahwa “Aparat Pengawas Internal Pemerintah adalah unit organisasi di lingkungan Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, Kementerian Negara, Lembaga Negara dan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan dalam
lingkup kewenangannya”. Apabila dikaitkan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh seorang
pemeriksa intern, bahwa semua syarat-syarat profesionalisme dituruti. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
ditegaskan oleh Sawyer 2005:16 bahwa seorang auditor harus mempunyai kualifikasi sebagai berikut :
1. Mempunyai kesanggupan teknis dan pendidikan memadai di bidang
auditing. 2.
Mempunyai kemampuan di bidang hubungan antar manusia. 3.
Jujur, independen, obyektif, tegas, dan bertanggung jawab, berani serta bijaksana.
4. Menguasai operasional bidang yang diperiksa.
Pengertian keahlian dalam norma umum pemeriksaan umum diatas adalah keahlian mengenai pemeriksaan dan keahlian mengenai yang diperiksa. Walaupun
seorang telah memenuhi yang dipersyaratkan, ia wajib meningkatkan kualitas keahliannya. Disamping itu agar para pemeriksa selalu mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan sesuai dengan kemajuan teknologi, maka Satuan Pengawas Intern menyelenggarakan usaha peningkatan diri.
Keahlian yang memungkinkan bertambah tingginya kualitas seorang hanyalah dapat diperoleh melalui pendidikan dan latihan yang cukup. Untuk
mengimbangi dan menghadapi tantangan dari luar, maka kualitas para pemeriksa harus lebih tinggi dibandingkan pelaksana itu sendiri dalam hal menilai seberapa
jauh pelaksana tugas yang telah dilakukan dan diikuti atas sistem dan prosedur pekerjaan tersebut.
B. Pendidikan Berkelanjutan